You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari (morning sickness), tetapi dapat pula timbul saat malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.1,4 Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida, perasaan ini timbul akibat pengaruh hormonal khususnya peningkatan kadar esterogen dan HCG dalam serum penderita (Goodwin and associates, 1994, Van de Ven, 1997).4 Pengaruh fisiologik kenaikan ini masih belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.1 Ada juga yang mengatakan adanya hubungan dengan Helicobacter pylori yang dimana merupakan penyebab penyakit ulkus peptikum (Frigo and co-workers, 1998). Godsey dan Newman (1991) meneliti pada 140 wanita yang menderita hyperemesis gravidarum di fakultas kedokteran universitas South Carolina, didapatkan 27 % didapatkan perburukan dalam perjalanan penyakitnya, muntah (vomitus) menjadi lebih lama, lebih sering dan bertambah parah. Pada penelitian tersebut didapatkan prerenal azotemia yang berat dengan kadar creatinine serum 5 mg/dl. Komplikasi yang berat dapat timbul, seperti Mallory-Weis tears dan oesophageal rupture. Robinson dan koleganya (1998) memperlihatkan epistaksis berat yang disebabkan oleh defisiensi vit. K koagulopati pada wanita dengan hyperemesis yang menetap setelah 15 minggu kehamilan. Komplikasi lain yang ditakuti adalah munculnya encephalopathy Wernicke yang dimana terjadi defisiensi thiamine yang akan timbul gejala kebutaan (blindness), kejang (convulsions), dan koma (Hillbom, 1999; Rees, 1997; Tesfaye, 1998, and their associates).4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


I. DEFINISI Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.2 II. ETIOLOGI Sebab pastinya belum diketahui, frekuensi kejadian adalah 2:1000 kehamilan. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik; juga tidak ditemukan kelainan biokimia.2 Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Berikut adalah faktor-faktor predisposisi timbulnya hiperemesis gravidarum :1,2,4,5,6 1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan penting karena pada keadaan tersebut hormon chorionic gonadotropin dibentuk berlebihan. 2. Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. 3. Alergi, sebagai salah satu dari respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. 4. faktor psikologis : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Hubungan psikologis dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.

5. faktor endokrin lainnya :hiperthyroid, diabetes, dan lain-lain. 6. kelainan organik: gastroesofageal refluks, hernia diafragmatika, hernia hiatal, achalasia, dll. III. PATOLOGI Pada saat otopsi pasien hipermesis gravidarum didapatkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.1,5,6 1. Hati, pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis, degenerasi tersebut terletak sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus. Dapat ditambahkan normal. 2. jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan subendokardial. 3. otak, terdapat bercak-bercak perdarahan dan kelainan seperti encefalopathy Wernicke (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora mamilaria ventrikel 3 dan 4). 4. ginjal, nampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti. IV. PATOFISIOLOGI Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen. Oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormon ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya penggosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan (bahkan sampai 4 bulan). Bila keadaan ini terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan terjadi ketidakseimbangan elektrolit dengan akibat timbulnya alkalosis hipokloremik.
3

bahwa

separuh

penderita

yang

meninggal

karena

hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopis hati yang

Belum jelas mengapa gejala-gejala ini terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas pada wanita yang sebelum hamil sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk kerperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih berkurang. Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan akan terganggu. Hal ini menyebabkan jumlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma Mallory Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai memerlukan transfusi darah atau tindakan operatif.1 V. GEJALA DAN TINGKAT Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada (ada yang mengatakan batasnya lebih dari 10 kali muntah); tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya dibagi menjadi 3 tingkatan.1,2 Tingkat I = ringan Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung.
4

Tingkat II = sedang Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor; nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria, dan dari nafas keluar bau aseton. Tingkat III = berat Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus, dan cepat; dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada susunan saraf pusat (encefalopati Wernicke) dengan adanya: nistagmus, diplopia, perubahan mental. OESOFAGITIS REFLUX Heart burn disebut juga pyrosis, merupakan gejala umum pada masa akhir kehamilan. Sensasi terbakar di retrosternal disebabkan oleh esofagitis dari refluks esofagus yang berkaitan dengan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. Heart burn biasanya jarang menjadi berat sehingga tidak diperlukan investigasi diagnostik. Menaikkan kepala tempat tidur dan makan antasida oral biasanya cukup untuk meredakan gejala yang ada. Jika gejala yang berat tetap ada walaupun pengelolaan di atas telah dicoba, dapat diberi antagonis reseptor H2. simetidin dan ranitidin dianggap aman (Briggs dan kawankawan, 1998). Bila setelah itu tidak ada perbaikan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan endoskopi.4 HERNIA HIATAL Rigter dan Eneboe (1935) melakukan serial X-ray gastrointestinal bagian atas terhadap wanita hamil trimester terakhir. Hampir 20% dari 116 multipara dibandingkan dengan 5% dari nullipara menderita hernia hiatal. Ketika 10 wanita dengan hernia yang berkaitan dengan kehamilan diperiksa ulang 1 s/d 18 bulan setelah melahirkan, hanya 3 orang yang menderita hernia persisten. Hernia tersebut dapat timbul akibat tekanan intra abdominal yang intermitten namun berlangsung secara terus menerus. Hubungan antara hernia hiatal
5

dengan esofagitis refluks tidak jelas. Cohen dan Harris (1971) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara refluks dan hernia dan bahwa sfingter esofagus bagian bawah berfungsi efektif walaupun adea kelainan tekanan intrathorakal. Selama kehamilan hernia ini menyebabkan muntah, nyeri epigastrium dan bahkan perdarahan dari ulcerasi tersebut. Curran dan kolega (1999) memperlihatkan pada kehamilan 30 minggu dengan komplikasi outlet gaster dari hernia oesofagus yang berhasil mereka perbaiki.4 HERNIA DIAFRAGMATIKA Hernia diafragmatika simtomatis jarang menjadi komplikasi kehamilan, hernia diafragmatika merupakan herniasi isi abdominal melalui foramen Bochdalek atau foramen Morgagni. Kurzel dkk (1988), meninjau ulang 18 kasus simptomatis yang dilaporkan selama masa kehamilan seluruh wanita tersebut menderita obstruksi akut, dan kematian maternal terjadi sebanyak 45 %. Mereka merekomendasikan perbaikan selama kehamilan walaupun asimptomatik. Flick dkk (1999) melaporkan sebuah kasus dimana seorang wanita mengalami kecelakaan mobil beberapa bulan sebelum hamil. Pada minggu ke 23, ia mengalami herniasi usus simptomatik ke dalam rongga dada melalui defek diafragma akibat trauma. Ortega-Carnicer (1998) dan Watkin (1993) dkk menunjukkan sekelompok wanita dengan ruptur diafragma saat melahirkan.4 ACHALASIA Merupakan gangguan motorik otot polos esofagus dimana sfigter bagian bawah tidak relaksasi dengan baik saat menelan, dan adanya kontraksi esofagus abnormal. Sebabnya adalah defek persarafan otot polos esofagus dan sfingter esofagus bagian bawah. Gejalanya adalah disfagia, nyeri dada, dan regurgitasi. Diagnosis ditegakkan dengan adanya penyempitan seperti paruh burung pada esofagus bagian distal melalui esofagogram barium. Endoskopi dapat menunjukkan dilatasi esofagus. Endoskopi digunakan untuk menyingkirkan penyebab sekunder, khususnya Ca. Gaster. Tetapi kehamilan tampaknya tidak mempercepat keadaan itu. Mayberry dan Atkinson (1987) mengemukakan 20 wanita hamil tidak adanya refluks esofagus dibandingkan dengan wanita tidak hamil dengan achalasia. Dari 16 wanita hamil setelah
6

gejala berkembang, 11 orang tidak mengalami perubahan gejala, 2 orang membaik, dan 3 orang mengalami wanita perburukan. 32 Kalish yang dkk (1999) mengemukakan seorang hamil minggu mengalami

perburukan achalasia akibat esofagitis candida yang berat.4 VI. DIAGNOSIS Untuk menegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum umumnya tidak sulit, pertama harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umumnya. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit penyerta seperti pielonefritis, ulkus ventrikuli, hepatitis dan tumor serebri yang dapat juga memberikan gejala muntah. Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.1,2 VII. PENGELOLAAN Prinsip pengobatan pada pasien hyperemesis gravidarum adalah keseimbangan cairan, koreksi elektrolit, dan koreksi asam-basa. 4 A. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadangkadang muntah merupakan gejala fisiologik pada kehamilan muda dan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan mekanan dengan jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak harus dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. Bila terjadi muntah yang berkepanjangan, harus dipertimbangkan untuk diberikan tambahan Hsu gizi, and sebaiknya colleagues
7

diberikan (1996)

secara

enteral

bila

memungkinkan.

menggunakan

Dobhhof

nasogastric tube pada saat terjadi mual dan muntah akut. Bila tidak bisa, dapat dipertimbangkan parenteral.1,4 B. Terapi obat, menggunakan sedativ (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan B6); anti muntah (mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan); antasida dan spasmolitik. Pada keadaan lebih berat dapat diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau chlopromazin (CPZ). Nagoette (1996) menggunakan droperidol diphenhydramine. Untuk yang lebih berat digunakan metoclopramide intravena. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat diperlukan untuk rawat inap.1,2,4,5,6 C. Isolasi, pasien disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.1,2 D. Terapi psikologik, perlunya meyakinkan pada pasien bahwa kelainannya dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaaan sertaa menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.1,2 E. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja dan telah banyak mengurangi muntahnya. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Dibuat kontrol cairan yang masuk dengan yang keluar, air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada

permulaan dan seterusnya menurut kebutuhan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.1,2 F. Penghentian kehamilan, hanya pada sebagian kecil kasus, dimana keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.1,2 VIII. KOMPLIKASI Safari and co-workers (1998) bila didapatkan muntah yang persisten, kemungkinan ada penyakit yang melatarbelakangi seperti gastroenteritis, chlocystitis, pancreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pyelonefritis, hyperthyroid, hypercalcemi, dan fatty liver pada kehamilan. Dapat timbul prerenal azotemia yang berat dengan kadar creatinine serum 5 mg/dl. Komplikasi yang berat dapat timbul, seperti Mallory-Weis tears dan oesophageal rupture. Robinson dan koleganya (1998) memperlihatkan epistaksis berat yang disebabkan oleh defisiensi vit. K koagulopati pada wanita dengan hyperemesis yang menetap setelah 15 minggu kehamilan. Komplikasi lain yang ditakuti adalah munculnya encephalopathy Wernicke yang dimana terjadi defisiensi thiamine yang akan timbul gejala kebutaan (blindness), kejang (convulsions), dan koma (Hillbom, 1999; Rees, 1997; Tesfaye, 1998, and their associates).4,5,6 IX. PROGNOSIS Dengan penanganan yang baik maka prognosisnya sangat memuaskan. Namun pada beberap kasus yang berat dapat mengancam nyawa ibu dan janin.1,2,4,5,6

PENANGANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


FISIOLOGI HAMIL MUDA

FAKTOR - psikologis - unwanted pregnancy - gizi kurang - anemia gravidarum

PEMERIKSAAN - fisik - laboratorium dasar - faal hepar - faal ginjal - tes hamil

EMESIS GRAVIDARUM - nasehat gizi - analisa psikolog - antenatal care intensif

HIPEREMESIS GRAVIDARUM - dehidrasi, muntah >> - nyeri epigastrium - apatis delirium - lidah kering, nadi cepat 110 - BB turun, oligouri, obstipasi, ikterus - encefalopati Wernicke nistagmus diplopia perubahan retina, mental

PENGOBATAN BERHASIL ANC INTENSIF - nasehat diet - obat: penenang, antiemesis

PENGOBATAN - isolasi - infus - obat: antiemetik, sedativ ringan vit B kompleks - diet ringan, cukup protein dan kalori

PENGOBATAN GAGAL TERMINASI KEHAMILAN

10

BAB III IKHTISAR KASUS


I. IDENTITAS Pasien Nama Umur Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Alamat Masuk RS II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis tanggal 30-09-06, pk 11.00 Wib A. Keluhan utama Pasien rujukan bidan dengan G1P0A0 H 12 minggu dengan hyperemesis gravidarum. B. Keluhan tambahan Mual +, lemas +, sakit kepala + Nafsu makan turun, nyeri daerah ulu hati C. Riwayat penyakit sekarang 1 hari SMRS pasien mengeluh mual dan muntah, terutama pada saat pagi hari. Pasien mengaku hamil, dan telah diperiksa ke dokter. Pasien muntah 8x/hari, muntahan berupa apa yang dimakan, tidak ada lendir, dan darah. Nafsu makan pasien menurun (sejak muntah-muntah hingga saat ini pasien belum makan apa-apa), pusing +, lemas+, dan disertai nyeri pada daerah ulu hati. Pada malam harinya pasien mengalami demam, dan diberi panadol dan demam turun. Lalu pasien dibawa ke bidan untuk berobat dan dirujuk ke RS Fatmawati, dengan diagnosa hyperemesis : Ny. Y : 19 tahun : islam : Betawi : SMP : ibu RT : jl. K.H. Dahlan no. 56 : Kamis, 28-09-06, pk.01.00 Wib suami Tn. B 24 tahun islam Betawi SMP wirawswasta

11

gravidarum. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien mengaku pada akhirakhir ini sering takut dengan kehamilannya. Hubungan dengan suami dan keluarga baik-baik saja. ANC sebulan sekali puskesmas. Riwayat perdarahan pervaginam -, riwayat fluor albus -. HPHT 09-07-06 dan TP 1604-07. D. Riwayat menstruasi Menarche : 13 tahun Siklus :28 hari, teratur, lama perdarahan 5 hari, softex 2x/hari, dismenore E. Riwayat pernikahan Menikah 1 kali waktu usia 19 tahun dan suami usia 24 tahun. F. Riwayat kehamilan dahulu 1. ini G. Riwayat KB : (-) H. Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah dirawat di RS Parung pada saat usia kehamilan 3 minggu dengan keluhan yang sama, selama 3 hari. I. Riwayat penyakit keluarga Hipertensi Jantung, DM Asma J. Riwayat operasi : (-) disangkal pasien

12

III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tgl 30-09-06, pk 11.30 Wib A. status generalis keadaan umum/ kesadaran suhu : 36,5C BB sekarang :63 kg BB sebelum hamil : 60 kg Kepala Mata Mulut Telinga Hidung Tenggorok Leher Thoraks Cor Pulmo Mammae Abdomen Ekstremtias : S1 S2 reguler, murmur -, gallop : Sn. Vesikuler, Ronki -/-, wheezimg -/: simetris, hyperpigemntasi +/+, retraksi puting -/: turgor baik, NT epigastrium -, tanda akut -, BU +N : akral hangat, oedem -/: normocephali, rambut hitam, lurus, distribusi rata : conj. Pucat -/-, S.I. -/-, pupil isokor RCL +/+, RCTL +/+ : pucat -, cyanosis : normotia, serumen +/+, sekret -/: concha hypertrophy -/-, sekret -/: pharyng hyperemis -, tonsil T1-T1 tenang : pembesaran KGB : baik/C.M. nadi :88x/menit, nafas : 22x/menit tanda vital : TD : 110/70 mmHg

B. status obstetrik Abdomen Inspeksi Palpasi Auskultasi Anogenital I Io : v/u tenang, perdarahan : portio licin, portio livid +, OUE tertutup, fluxus -, fluor albus
13

: striae gravidarum : TFU 1 jari di atas symphisis pubis : belum terdengar

VT

: portio kenyal, arah posterior, tebal 3 cm, pembukaan 0 cm, uterus sebesar telur angsa, NT adneksa -/-, nyeri goyang portio -, darah -, lendir -.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium 30-09-06 Hb (g%) Ht (%) Leukosit (/ul) Tromb. (/mm) Na (Meq/l) K (Meq/l) Cl (Meq/l) GDS (mg%) Urin lengkap Kuning, keruh, BJ 1010 Sedimen: Sel epitel +, leu 2-3 /LPB, erit 1-2 /LPB, silinder kristal PH 6, prot -, gluk -, keton +2, darah -, bilirubin -, urobilinogen 0,1, urobilin + Kesan: ketonuria B. USG Janin tunggal hidup intrauterine CRL 4,6 sesuai dengan kehamilan 11-12 minggu Adneksa tidak tampak membesar Kesan : hamil 11-12 minggu, kehamilan baik. V. RESUME Pasien wanita 19 tahun, dengan G1P0A0 H 12 minggu rujukan dari bidan dengan diagnosa hyperemesis gravidarum, datang dengan keluhan mual dan muntah 1 hari SMRS. Muntah 8 x/hari, muntahan berupa apa yang dimakan. pasien juga mengeluh pusing, nyeri daerah ulu hati dan badan terasa lemas. Pada malamnya demam dan diberi panadol dan demam turun. Pasien juga
14

11 33 9.800 329.000 140 4,1 107 110

mengalami penurunan nafsu makan sejak saat itu dan belum makan lagi sejak itu. Pasien mersa cemas dengan kehamilannya. St. Generalis : : baik/C.M. nadi :88x/menit, nafas : 22x/menit

keadaan umum/ kesadaran suhu : 36,5C BB sekarang :63 kg BB sebelum hamil : 60 kg St. Obstetrik Abdomen Inspeksi Palpasi Auskultasi Anogenital Inspeksi Io VT : v/u tenang :striae gravidarum :

tanda vital : TD : 110/70 mmHg

: TFU 1 jari di atas symphisis pubis : Djj belum terdengar

: potio licin, portio livid +, OUE tertutup, fluxus -, fluor albus :portio kenyal, posterior, tebal 3 cm, pembukaan-, uterus teraba sebesar telur angsa, NT adneksa -/-, nyeri goyang portio -.

Laboratorium Darah : dalam batas normal. Urin keton +1 USG : hamil 11-12 minggu, kehamilan baik. VI. DIAGNOSIS Ibu : G1P0Ao hamil 12 minggu, hyperemesis gravidarum Janin : tunggal hidup intrauterine. VII. PENATALAKSANAAN Rencana diagnosa : Observasi TNP/ jam, suhu/4 jam
15

Rencana terapi : Cairan RL:D10%:NaCl = 2:2:2 20 tts/m Bed rest, rawat inap Puasa 24 jam Primperan 3x1 amp Ranitidin 2x1 amp Antasida 3x1 tab Rencana edukasi : Memberikan penjelasan mengenai kehamilannya dan mengatasi kecemasannya. Dukungan dan keluarga diperlukan. Asupan gizi yang baik selama kehamilan. Kontrol teratur ke puskesmas selama kehamilan. VIII. PROGNOSIS Ibu : bonam Janin : bonam IX. FOLLOW UP S
28-09-06 Muntah 8x, berupa makanan yang dimakan, darah-, lendir -, nyeri ulu hati + Ku/Kes : lemah/ C.M. 100/70mmHg, 80x/m, 36,5C, 22x/menit, 22x.mnt st. Generalis: abd: NT epigastrium +, BU+ N St. Obst: I: stria P:TFU 1 jari di atas symphisis A: Djj blm terdengar G1P0A0 H 12 mgg, hyperemesis gravidarum Cairan RL:D10%:NaCl = 2:2:2 20 tts/m Bed rest,rawat inap,Puasa 24 jam Primperan3x1amp,Ranitidin 2x1 amp,Antasida 3x1 tab 29-09-06 Mual +, nyeri ulu hati +, muntah Ku/Kes : baik/ C.M. 110/70mmHg, 88x/m, 36C, 24x/menit st. Generalis: abd: NT epigastrium +, BU+ N St. Obst: I:stria P: TFU 1 jari di atas symphisis A: Djj blm terdengar G1P0A0 H 12 mgg, hyperemesis gravidarum Cairan RL:D10%:NaCl = 2:2:2 20 tts/m Bed rest, rawat inap;Puasa 24 jam Primperan 3x1 amp,Ranitidin 2x1 amp,Antasida 3x1 tab 30-09-06 Mual +

Ku/Kes : baik/ C.M. 110/60mmHg, 88x/m, 36,5C, 22x/menit st. Generalis: abd: NT epigastrium -, BU+ N St. Obst: I:striae P: TFU 1 jari di atas symphisis A: Djj belum terdengar G1P0A0 H 12 mgg, hyperemesis gravidarum Cairan RL:D10%:NaCl = 2:2:2 20 tts/m Bed rest, rawat inap,Puasa 24 jam Primperan3x1 amp,Ranitidin 2x1 amp,Antasida 3x1 tab

A P

16

BAB IV ANALISA KASUS


Pada presentasi kasus Ny. Y, G1P0A0, 19 tahun, H 12 minggu ditegakkan diagnosa hyperemesis gravidarum atas dasar : Identitas Primigravida Hamil muda, trimester I Anamnesis Muntah-muntah Penurunan nafsu makan Adanya faktor psikis yang mempengaruhi Pernah seperti ini sebelumnya Pernah dirawat 3 hari di RS dengan keluhan yang sama Pemeriksaan fisik
28-09-06 30-09-06

Status generalis : o o KU/Kes tanda vital lemas/C.M db N baik/C.M db N

Pemeriksaan generalis : o NT epigastrium Pemeriksaan obstetrik : Pemeriksaan penunjang Lab: o Darah


o

+ db N

db N

: db N : ketonuria : db N

Urin

o USG

17

Pada hasil pemeriksan di atas didapatkan ketonuria, yang dimana pada pasien hyperemesis gravidarum umumnya. Penyebabnya adalah intake karbohidrat yang kurang, sehingga terjadi pemecahan lemak berlebihan dan terjadi kenaikan keton darah. Penatalaksanaan Rencana diagnosa Obs TNP/jam, obs S/4 jam untuk memantau keadaan ibu, apakah terdapat perburukan/perbaikan. Rencana terapi Cairan RL:D10%:NaCl = 2:2:2 20 tts/m Bed rest, rawat inap Puasa 24 jam Primperan 3x1 amp Ranitidin 2x1 amp
Antasida 3x 1 tab

Pentingnya rehidrasi untuk mengembalikan cairan ibu yang hilang akibat muntahnya. Rencana edukasi Memberikan penjelasan mengenai kehamilannya dan mengatasi kecemasannya. Dukungan dan keluarga diperlukan. Asupan gizi yang baik selama kehamilan, hindari makanan terlalu pedas dan berlemak. Kontrol teratur ke puskesmas selama kehamilan. Faktor psikis dikatakan memegang peranan cukup besar sehingga diperlukan dukungan dari keluarga dan suami.

18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN Kasus hyperemesis gravidarum adalah kasus yang umumnya terjadi pada saat hamil trimester pertama/ hamil muda, namun dapat berlanjut berbulan-bulan atau bahkan selama kehamilan. Bisa juga bukan semata-mata karena hanya kenaikan hormon HCG, atau esterogen saja, mungkin saja didapatkan kelainan lain yang dapat menyertai kehamilan seperti gastroenteritis, chlocystitis, pancreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pyelonefritis, hyperthyroid, hypercalcemi, dan fatty liver pada kehamilan. Faktor yang penting lainnya yaitu faktor psikis yang dimana menurut beberapa literatur memegang peranan pada pasien hyperemesis ini. Dengan terapi cairan, koreksi eletrolit, dan asam basa yang baik umumnya sudah memberikan hasil yang baik. Bisa juga diberikan obat simptomatik untuk keluhan yang ada. Jalan terakhir yang jarang dilakukan adalah terminasi kehamilan. SARAN Persiapan mental pada wanita hamil, dan kestabilan emosi merupakan bagian yang penting dalam mengurangi keluhan emesis gravida. Bahkan hanya dengan isolasi saja sudah memberikan perbaikan secara klinis. Hindari obat-obatan yang tidak perlu dan gunakan seminimal mungkin, karen pada trimester awal sebisa mungkin hindari obat-obatan yang bersifat teratogenik. Pola makan juga memegang peranan, dimana sebaiknya dihindari makanan yang terlalu banyak lemak, dan terlalu pedas untuk mencegah mual. Meskipun pada umumnya memberikan hasil yang baik dalam prognosis namun tak jarang menunjukkan perburukan.

19

You might also like