You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

DI SUSUN OLEH : RATIH KUSUMANING PUSPITA (49) RIKA ADE RIYANTI (50)

AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG 2011/2012 BAB II

ISI

A. Pengertian Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com). Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seorang yang menderita vertigo perasaannya seolah-olah dunia sekeliling berputar (vertigo objektif) atau penderita sendiri merasa berputar dalam ruangan (vertigo subjektif). Menurut dr Hendra Pranata, SpS. Maka dari itu dapat kami simpulkan, vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Hal ini bisa berlangsung beberapa menit, sampai beberapa jam, bahkan hari. Penderita vertigo merasa lebih baik jika berbaring diam, namun demikian serangan vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

B. Etiologi

Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu : 1. Lesi vestibular :


Fisiologik Labirinitis Menire Obat ; misalnya quinine, salisilat. Otitis media Motion sickness Benign post-traumatic positional vertigo

2. Lesi saraf vestibularis


Neuroma akustik Obat ; misalnya streptomycin Neuronitis Vestibular

3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal


Infark atau perdarahan pons Insufisiensi vertebro-basilar Migraine arteri basilaris Sklerosi diseminata Tumor Siringobulbia Epilepsy lobus temporal

Menurut (http://www.kalbefarma.com)

1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :


o o

Telinga bagian luar : serumen, benda asing. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis,

kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.


o

Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.

o o

Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.

2. Penyakit SSP :
o

Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.

o o o o o

Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues. Trauma kepala/ labirin. Tumor. Migren. Epilepsi.

3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause. 4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia. 5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik. 6. Intoksikasi.

C. Manifestasi klinik

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. D. Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan

proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot

menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (http://www.kalbefarma.com) E. Pathways Gangg. Telinga akustik tjd gangg. pd nervus vertibularis neuroma

VERTIGO

Otot Leher pengetahuan

Otak kecil

Gangg. SSP

Telinga

kurang

Tertekan/kaku Terjadi gangguan. Cemas keseimbangan

Nyeri

Gangguan pd tekanan telinga dalam

Mual Muntah
RESIKO CEDERA Gangguan pendengaran

Ganguan nutrisi Gangguan pola tdr

F. Klasifikasi Vertigo

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo paroksismal. Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi : Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen. Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de Lenfance), Labirin picu (trigger labyrinth). Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi : Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.

2. Vertigo kronis.

Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:

Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis


Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.

Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,


sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.

Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo


servikalis. 3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :

Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus,


labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.

Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria


vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior. Ada pula yang membagi vertigo menjadi : 1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler. 2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

G. Pemerikasaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan mata Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh Pemeriksaan neurologik Pemeriksaan otologik Pemeriksaan fisik umum.

2. Pemeriksaan khusus :

ENG Audiometri dan BAEP Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan :
Laboratorium Radiologik dan Imaging EEG, EMG, dan EKG.

H. Penatalaksanaan Medis Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari : 1. Terapi kausal 2. Terapi simtomatik 3. Terapi rehabilitatif.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

A. Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat


o o o o o

Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

2. Sirkulasi
o o o

Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. Pucat, wajah tampak kemerahan.

3. Integritas Ego
o o

Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan depresi ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan

o o

Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

4. Makanan dan cairan


o

Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).

o o

Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan

5. Neurosensoris
o o o

Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.

o o o o o

Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema.

6. Nyeri/ kenyamanan
o

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.

o o o o o

Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. Fokus menyempit Fokus pada diri sendiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

7. Keamanan
o o o o

Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

8. Interaksi sosial
o

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.

9. Penyuluhan / pembelajaran
o o

Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021) 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. 2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. 3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.

C. Intervensi Diagnosa Keperawatan 1. : Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil :

Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang Tanda-tanda vital normal pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.

Atur posisi pasien senyaman mungkin Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.

Kolaborasi untuk pemberian analgetik. Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

Diagnosa Keperawatan 2. : Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki. Mengkaji situasi saat ini yang akurat Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.

Intervensi :

Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.

Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan. Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.

Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan. Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

Diagnosa Keperawatan 3. : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidakadekuatannya mengikuti instruksi. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil :

Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi :

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya.

Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.

Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.

C. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28).

Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah : 1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi. 2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan. 3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk

Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan. Vertigo terjadi bukan karena faktor keturunan, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan vertigo seperti karena serangan migren, radang pada leher, mabuk kendaraan, infeksi bakteri pada telinga dan kekurangan asupan oksigen ke otak. Dari sejumlah penelitian menyebutkan hampir setengah dari setengah jumlah populasi manusia pernah mengalami keluhan dizzinez dan sepertiganya vertigo. Angka penelitian menyebutkan kejadian vertigo kira kira 20 persen pada sekelompok orang dalam kurun waktu satu bulan. Maka dari itu kami tertarik untuk mengambil tema ini dalam makalah kami. (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47)

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada vertigo.

2. Tujuan Khusus

- Untuk membahas tentang definisi vertigo - Untuk membahas penyebab vertigo - Untuk membahas tanda dan gejala vertigo - Untuk membahas patofisiologis vertigo - Untuk membahas pathways vertigo - Untuk membahas manifestasi klinis vertigo - Untuk membahas penatalaksanaan vertigo - Untuk membahas pemeriksaan penunjang vertigo - Untuk membahas ASKEP vertigo

You might also like