You are on page 1of 11

BAB I TINJAUAN PUSTAKA I.

I Kulit Kulit adalah organ tubuh yang berfungsi melindungi bahan dan pengaruh bersama dengan integumennya (yaitu kuku, rambut, dan beberapa macam kelenjar). Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Wasitaatmadja; dkk, 2007). I.I.1 Anatomi kulit secara Histopatologis Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu: 1. Lapisan epidermis (kutikel) 2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) 3. Lapisan subkutis Lapisan Epidermis Lapisan ini terdiri dari : Stratum korneum (lapisan tanduk) : adalah lapisan kulit yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan luar dan terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) Stratum lusidum : terdapat langsung dibawah stratum korneum, merupakan lapisan selsel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas ditelapak tagan dan kaki. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) : merupakan 2 atau 3 lapis sel- sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini

terdiri dari keratohialain. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum ini juga tampak jelas ditelapak tangan dan kaki. Stratum spinosum (stratum malphigi): lapisan akanta, terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang biasanya berveda-beda. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan init terletak ditengah-tengah. Sel-sel yang dekat kepermukaan makin gepeng bentuknya. Diantara stratum spinosum terdapat jembetanjembatan antar sel (interseluler bridges) yang tediri atas protoplasma atau tonofibril atau keratin. Diantara sel-sel spinosum terdapat terdapat pula sel langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen. Stratum basale : terdiri dari sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersususn vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Laisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsu reproduktif. Lapisan ini terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Sel-sel yang berbentuk kolumner dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel. b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell, merupakan sl-sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomas).

Gambar 1. Strutur anatomi dan histologi kulit. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. a. Pars papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut syaraf

dan pembuluh darah. b. Pars retikularis : yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke subkutan, bagian ini

terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Lapisan Subkutis Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisisel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak (panikulus adiposa) berfungsi sebgai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Vaskularisasi dikulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak dibagian atas dermis (pleksusu superfisialis) dan yang terletak disubkutis (pleksus profunda). I.I.2 Adneksa Kulit Adneksa kulit terdiri dari kelenjar- kelenjar kulit, rambut dan kuku.
1. Kelenjar kulit terdapat dilapisan dermis, terdiri atas: a. Kelenjar keringat (glandular sudorifera)

: ada dua macam kelenjar keringat,

yaitu kelenjar ekrin kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental. Terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mamae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi kelenjar apokrin aoada waktu lahie belum terlihat, tetapi setelah pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya PH sekitar 4-6.8.

b. Kelenjar palit (glandula sebasea)

: terletak diseluruh permukaan kulit manusia

keculai telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga halokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax-ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih banyak dan besar dan mulai berfungsi secara aktif. 2. Kuku Adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku, dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kecepatan tumbuh kuku kira-kira 1 mm perminggu. 3. Rambut Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang terdapat di luar (batang rambut). Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temperor). Pada satu saat 85% seluruh rambut mengalami fase anagen dan 15% sisanya dalam fase telogen. I.I.3 Fungsi Kulit Pada manusia kulit dapat mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot dibawah kulit. Fungsi dari kulit adalah :
1.

Fungsi proteksi : kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau

mekanis. Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebal lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum

korneum yang impermeabel terhadap perbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat- zat kimia dengan kulit.
2.

Fungsi absorbsi : kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, bagitupun yang larut lemak. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3.

Fungsi ekskresi : kelenjar- kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion. Sebum diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
4.

Fungsi persepsi : kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Terhadap rangsang panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan dalam rabaan, demikian pula dengan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangakn terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5.

Fungsi pengaturan suhu (termoregulasi) : kulit melakukan peranan ini dengan

cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
6.

Fungsi pembentukan pigmen : sel melanosit terletak dilapisan basal dan sel ini

berasal dari rigi saraf.


7.

Fungsi keratinisasi : lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu

keratinosit, sel langerhans, mmelanosit. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 1421 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8.

Fungsi pembentukan vitamin D : dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi

kolesterol dengan bantuan sinar matahari.

Tinea Kapitis 1.2.1 Definisi dan Epidemiologi Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit (biasanya berasal dari spesies Microsporum dan Trichophyton) yang terjadi pada folikel rambut kulit kepala dan kulit sekitarnya (Higgins, Fuller, Smith. 2000). Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok jamur yang tumbuh di lapisan kulit mati (keratin). Dermatofit memiliki kemampuan memanfaatkan keratin sebagai sumber gizi karena memiliki kapasitas enzimatik yang unik (keratinase). Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis (Boel, 2003). Dermatofita terbagi dalam tiga genus -- trichophyton (T), mycrosporum (M), dan epidermophyton (E). Dari 41 spesies dermatofita yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada menusia dan binatang. Terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon, dan satu spesies Epidermofiton (Kurniawati, 2006). Tinea capitis umumnya merupakan penyakit yang sering terjadi pada remaja dan anak-anak dengan gambaran klinis yang bervariasi, sedangkan pada kasus dewasa lebih jarang (Higgins, et al. 2000). Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis (hangat dan lembab). Penularan terjadi dari penderita ke orang lain melalui kontak langsung (rambut atau kulit). ataupun kontak melalui medium yang dipakai bersama seperti sisir, kolam renang, bak mandi, dan sebagainya.

1.2.2

Faktor Penyebab

Tinea kapitis atau infeksi jamur kulit kelapa disebabkan oleh Trichophyton tonsuran dan Microsporum canis. Trichophyton tonsuran ditularkan melalui kontak antara penderita dengan yang lainnya dan mengakibatkan pitak yang berbentuk bulat. Rambut patah dengan panjang yang berbeda-beda dan permukaan kult kepala bersisik dan berkrusta dengan papula yang diskret. Microsporum canis biasanya ditularkan dari anak kucing ke manusia dan menimbulkan pitak-pitak radang purulen. Pitak tersebut biasanya berkrusta dan banyak pustula dan dapat mneimbulan alopesia permanen. 1.2.3 Gejala Klinis Morfologi dermatofitosis pada kulit sangat khas yaitu bercak-bercak yang berbatas tegas, adanya kerusakan jaringan kulit dan reaksi radang pada kulit pejamu. Disertai dengan perasaan gatal, apabila digaruk papul atau vesikel akan pecah sehingga bila mengering akan terjadi krusta dan skuama. Berdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk : 1. Gray pacth ringworm Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton. 2. Black dot ring worm

Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. Infeksi jamur dapat terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum. 3. Kerion Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum. 4. Tinea favosa Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putusputus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum.

1.2.4

Patogenesis

Infeksi jamur ini dimulai dengan adanya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan kulit dan menimbulkan reaksi radang. pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ringworm. Terdapat tiga pola penyakit dari tinea kapitis, yaitu endothrix, ectothrix dan favus. Pada pola favus, pola rambut rontok disebabkan oleh T. Schoenleinii. Ciri-cirinya berbau seperti tikus, membentuk crusta cekung (scutulae), yang menempel pada kulit kepala. Rambut yang terkena tidak patah namun berubah menjadi abu-abu dan suram, terkadang rontok dan menyebabkan kebotakan yang permanen. Infeksi Endothrix ditandai dengan adanya arthroconidia (spora) pada batang rambut dan kutikulanya tidak hancur. Sedangkan pada infeksi Ectothrix ditandai dengan adanya fragmen hifa dan arthroconidia di luar batang rambut, yang dapat mneyebabkan kerusakan pada kutikula. 1.2.5 Cara Penularan Langsung dari kulit ke kulit atau kontak tidak langsung, melalui penjepit rambut di

salon atau tukang cukur Melalui barang-barang yang biasa ada di toilet seperti sisir atau sikat rambut Baju dan topi yang terkontaminasi dengan rambut dari orang yang terinfeksi

maupun dari binatang.


1.2.6

Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan diagnosis,

mikroskopis tetapi tidak

merupakan selalu

cara

yang Sisik

paling kulit

cepat dan

positif.

kepala

ujung rambut yang rontok yang mengandung bagian akar (bukan rambut utuh) diberikan 10-30% solusio kalium hidroksida dan dilihat di bawah cahaya mikroskop. Pemeriksaan mikroskopis dinyatakan positif apabila terdapat spora atau hifa pada rambut atau sisik. Infeksi yang disebabkan oleh spesies Microsporum, pemeriksaan

mikroskopis dilakukan terhadap sediaan yang diambil dari sisik kulit dan rambut yang dilarutkan dengan kalium hidroksida 10% atau dengan menggunakan mikroskop ultra violet untuk memeriksa sediaan putih alkofluor akan tampak gambaran yang khas berupa adanya invasi hyaline ectothrix arthrospores. Sedangkan infeksi jamur oleh Trichophyton spp menunjukkan pola invasi endothrix (didalam rambut).
b) Kultur

Kultur merupakan suatu cara identifikasi organisme yang akurat, lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan mikroskopis; kemungkinan besar hasilnya positif bahkan ketika pada pemeriksaan mikroskopis negative. Tetapi pada pemeriksaan ini mungkin memakan waktu yang lama yaitu hingga sekitar 4 minggu.
c) Pemeriksaan dangan lampu Wood (Woods Lamp

Pemeriksaan kulit kepala dengan sinar ultra violet (lampu Wood) untuk menemukan pantulan sinar fluoresen hijau-kuning berguna untuk mendiagnosa Tinea capitis yang disebabkan oleh Microsporum canis dan M. audouinii; spesies Trichopyton tidak memantulkan sinar fluoresen. 1.2.7 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan yaitu untuk menghilangkan gejala dan mematitikan pertumbuhan jamur. Pada umumnya terapi antijamuroral diperlukan dalam pengobatan ini. A. Topikal Pengobatan topical saja tidak direkomendasikan pada penatalaksanaan tinea kapitis. Pengobatan ini bertujuan antara lain untuk mengurangi risiko penularan kepada orang lain pada tahap awal pengobatan sistemik. Selenium sulphide dan povidone iodine shampo, digunakan dua kali seminggu, mengurangi spora dan diasumsikan dapat mengurangi infektivitas. B. Oral Griseofulvin, Pada dosis 125mg/hari dan 500mg/hari dalam tablet.Atau jika dalam bentuk sediaan suspensi, pada dosis 125mg/5ml per hari.

Itrakonazol, Pada dosis 100mg/hari dalam 6 minggu atau, pada dosis 400mg/hari dalam 1 minggu. Flukonazol,

Terbinafin. Pada dosis 125mg/hari dalam 6 minggu atau, pada dosis

500mg/hari dalam 1 minggu.

You might also like