You are on page 1of 6

SUSU COKELAT CINTA Siang hari itu, koperasi SMA Nusa Bangsa penuh sesak oleh pembeli, yang

tidak lain adalah siswa-siswi yang sekolah di sana. Tak terkecuali Chika dan Nindy, yang ikut mengantre membeli minuman. Serobot kanan, serobot kiri, yang penting bisa cepat keluar dari kerumunan itu dan menikmati minuman yang mereka beli. Pak Yanto, beli susu cokelat yang biasa dong! kata Chika lumayan keras, kalau tidak mana mungkin bisa terdengar. Dengan sigap Pak Yanto, petugas koperasi, mengambilkan susu kemasan rasa cokelat yang dimaksud Chika. Ini, tiga ribu. kata Pak Yanto sambil menyerahkan susu cokelat kemasan itu kepada Chika. Segera Chika merogoh sakunya untuk mengambil uang. Berkali-kali ia merogoh saku kanan dan kiri roknya tapi tidak ada uang di sana. Waduh, aku lupa bawa uang.. gumam Chika gelisah. Chik, ayo keluar! Lama amat sih teriak Nindy, sahabatnya yang sudah berada di luar koperasi. Chika berusaha memberi isyarat pada Nindy untuk meminjam uangnya. Tapi Nindy tidak mengerti. Ia malah duduk di bangku depan koperasi. Sementara antrean anak-anak yang di belakang Chika semakin membludak. Cepetan dong! Kamu niat beli nggak sih?! gerutu anak-anak lain. Chika bermaksud mengembalikan susu cokelat kemasan yang sudah dipegangnya dari tadi karena tidak membawa uang. Tetapi tiba-tiba, ada seorang cowok yang mengambilnya dari tangan Chika. Ini berapa, Pak? tanya cowok itu yang tak lain adalah Rendy, teman sekelas Chika. Tiga ribu. Mbak ini dari tadi saya tungguin nggak bayar-bayar. Chika meringis malu. Akhirnya Rendy membayar susu cokelat kemasan itu dan keluar dari kerumunan koperasi diikuti Chika. Nih! Rendy melemparkan susu cokelat kemasan itu pada Chika. Chika menangkapnya dengan sigap. Uhm.. ma..maka.. belum selesai Chika mengucapkan terima kasih, Rendy sudah berbalik badan dan meninggalkannya. Huh, cuek banget sih dia. Menyebalkan! gumam Chika kesal. Ya ampun, dari tadi aku tungguin nggak keluar-keluar cuma buat beli susu cokelat?! Plis deh, itu minuman anak kecil, Say! gerutu Nindy. Nindy ini sahabat kental Chika. Terkadang ia memanggil Chika dengan sebutan Say. Pertanda sayang katanya. Biarin! Chika tak mau kalah.

EhTadi kulihat tiba-tiba Rendy ada di sebelahmu? Ngapain dia? tanya Nindy lagi. Chika berbohong. Nggak apa. Lupain aja. Nindy hanya mengangkat bahu. Oya, gimana rencana jalan ke mal sama Desi dan Nova besok sore? Kamu ikut kan, Chik? tanya Nindy bersemangat. Oh itu. Hmm.. kayaknya aku nggak jadi ikut deh, Nin. Apa?! Katamu kemarin setuju mau ikut. Habisnya aku nggak punya cowok. Bisa jadi obat nyamuk ntar! Di antara kalian semua, cuma aku yang belum punya cowo. Tega kalian sama aku.. Chika memang masih jomblo. Kalau begitu, akan kuminta Erik mengajak temannya. Buat nemenin kamu. Gimana? Mau ya? Kupikir dulu deh.. jawab Chika ragu. Ayolah, sekali ini saja! Kan seru bisa keluar bareng. Apalagi sama pasangan masingmasing. Mau ya, Chik? Nindy memohon. Karena tidak tega menolak permintaan Nindy, Chika hanya mengangguk. Yess!! Itu baru sahabatku teriak Nindy sambil merangkul Chika. Apaan sih, Nin. Dikirain lesbi, baru tau rasa! Esok sorenya Chika, Nindy, Desi, dan Nova pergi bersama ke mal, seperti yang sudah mereka rencanakan. Menurut Chika, cowoknya Desi dan Nova cakep juga. Tapi mereka anak sekolah lain sehingga Chika tidak terlalu mengenal mereka. Erik, cowoknya Nindy juga sudah datang. Kalau Erik, Chika sudah cukup mengenalnya karena mereka satu sekolah. Tapi, siapa cowok yang ada di dekat Erik?! Chika seperti tidak asing lagi dengan cowok tinggi berkulit putih itu. RenRendy?! Oh iya, kalian berdua sekelas kan. Jadi nggak perlu dikenalin lagi. Dia bisa nemenin kamu, Chik. Erik tersenyum. Apa-apaan ini, Nin?! Chika mulai marah pada Nindy. Hehehemakasih semuanya sudah mau datang. Tapi dari sini kita jalan dengan pasangan masing-masing ya! kata Nindy sambil tersenyum penuh arti. Apa?! Chika kaget sekali. Boleh saja. kata Rendy tenang. Benar, Ren?! Kalau begitu, aku dan Erik mau pergi ke tempat karaoke. pamit Nindy. Aku juga. Mau nonton sama Arman. Desi ikut-ikutan. Aku mau makan dulu sama Egi. Laper niy. Nova juga mau pergi sama cowoknya. Kok begitu? Chika bingung. Kami duluan ya, Ren, Chik. Tu..tunggu dulu Sudahlah, kamu cuma akan mengganggu mereka. Rendy mencegah Chika mengejar teman-temannya.

Ta..tapi Penampilan kamu hari ini berbeda sekali ya! potong Rendy mengalihkan perhatian. Oh..eh.. Chika menoleh kepada Rendy. Ada yang aneh? tanya Chika masih kesal. Nggak. Kamu tambah manis. Rendy tertawa. Chika terperangah. Baru kali ini dia melihat Rendy tertawa selepas itu. Biasanya dia pendiam dan cuek. Perasaan Chika benar-benar menjadi tak menentu, menghadapi kenyataan bahwa sore hari itu, ia harus menghabiskan waktu bersama Rendy. Nah, kita kan sudah di mal. Mau ke mana dulu? NgBagaimana kalau tempat karaoke seperti Nindy dan Erik? Rendy berpikir sebentar. Setuju. Ayo! Rendy menarik tangan Chika berjalan menuju tempat karaoke favoritnya. Chika merasa canggung berjalan beriringan bersama Rendy. Tapi apa boleh buat?! Saat Chika dan Rendy sudah memasuki tempat karaoke, Chika baru sadar bahwa dia memilih tempat hiburan yang salah. Bodoh, tempat karaoke kan tertutup. Mana aku harus berdua saja sama Rendy. Chika menyesal sudah mengajak Rendy ke tempat ini. Ia hanya terdiam sambil mendengarkan suara Rendy yang diakuinya, ehm cukup merdu. Chik.. Eh? Kamu nggak suka jalan denganku ya? tanya Rendy. Bu..bukan begitu. Kok tegang? Dari tadi diam terus? lanjut Rendy lagi. Ng..nggak kok. Kamu bohong. Tuh mukamu merah. Jangan menggodaku lagi ya! Chika mulai kesal. Ya sudah. Kalau begitu, coba kamu nyanyi. Masa dari tadi aku terus yang nyanyi? Oke. Aku mau nyanyi lagunya Gita Gutawa yang Aku Cinta Dia. Nah gitu dong. Aku carikan lagunya. Tak lama kemudian Chika sudah mulai menyanyi dengan suara cemprengnya. Rendy tertawa mendengar suara Chika. Tapi Chika tidak peduli, ia tetap menyanyikan lagu-lagu favoritnya dengan santai. Ia tak mengira, bisa juga menikmati kencan terpaksa nya bersama Rendy. Bahkan beberapa lagu mereka nyanyikan berdua. Chika merasa sudah salah menilai Rendy. Rendy yang pendiam dan cuek, kini menjadi Rendy yang ramah dan suka bercanda di matanya. Seusai berkaraoke ria, Rendy mengajak Chika menuju tempat duduk yang ada di sekeliling mal. Kita istirahat di sini ya. kata Rendy. Aku mau beli minuman dan makanan kecil dulu. Haus kan? Oke. Yang banyak ya! kata Chika sambil tersenyum lucu.

Dasar! Chika menunggu Rendy sambil melihat keadaan di sekelilingnya. Semua pasangan kekasih sedang bercengkrama riang. Meski Rendy bukan cowokku, tapi sore ini bolehlah dia jadi cowokku, pikir Chika sambil tersenyum iseng. Maaf lama, ini. Susu cokelat?! Chika terkejut. Suka kan? Kamu sering meminumnya kan? Chika tambah terkejut, jangan-jangan selama ini Rendy memperhatikanku? Ahiya! Makasih Ren.. Rendy hanya mengangguk. Bagaimana ini, aku merasa sangat senang berada di dekatnya, kata Chika dalam hati. Chika melihat minuman yang dibawa Rendy. Kamu suka minum kopi Ren? Iya, aku nggak suka minum susu. Kenapa? Susu kan menyehatkan. Banyak vitamin dan mineralnya. Daripada kebanyakan minum kopi malah bikin nggak sehat. kata Chika berapi-api. Rasanya bikin mual, Chik. Mungkin gara-gara dari dulu aku nggak biasa minum susu. Oh, begitu ya? Chika menyerah. Rendy mengangguk. Rendy berbeda sekali denganku, pikir Chika agak sedih. Tapi, itu bisa kuminum sedikit. Rendy menarik tangan Chika dan meminum susu cokelat kemasan milik Chika. Ka..katanya tadi nggak suka minum susu? tanya Chika heran. Iya. Ternyata tetep nggak suka. jawabnya sambil termanggu. Sedari tadi Chika merasa berdebar-debar saat berada di dekat Rendy. Ia ingin mengulang kebersamaan ini. EmmRen, kapan-kapan mau keluar sama aku lagi nggak? Chika memberanikan diri untuk bertanya. Iya. Boleh. jawab Rendy yakin. Bener? Oh ya! Hari Jumat kan tanggal merah, besok di sekolah kita rencanakan mau maen ke mana. Chika bersemangat sekali. Rendy terdiam. Ren? Gimana mau kan? tanya Chika lagi. Ia malu juga kalau sampai ditolak Rendy. ..Iya jawab Rendy sambil tersenyum. Chika lega sekali. Tak terasa hari sudah mulai petang. Rendy mengantar Chika pulang dengan motornya. Makasih Ren udah nganterin aku. Hari ini menyenangkan sekali. Aku juga. Kalau begitu, aku pamit ya. Iya. Sampai jumpa besok. Bye bye. Chika melambaikan tangan. Rendy hanya tersenyum dan memacu motornya meninggalkan rumah Chika.

Esoknya di sekolah, pagi-pagi Nindy, Desi, dan Nova sudah menghampiri Chika dengan semangat 45. Say, aku senang sekali kemarin. Gimana kamu sama Rendi? tanya Nindy penasaran. Aku nggak mau ngasih tahu ke pembohong. jawab Chika masih agak marah. Sayangnya kami punya alasan untuk tahu, Ka. Nova tersenyum simpul. Maksudnya? Chika tidak mengerti Sebenarnya, kemarin yang mengajak kamu ya, Rendy. Itu permintaan dia sendiri. Dia bilang kamu harus ikut. jelas Nova. Eh? Chika sangat terkejut tapi juga bingung. Apa maksud dari semua ini?! Ayo, kasih tahu aku sedikit saja, Chik. Kemarin ngapain aja? Nindy menggoda Chika. Jangan-jangan kamu diciumnya ya untuk kenangan terakhir. Hahaha.. timpal Desi sambil tertawa. Eh? Terakhir? Dia nggak ngasih tahu kamu? Rendy kan pindah sekolah ke luar kota hari ini. Chika terhenyak. Katanya ini mendadak. Rendy bilang, dia akan pergi tanpa pamitan kepada temanteman sekelas. jelas Desi. Kenapa? Padahal dia sudah bilang, mau jalan denganku lagi. Dia sudah janji padaku. Chika merasa dibohongi. Sampai akhir pelajaran hari itu, Chika sama sekali tidak bisa konsentrasi. Ia terus menatap bangku Rendy yang kosong. Air matanya pun terus menetes. Dia kecewa. Rendy seperti mempermainkan perasaannya. Padahal Chika merasa bahwa ia mulai jatuh cinta padanya. Saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, Chika segera memasukkan semua buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Ia ingin pulang ke rumah secepat mungkin, masuk ke kamar dan menangis sepuasnya. Hatinya benar-benar sakit. Tiba-tiba ia merasa di dalam tasnya seperti ada benda yang dingin. Ia merogoh tasnya, dan mengeluarkan suatu benda yang memang sering dipegangnya. Susu cokelat kemasan?! Jangan-jangan Chika berlari keluar tanpa memperdulikan Bu Indri, guru Matematikanya yang masih membereskan peralatan mengajar di kelas. Chika merasa Rendy masih berada di sekolah. Ia berlari menuruni tangga menuju lantai 1. Di kantin tidak ada, di perpustakaan tidak ada, di koperasi tidak ada. Akhirnya Chika menuju tempat parkir motor siswa di sekolah itu. Nafasnya terengah-engah. Ia berdoa dalam hati, semoga Rendy belum meninggalkan SMA Nusa Bangsa ini. Tapi ternyata tempat parkir kosong. Tak ada seorang pun di sana. Air mata Chika mulai menetes lagi. Chika? ada suara seorang cowok di belakang Chika. Chika segera berbalik dan di sana dia melihat Rendy berdiri tertunduk. Tak sengaja, ia melihat susu cokelat kemasan yang dipegang Rendy. Itu, susu cokelat?.

Rendy menoleh ke arah susu cokelat yang digenggamnya. Ada seorang gadis yang suka meminum susu cokelat ini dengan nikmat. Aku ingin menirunya tapi nggak bisa. Tapisuatu saat jika aku berhasil meminumnya sampai habis, aku akan mencoba bicara dengannya. Dandan akan kukatakan, bahwa aku juga suka minum susu cokelat. suara Rendy terdengar gamang. Nggak apa-apa meski kamu nggak suka susu cokelat dan nggak bisa meminumnya sampai habis, karenakarena aku lebih suka sama kamu, Ren. kata Chika sambil memandang mata Rendy lekat. Rendy terkejut mendengar perkataan Chika. Tapi kemudian ia tersenyum. Hari Jumat pengen pergi kemana? Kamu bilang mau jalan denganku lagi kan? Tapi kamu pindah sekolah Janji yang kubuat bersama cewek yang kusukai nggak mungkin kuingkari dong! kata Rendy lembut. Rendy menyentuh dagu Chika dan mengecup keningnya. Chika tidak menyangka Rendy akan melakukan hal seromantis itu. Chika benar-benar bahagia. Dalam hatinya berkata, kejadian ini tidak akan pernah ia lupakan. Rasanya manis sekali, bahkan jauh lebih manis dari susu cokelat manapun yang pernah ia minum.

You might also like