You are on page 1of 5

Tugas Geokronologi Artikel & Analisis Penentuan Umur

Nama : Hazmanu Hermawan Yosandian NIM : 12009008

Komodo dan Geologi : Ayo Vote Komodo


Posted on 20 Oktober 2011 by Rovicky

Komodo (kompas.com) Saat ini Pulau Komodo sedang getol-getolnya diusulkan untuk menjadi salah satu keajaiban dunia. Bahkan Presiden SBY juga ikut menyarankan untuk ikut vote supaya Pulau Komodo ini tercatat menjadi salah satu keajaiban. Keajaiban Komodo ini dipakai oleh ahli evolusi maupun penentangnya. Penentang evolusi mengatakan bahwa Komodo merupakan bukti bahwa binatang itu sejak dulu ya tetep saja tidak berevolusi. Dan Komodo ini salah satu contoh yg masih tetap hidup bertahan tanpa mengalami proses evolusi. Binatang-binatang lain itu diciptakan ya sudah seperti itu. Namun bagi ahli yang menggeluti evolusi penemuan-penemuan baru selalu menarik untuk dikaji dan menguji teori serta mengerti proses ini berjalan. Tulisan dibawah ini hasil obrolan santai dengan Pak Awang H Satyana tentang keberadaan Komodo serta hubungannya dengan Geologi, terutama ilmu Tektonik dan fluktuasi muka air laut. Menurut Pak Awang, pengetahuan tentang evolusi komodo (Varanus komodoensis) dari Asia ke Australia ke P. Komodo dan sekitarnya, berasal dari Claudio Ciofi (1999) yang menuliskannya

dalam sebuah artikel utama Majalah Scientific American edisi Maret 1999 berjudul The Komodo Dragon. Secara ringkas, kesimpulan Ciofi dituliskan berikut ini.

Salah satu model evolusi Komodo dan perkembangan geologi Pulau Komodo (Smithsonian.com) Evolusi komodo dimulai dengan genus Varanus yang mulai berkembang di Asia antara 40-25 juta tahun yang lalu (Ma). Genus ini kemudian bermigrasi ke Australia. Pada 15 Ma, terjadi benturan antara Australia dan SE Asia yang menyebabkan famili varanids pindah ke kawasan yang sekarang dikenal sebagai Kepulauan Indonesia. Komodo di Indonesia diyakini berbeda dari leluhurnya di Australia sejak 4 Ma. Pada saat muka laut susut, komodo di sekitar Pulau Flores itu hidup sampai ke Pulau Timor. Kemudian, oleh genanglaut terakhir, komodo ini hanya hidup di pulau-pulau sebelah barat Flores (Pulau-pulau Komodo, Rinca, Padar (kini tak hidup di situ lagi), Gili Dasami, dan Gili Motang. Sebelah kanan ini adalah satu model usulan penyebaran kadal raksasa varanid dari daratan Australia ke pulau-pulau Indonesia di Timor, Flores dan Jawa selama 3 juta tahun terakhir (Smithsonian.com, 2009). Kesimpulan Ciofi (1999) tersebut berdasarkan penelitian para ahli genetika molekuler yang membandingkan sekuen DNA dan struktur kromosom spesies-spesies dari keluarga varanid. Sampai awal 2000, belum ada kesimpulan baru tentang evolusi dan jalur migrasi komodo ke Indonesia. Ciofi (1999) menyebutkan bahwa rekonstruksi sejarah evolusi komodo masih memerlukan temuan2 fosil yang komprehensif, accurate dating, data paleogeografi, dan analisis genom. Data paleogeografi pulau-pulau di Indonesia berasal dari analisis tektonik yang dilakukan Robert Hall dan SE Research Group-nya (Hall, 1998-2005). Nampaknya, penemuan2 Hall dkk. itu tak sepenuhnya mendukung temuan Ciofi (1999) terutama untuk periode evolusi sebelum 5 Ma . Bagaimana genus Varanus dari Asia bermigrasi ke Australia antara 25-15 Ma, kemudian

bagaimana pada 15 Ma Australia berbenturan dengan Kepulauan Indonesia tak mendapatkan sokongan berdasarkan peta-peta paleogeografi dari Hall dkk. Hall (1998) The plate tectonics of Cenozoic SE Asia and the distribution of land and sea dalam Hall and Holloway (1998),eds, Biogeography and Geological Evolution of SE Asia menunjukkan bahwa Pulau Flores baru muncul sebagai daratan pada 5 Ma, sebelumnya ia hanya sebagai submarine volcanoes sejak 10 Ma. Bila benar komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya berasal dari Australia, maka mereka bisa jadi bermigrasi dari Australia ke Nusa Tenggara Timur saat ada jembatan darat mengikuti benturan antara Australia dan Timor di awal Pliosen (5 Ma). Mereka mungkin terus bermigrasi ke sebelah barat sampai berhenti di Selat Lombok yang merupakan batas Indonesia Barat dan Timur oleh garis Wallace. Susut laut dan genang laut yang silih berganti selama PliosenPlistosen-Holosen membuat mereka akhirnya terisolasi di pulau-pulau sebelah barat Pulau Flores. Publikasi lain menyebutkan bahwa komodo2 ini berevolusi dari bentuk raksasanya yang bisa mencapai panjang 7-8 meter (saat ini komodo berukuran 2-3 meter) bernama Megalania prisca. Fosil komodo raksasa ini ditemukan bersamaan dengan fosil gajah kerdil Stegodon dan diperkirakan gajah-gajah kerdil tersebut adalah mangsa sang raksasa. Komodo raksasa hidup saat jembatan darat terbentuk. Jembatan darat memperluas area pulau. Ketika jembatan darat tenggelam oleh genang laut, luas pulau mengecil. Keberadaan mangsa besar berkurang, komodo raksasa pun akhirnya punah, dan yang tetap hidup adalah variasi jenisnya yang kecil, menyesuaikan dengan luas pulau yang mengecil. Megalania prisca punah pada 25.000 tahun yang lalu, sejak itu komodo yang kita kenal sekarang mendominasi pulau2 di sebelah barat Flores dan memangsa hewan-hewan yang lebih kecil dari stegodon, termasuk tikus2 besar yang juga menjadi mangsa Homo floresiensis pada 40.000-25.000 tahun yang lalu.

A) modern tengkorak V. komodoensis. (B sampai H) Fosil tulang tengkorak.

Ditemukan fosil Komodo berusia 4 juta tahun.


Penemuan baru yang menarik terjadi tahun 2009 lalu, yaitu diketemukannya fosil komodo ini di Australia. Dipublikasikan oleh Smithsonian.com. Terlepas dari kenyataan bahwa Komodo sangat menarik dan dikenal luas, ada banyak yang hilang dalam pemahaman kita tentang sejarah alam mereka. Sekarang sebuah penelitian bukti fosil dari Australia, Timor, Flores, Jawa dan India menunjukkan bahwa Komodo kemungkinan besar berkembang di Australia dan tersebar ke arah barat ke Indonesia. Beberapa fosil yang telah dipelajari adalah baru dijelaskan, termasuk spesies dari Timor, dan beberapa bahan yang dikenal untuk waktu yang lama. Disebelah kiri ini perbandingan tengkorak komodo dengan fosil-fosil komodo yang baru diketemukan. Ini menunjukkan bahwa komodo tidak mengalami proses evolusi selama jutaan tahun.
Sumber artikel : http://rovicky.wordpress.com/2011/10/20/komodo-dan-geologi-ayo-vote-komodo/

Analisis Penentuan Umur


Ditemukannya fosil komodo berumur 4 juta tahun yang lalu, fosil tersebut dapat ditentukan umurnya melalui penentuan umur absolute. Tetapi penentuan umur absolut terdiri banyak macam cara beserta kelebihan dan kekurangannya. Radiocarbon dating menggunakan C14 merupakan salah satu cara untuk menentukan umur fosil makhluk hidup, tetapi C-14 mempunyai waktu paruh yang sangat cepat yaitu 5000 tahun sehingga keakuratan radiocarbon dating hanya maksimal mengukur fosil yang berumur 60.000 tahun. Untuk metode dating uranium-lead, isotop uranium punya waktu paruh yang sangat lama yaitu 1 milyar tahun. Metode ini tidak bisa dipakai untuk fosil yang hanya berumur jutaan tahun dan juga hasil produk peluruhan uranium yaitu timbal, yang merupakan elemen yang bisa mudah berikatan dengan elemen lain. Metode yang paling cocok untuk penentuan umur fosil komodo tersebut adalah potassium-argon dating karena isotop potassium punya waktu paruh 1,3 milyar tahun sehingga keakuratannya bisa mengukur fosil yang berumur 100.000 1 milyar tahun yang lalu. Hasil peluruhan Potassium adalah Argon, yang merupakan gas mulia, sehingga sulit untuk berikatan dengan elemen lain. Potassium atau Kalium juga merupakan elemen yang sering ditemukan dalam sel makhluk hidup sehingga metode yang paling cocok untuk menentukan umur fosil komodo tersebut adalah metode potassium-argon dating.

You might also like