ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

DEFINISI AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human immunodeficiency Virus). B. ETIOLOGI AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini diketemukan oleh Montagner, seorang ilmuwan Perancis ( Institute Pasteur,Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus ( LAV ). Gallo ( National Institute of Health,USA 1984 ) menemukan virus HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus ) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses ( 1986 ) WHO memberikan nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS,disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja. C. PATOGENESIS Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret Vagina. Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh penderita ( sel hospes ), maka RNA virus diubah menjadi oleh ensim revers transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yng masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

D. GAMBARAN KLINIS Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik diuraikan dalam fase-fase berikut. 1. Infeksi Akut Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlangsung kira-kira 1-2 minggu. 2. Infeksi kronis asimtomatik Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh,

3.

meskipun ini bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita. Infeksi Kronik Simtomatik Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita. a. Penurunan Imunitas Sedang Pada awal sub-fase ini timbul penyakit penyakit yang lebih ringan misalnya rektivasi dari herpes zosrer atau herpes simpleks, namun dapat sembuh spontan atau hanya dengan pegobatan biasa b. Penurunan Imunitas Berat Pada sub fase ini terjadi infeki oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita, seperti Pneumocytiscarinii,toksoplasma

E.

DIAGNOSIS AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker opurtonistik yang mengancam jiwa penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk : ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan denagan AIDS dan hitungan CD$<200/ml. CDC menetapkan kondisi dimana infekssii HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS. KOMPLIKASI a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Neurologik kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) Gastrointestinal Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. Sensorik Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

F.

b.

c.

d.

e.

f.

G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan penderita infeksi HIV dibagi atas 2 bagian yaitu untuk infeksi dini dan untuk infeksi lanjut termasuk AIDS. Perbedaan tatalaksana terletak pada prinsip pencegahan yang dapat dilakukan

pada fase dini untuk mencegah timbulnya infeksi oportunutis serta memperpanjang hidup penderita, sedangkan pada tahap lanjut kita hanya dapat memberikan pengobatan untuk infeksi oportunitis dan keganasan serta perawatan pada fase terminal Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu : a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : Didanosine Ribavirin Diedoxycytidine Recombinant CD 4 dapat larut Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

b.

c.

d.

e. f.

BAB III TINJAUAN KASUS Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. PENGKAJIAN A. Riwayat Penyakit Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes : Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T ) Terapi : radiasi,defisiensi nutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik congenital. Kerusakan imunitas humoral (Antibodi) Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein liosing enteropati (peradangan usus) B. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif) Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ). Sirkulasi Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler. Integritas dan Ego Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa,dan sebagainya. Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah. Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine. Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema Hygiene Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. Neurosensori Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis. Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang. Pernafasan Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada. Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum. Keamanan Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam. Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum. Seksualitas Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah kehamilan. Tanda : Kehamilan,herpes genetalia Interaksi Sosial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS Tanda : Perubahan interaksi Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok,alkoholik.

C.

Pemeriksaan Diagnostik a) Tes Laboratorium Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) 1. Serologis o Tes antibody serum

o o o o

o o o o

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa Tes blot western Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV) Sel T limfosit Penurunan jumlah total Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200> T8 ( sel supresor sitopatik ) Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun. P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) ) Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi Kadar Ig Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal Reaksi rantai polimerase Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler. Tes PHS Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

2.

Budaya Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral. Neurologis EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) Tes Lainnya a. Sinar X dada Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain b. Tes Fungsi Pulmonal Deteksi awal pneumonia interstisial c. Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya. d. Biopsis Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi e. Brankoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

3.

4.

b) Tes Antibodi Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu : 1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA) Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human

2.

3. 4.

Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif. Western Blot Assay Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV) Indirect Immunoflouresence Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA ) Mendeteksi protein dari pada antibody.

c)

Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV) Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS. Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden )

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguaaan rasa nyaman berhubungan dengan demam, ditandai dengan suhu tubuh meningkat,S = 38c 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan BAB 5x/hari, konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung,bising usus 38x/menit,porsi makan habis dari yang disediakan, BB (I=65 kg) (II=53 kg) 3. Kecemasan berhubungan dengan penyakitnya ditandai dengan pasien cemas,dan takut, sering melamun dan pandangan mata kosong. 4. Resiko terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan penurunan system imun ditandai dengan kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut PERENCANAAN 1. Diagnosa Keperawatan Pertama Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis dari yang disediakan, BB menurun (I=65kg) (II=53kg) Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam Kriteria Hasil : 1. Porsi makan yang disediakan habis 2. Peristaltik Usus dapat kembali normal (5-35x/menit) 3. Pasien dapat BAB dengan normal 1-2x/hari 4. BB mengalami peningkatan min 1 kg Rencana Tindakan : 1. Catat intake dan out put yang adekuat 2. Timbang BB tiap hari bila perlu 3. Dorong penderita untuk makan sesuai dengan diet TKTP sedikit tapi sering 4. Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk membantu peningkatan BB Rasional 1. Membantu perawatan yang tepat untuk mengurangi over hidrasi 2. Merupakan indicator untuk mengetahui status gizi 3. Diet yang tepat merupakan hal yang tepat dalam proses penyembuhan 4. Peningkatan gizi perlu dilakukan untuk mempertahankan BB

3.

2.

Diagnosa Keperawatan Kedua Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan Pasien lemah, suhu tubuh meningkat S= 38 c Tujuan : Demam berkurang atau suhu tubuh kembali normal dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil : 1. Demam berkurang atau hilang 2. Pasien tampak rileks 3. Suhu kembali normal 37 c Rencana Tindakan : 1. Kaji tentang penyebab Demam 2. Beri penjelasan pasien tentang penyebab demam 3. Berikan posisi yang nyaman 4. Lakukan kolaborasi dengan tim Medis dalam hal pengobatan Rasional : 1. Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan 2. Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa cemas 3. Diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pasien 4. Dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan demam f. PELAKSANAAN Diagnosa Keperawatan pertama a. Memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi dan sebab gangguan pada saluran pencernaan Respon : Padien mengerti dan sangat kooperatif b. Memberikan diet TKTP dengan porsi sedikit tapi sering Respon : Pasien dapat menghabiskan porsi c. Melakukan observasi dan catat mengenai pemasukan makanan Respon : Pasien sangat kooperatif Diagnosa Keperawatan Kedua a. Mengkaji penyabab demam Respon : Pasien kooperatif b. Memberi penjelasan kepada pasien tentang penyebab demam Respon :Pasien mengangguk pertanda setujudan mengerti tentang apa yang disampaikan peawat c. Memberikan posisi yang nyaman Respon : Pasin mengatakan lebih nyaman d. Melakukan instruksi dokter dalam pengobatan Respon : Pasien mau dilakukan tindakan dan sangat kooperatif

1.

2.

NURSING CARE HIV / AIDS CHAPTER II REVIEW REFERENCES A. DEFINITION AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) is a syndrome with symptoms of opportunistic infections or certain cancers due to decreased immune system by HIV infection (Human Immunodeficiency Virus). B. Etiology AIDS is caused by a virus called HIV. The virus was discovered by Montagner, a French scientist (Institute Pasteur, Paris 1983), which isolate the virus from a patient with symptoms of lymphadenopathy, so at that time called lymphadenopathy Associated Virus (LAV). Gallo (National Institutes of Health, USA 1984) found the virus HTLV-III (Human T lymphotropic virus), which also is the cause of AIDS. In the present study further demonstrated that both viruses are similar, so that by the meeting of the International Committee on Taxonomy of Viruses (1986) WHO HIV gave official name. In 1986 in Africa found another virus that can also cause AIDS, called HIV-2, and in contrast to HIV-1 by genetic and antigenic. HIV-2 are considered less pathogenic than HIV-1. For ease, the second is referred to as the HIV virus only. C. Pathogenesis The virus enters the human body mainly through the intermediary of blood, semen and vaginal secret. In most (75%) of transmission occurs through sexual contact. Classified as having HIV retrovirus RNA genetic material. Bilaman virus into the patient's body (hospes cells), the viral RNA is converted to the enzyme revers transcryptase owned by the HIV.Pro-viral DNA is then integrated into hospes cells and subsequently programmed to form the viral genes. HIV tends to invade certain cell types, which are cells that have CD4 antigen opening, particularly T4 lymphocytes that play an important role in regulating and maintaining the immune system. Besides tifosit T4, a virus can also infect monocyte macrophages, Langerhans cells in the skin, follicular dendritic cells in lymph nodes, macrophages in lung alveoli, retinal cells, uterine cervical cells and brain microglial cells into the yng Virus T4 lymphocytes subsequently held a replication so it becomes more and eventually destroys the cell's own lymphocytes. D. CLINICAL HIV infection does not provide specific clinical picture with a wide spectrum, ranging from infection without symptoms (asymptomatic) at the initial stage until the symptoms are severe symptoms at a more advanced stage. Slow the disease course and symptoms of AIDS symptoms an average of 10 years after emerging infections, even longer. Clinical picture in accordance with the course of the disease and is more beneficial to the interests of the clinic are described in the following phases. A. Acute infections Symptoms of Acute infections usually occur after an incubation period of 1-3 months. The symptoms are generally such as influenza (flu-like syndrome: fever, artragia, malaise,

anorexia), skin symptoms (rash, urticaria), neurological symptoms (headache, retrobulber pain, radiculopathy, cognitive and affective disorders), disorders gastrointestinal (nausea, vomiting, diarrhea, candidiasis orofarings). At this phase is very Menul penyalit; ar due veremia.Symptoms mentioned above, is the body's reaction to the entry of the virus, and lasts approximately 1-2 weeks. 2. Asymptomatic chronic infection Having passed the acute infection for many years, generally about 5 years, the state of the patient was doing well, despite the fact that virus replication occurs slowly in the body. Some patients have enlarged lymph nodes overall, although this is not something that is prognostic, and no effect for patients. Currently ssudah began a decline in CD4 cell counts to guide people with reduced immunity. 3. Symptomatic Chronic Infection This phase began on average after five years of HIV infection.Share mild or severe symptoms occur in this phase, depending on the level of immunity of the patient. a. Moderate decrease Immunity At the beginning of this sub-phase of the disease occur less severe illnesses such as rectification of zosrer herpes simplex or herpes, but it may heal spontaneously or with just plain pegobatan b. Weight reduction in Immunity This phase occurs at sub infeki serious opportunistic sufferers often life-threatening, such as Pneumocytiscarinii, Toxoplasma E. DIAGNOSIS AIDS is a late-stage HIV infection. Expressed as AIDS sufferers in the progression of HIV infection when the next show to infections and cancer patients with life-threatening opurtonistik. In addition to infections and cancer in the determination of the CDC 1993, also include: encephalopathy, fatigue syndrome and AIDS-related denagan CD $ count <200/ml. CDC set a condition in which HIV infekssii been declared as AIDS. F. COMPLICATIONS a. Oral Lesions Because kandidia, herpes simplex, Kaposi sarcoma, oral HPV, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), oral leukoplakia, nutrition, dehydration, weight loss, fatigue and disability. b. Neurologic - AIDS dementia complex as a direct attack on the Human Immunodeficiency Virus (HIV) in nerve cells, an effect of personality changes, motor impairment, weakness, dysphasia, and social isolation. - Enselophaty acute, because the therapeutic response, hypoxia, hypoglycemia, electrolyte imbalance, meningitis / encephalitis. With the effects: headache, malaise, fever, paralise, total / partial. - Cerebral infarction cornea meningovaskuler syphilis, systemic hypotension, and maranik endocarditis. - Imflamasi demyelinating neuropathy due to attacks by Immunodeficienci Human Virus (HIV) c. Gastrointestinal - Diarrhea caused by bacteria and viruses, rapid growth of normal flora, lymphoma, and

Kaposi sarcoma. With effect, weight loss, anorexia, fever, malabsorption, and dehydration. - Due to bacterial and viral Hepatitis, lymphoma, Kaposi sarcoma, illegal drugs, alcoholic. With anorexia, nausea, vomiting, abdominal pain, jaundice, fever, arthritis. - Diseases of anorectal abscess and fistula due, perianal ulceration and inflammation are the result of infection, with difficult and painful inflammatory effects, rectal pain, itching and siare. d. Respiration Because Pneumocystic carinii infection, cytomegalovirus, influenza virus, pneumococcus, and strongyloides with effect shortness of breath, cough, pain, hypoxia, fatigue, respiratory failure. e. Dermatologik Staphylococcal skin lesions: herpes simplex and zoster virus, dermatitis due to xerosis, muscle reaction, lesions of scabies / lice, and dekobitus with the effects of pain, itching, burning, secondary infection and sepsis. f. Sensory - View: Kaposi's sarcoma of the conjunctiva effect blindness - Hearing: acute external otitis and otitis media, hearing loss with the effects of pain. G. MANAGEMENT The management of patients with HIV infection is divided into 2 parts for early infection and for further infections including AIDS. The difference lies in the management of the precautionary principle to do at an early stage to prevent infection and prolong life oportunutis patients, whereas in the advanced stage we can only provide treatment for infections and malignancies as well as maintenance oportunitis the terminal phase When infected with Human Immunodeficiency Virus (HIV), then terpinya namely: a. Infection Control Opurtunistik Aims to eliminate, control, and recovery opurtunistik infection, nasokomial, or sepsis. Action from a safe infection control to prevent complications of bacterial contamination and cause sepsis patients should be maintained for the critical care environment. b. AZT therapy (Azidotimidin) Approved by the FDA (1987) for the use of antiviral drugs AZT is effective against AIDS, antiviral drugs inhibit replication of Human Immunodeficiency Virus (HIV) by inhibiting the enzyme inverting traskriptase. AZT available to AIDS patients who his T4 cell count <> 3. Now, AZT is available for patients with Human Immunodeficiency Virus (HIV) positive asymptomatic and T4 cells> 500 mm3 c. New Antiviral Therapies Several new antiviral activity that enhances the immune system by inhibiting the replication of virus / break the chains of virus reproduction in the process. These medications are: - DdI - Ribavirin - Diedoxycytidine - Recombinant soluble CD 4 d. Virus vaccines and Reconstruction Reconstruction efforts and vaccine immune to such agents such as interferon, the special unit of critical care nurses can use their expertise and research in the field of nursing process to support the understanding and success of AIDS therapy.

e. Education to avoid alcohol and drugs, eating healthy foods, avoid stress, poor nutrition, alcohol and drugs that interfere with immune function. f. Avoid other infections, because the infection can activate T cells and accelerate the replication of Human Immunodeficiency Virus (HIV). CHAPTER III CASE REVIEW Basic Concepts of Nursing Care A. ASSESSMENT A. History of Disease This type of infection often gives the first clue for the nature of immune disorders. Chronological age of the patient also affects imunokompetens. Depressed immune response in people who are very young because the thymus gland has not been growing. In the elderly, atrophy of the thymus gland can increase susceptibility to infection. Many chronic diseases associated with weakened immune function. Meilitus diabetes, aplastic anemia, cancer is a chronic disease, the presence of such diseases should be considered as a supporting factor when assessing the status of the patient imunokompetens. The following forms of disorders and diseases and therapies hospes associated with abnormalities hospes: - Damage to cellular immune response (T lymphocytes) Treatment: radiation, nutritional deficiencies, aging, thymic aplasia, lymphoma, corticosteroid, anti-lymphocyte globulin, congenital thymic dysfunction. - Damage to humoral immunity (antibodies) Chronic lymphocytic leukemia, myeloma, hipogamaglobulemia congenital, protein - liosing enteropathy (intestinal inflammation) B. Physical Examination (Objective) and Complaints (Sujektif) - Activity / Rest Symptoms: Easy fatigue, activity intolerance, malaise progression, changes in sleep patterns. Signs: muscle weakness, decreased muscle mass, physiological response activities (Amendment TD, Jantun and respiratory frequency). - Circulation Symptoms: The healing is slow (anemia), bleeding at the time of injury. Symptoms: Changes in postural BP, decreased peripheral pulse volume, pallor / cyanosis, an extension of the capillary. - Integrity and Ego Symptoms: Stress associated with loss, worrying about appearances, denying the diagnosis, despair, and so forth. Signs: Denial, anxiety, depression, fear, withdrawal, anger. - Elimination Symptoms: Diarrhea intermittent, continued - again, often with or without abdominal cramps, pelvic pain, a burning sensation when micturition Symptoms: watery stool with or without mucus or blood, thick and frequent diarrhea, abdominal tenderness, lesions or rectal abscess, perianal, change the number, color, and characteristics of the urine. - Food / Fluids

Symptoms: Anorexia, nausea, vomiting, dysphagia Mark: poor skin turgor, lesions of the oral cavity, teeth and bad gums, edema - Hygiene Symptoms: Unable to resolve the AKS Signs: sloppy appearance, lack of self-care. - Neurosensori Symptoms: Dizziness, headache, altered mental status, sensory status of damage, muscle weakness, tremors, vision changes. Symptoms: Changes in mental status, paranoid ideas, anxiety, abnormal reflexes, tremors, seizures, hemiparesis, seizures. - Pain / Comfort Symptoms: Pain general / local, burning sensation, headache, chest pain, pleuritis. Symptoms: Swelling of the joints, painful glands, tenderness, decreased susceptible of motion, limping. - Respiratory Symptoms: frequent or persistent UTIs, progressive shortness of breath, coughing, tightness in the chest. Signs: Tachypnea, respiratory distress, change in breath sounds, presence of sputum. - Security Symptoms: History of falls, burns, fainting, wounds, blood transfusions, immune deficiency diseases, recurrent fever, night sweats. Symptoms: Changes in skin integrity, perianal wound / abscess, the incidence of nodules, enlargement of lymph nodes, the general decline in strength, the general pressure. - Sexuality Symptoms: The History of the sex act at a higher risk, decreased libido, use of birth control pills. Symptoms: Pregnancy, herpes genetalia - Social Interaction Symptoms: The problem posed by the diagnosis, isolation, loneliness, the trauma of AIDS Symptoms: Changes in the interaction - Guidance / Learning Symptoms: Failure in care, high risk sexual behavior, IV drug abuse, smoking, alcoholism. C. Diagnostic Examination a) Test Laboratory Has developed a number of diagnostic tests that some is still research. Tests and laboratory tests used to diagnose human immunodeficiency virus (HIV) and monitor disease progression and response to therapy Human Immunodeficiency Virus (HIV) A. Serological o serum antibody tests Screening for Human Immunodeficiency Virus (HIV) and ELISA.Positive test results, but is not a diagnosis o The western blot test Confirm the diagnosis of Human Immunodeficiency Virus (HIV) o The T cell lymphocyte The decrease in total

o helper T4 cells Indicator of immune system (number <200> o T8 (cytopathic suppressor cells) Inverse ratio (2: 1) or larger than the cell helper suppressor cells (T8 to T4) indicate immunosuppression. o P24 (Protein wrapping Human ImmunodeficiencyVirus (HIV)) Quantitative increase in the value of the progression of infection to identify protein o Levels of Ig Increased, especially Ig A, Ig G, Ig M is normal or near normal polymerase chain reaction o Detecting small amounts of virus DNA in peripheral cell infection monoseluler. o Test PHS Packaging and antibody hepatitis B, syphilis, CMV may be positive 2. Culture Histological, cytological examination of urine, blood, feces, fluid spine, wound, sputum, and secretion, to identify the presence of infection: parasites, protozoa, fungi, bacteria, viral. 3. Neurological EEG, MRI, CT Scan of the brain, EMG (neurological exam) 4. Other Tests a. Chest X-ray Stating the development of interstitial filtration of advanced PCP or other complications b. Pulmonary function tests Early detection of interstitial pneumonia c. Gallium Scan Diffuse pulmonary uptake occurs in PCP and other forms of pneumonia. d. Biopsies Another diagnosis of Kaposi sarcoma e. Brankoskopi / washing trakeobronkial Performed by biopsy at the time of the alleged PCP or lung damage b) Antibody Test If a person is infected with Human Immunodeficiency Virus (HIV), the immune system will reacts by producing antibodies to the virus. Antibody formed in 3-12 weeks after infection, or could be up to 6-12 months. This explains why people who are infected do not show the first positive test result. But the antibody was not effective, the ability to detect antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) in blood allows the screening of blood products and facilitate the diagnostic evaluation. In 1985 the Food and Drug Administration (FDA) to give license of the test - levels of Human Immunodeficiency Virus (HIV) for all donors of blood or plasma. Tests, namely: A. Test enzyme - linked immunosorbent assay (ELISA) Identifying the specific antibody directed against the virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA does not establish a diagnosis of AIDS, but only indicates that a person is infected or were infected with Human Immunodeficiency Virus (HIV). People who have

antibodies in their blood Human Immunodeficiency Virus (HIV) is called seropositive. 2. Western Blot Assay Antibody recognizes Human Immunodeficiency Virus (HIV) and ensure seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV) 3. Indirect Immunoflouresence Substitute checks to ensure seropositifitas western blot. 4. Radio Immuno Precipitation Assay (RIPA) Detect the protein of the antibody. c) Tracking Human Immunodeficiency Virus (HIV) Direct determination of its activity there and Human Immunodeficiency Virus (HIV) to track the course of the disease and its response. The protein is a viral protein called p24, p24 antigen capture assay for examination is very specific for the HIV - 1. but the levels of p24 in patients with Human Immunodeficiency Virus infection (HIV) is very low, the patient had a p24 dengantiter more likely to be larger than AIDS. This examination is used with other tests to evaluate the effect of anti-virus. Examination of cultured human immunodeficiency virus (HIV) or quantitative plasma culture and plasma viremia are additional tests that measure the viral load (viral burden) 2. NURSING DIAGNOSIS A. Gangguaaan feel comfortable dealing with a fever, characterized by increased body temperature, S = 38c 2. Changes in nutrition less than body requirements related to the out put is characterized by excessive CHAPTER 5x/hari, yellow liquid consistency, there is tenderness, abdominal bloating, bowel sounds 38x/menit, eating out of which is provided, BB (I = 65 kg) (II = 53 kg) 3. Anxiety associated with illness characterized by the patient's anxiety, and fear, often dreamy and vacant eyes. 4. The risk of oral mucosal changes associated with decreased immune system characterized by lack of oral hygiene, there are mushrooms around the mouth 3. PLANNING A. Nursing Diagnosis First Changes in nutrition less than body requirements related to excessive output is characterized by diarrhea 5x/hari yellow liquid consistency, there is tenderness, abdominal bloating, increased bowel sounds 38x/menit, eating out of which is provided, BB down (I = 65kg) (II = 53kg) Objectives: Nutritional needs can be met within 2x24 hours Results Criteria: A. Provided eating out 2. Intestinal peristalsis can return to normal (5-35x/menit) 3. Patients can normally CHAPTER 1-2x/hari 4. BB min 1 kg increase Action Plan: A. Record intake and output is adequate 2. BB Weigh every day if necessary

3. Encourage people to eat according to the diet TKTP little but often 4. Collaboration with nutrition experts to help increase BB Rational A. Proper treatment helps to reduce over-hydration 2. Is an indicator to determine the nutritional status 3. Proper diet is the right thing in the healing process 4. Improved nutrition is necessary to maintain the BB 2. The Nursing Diagnosis Disruption of comfort associated with fever is characterized by weak patients, increased body temperature S = 38 c Objectives: Reduced fever or body temperature returned to normal within 1x24 hours after nursing actions Results Criteria: A. Fever was reduced or lost 2. Patients seemed relaxed 3. Temperature returned to normal 37 c Action Plan: A. The review of the causes of Fever 2. Give an explanation about the cause of the fever patients 3. Provide a comfortable position 4. Do a collaboration with the Medical team in terms of treatment Rational: A. To find out what to do 2. By giving the patient an explanation is not expected to feel anxious 3. Expected to provide comfort to patients 4. By doing a collaboration with the medical team is expected to reduce or eliminate the fever f. IMPLEMENTATION A. The first Nursing Diagnosis a. Provide an explanation of the importance of nutrition and cause disturbances in the digestive tract Response: Padien understanding and very cooperative b. Provide TKTP diet with small portions but often Response: Patients can spend servings c. Make observations and record of food intake Response: The patient was very cooperative 2. The Nursing Diagnosis a. Assess the different causes of fever Response: The uncooperative patient b. Give an explanation to the patient about the cause of fever Response: The patient nodded sign setujudan understand what the peawat

c. Provide a comfortable position Response: Pasin said more convenient d. Conduct instruction in the treatment of a doctor Response: Patients are willing and very cooperative action