You are on page 1of 9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang

Korelasi merupakan suatu kegiatan dalam menghubungkan suatu titik dengan titik lain pada sebuah penampang, dengan asumsi bahwa titik-titik tersebut terletak pada suatu bidang perlapisan yang sama, dengan asumsi bidang perlapisan merupakan bidang kesamaan umur/waktu dan bidang ini dijadikan dasar penarikan garis korelasi. Kegiatan korelasi ini merupakan tahapan analisis setelah analisis log, baik kualitatif dan kuantitatif, kemudian berdasarkan hasil analisis log , dilakukan korelasi terhadap tiap sumur untuk mengetahui sebaran litologi serta struktur yang terdapat pada penampang tersebut. Dari korelasi dapat dibuat 2 macam penampang yaitu : Penampang Struktur Korelasi Stratigrafi Tujuan penampang struktur korelasi stratigrafi adalah untuk merekonstruksi keadaan geologi sewaktu diendapkan dan untuk mengetahui paleogeografi Penampang struktur korelasi struktur Tujuannya adalah untuk merekonstruksi keadaan geologi bawah permukaan suatu daerah pada waktu sekarang Pada laporan ini, yang akan digunakan adalah penampang struktur korelasi struktur litostratigrafi dari korelasi penampang log gamma ray SED 1 , SED 2, SED 3 ,SED 4 dan SED 5. 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari korelasi & penampang bawah permukaan adalah untuk merekontruksi keadaan geologi suatu daerah dan untuk mengetahui paleogeografi suatu daerah dengan membuat penampang stratigrafi dan strukturnya Sedangkan tujuan dari korelasi sumur adalah untuk : Evaluasi formasi relatif dari sumur- sumur dari singkapan atau proyeksi geofisika Ada atau tidaknya suatu sumur memiliki struktur geologi yang sama Ada atau tidaknya suatu sumur memiliki horison yang produktif dan untuk memperkirakan beberapa kedalaman yang masih harus dibor Ada atau tidaknya sesar Keberadaan perlapisan, lipatan , ketidakselarasan dll, tebal tipisnya suatu batuan atau perubahan secara lateral dari sedimen dan batuan

BAB 2 DASAR TEORI Delta dapat diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang (Boggs, 1987). Secara garis besar delta merupakan garis pantai yang menjorok ke arah laut terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997). Pengendapan pada delta amat tergantung pada beberapa faktor seperti : Ruang akomodasi (Accomodation space) , Ruang akomodasi amat tergantung pada beberapa faktor seperti jumlah masukan sedimen (sediment supply) dan adanya subsidence/ amblesan akibat gaya tektonik. Eustacy Merupakan naik turun absolut permukaan air laut, pola-pola pengendapan yang tertinggal dan terekam batuan sedimen merupakan dokumen utama variasi eustatik, perubahan muka air laut ini terjadi dalam beberapa kali, semakin cepat terjadi naikturun akam memberikan perubahan dalam sekuen batuan yang diendapkan, perubahan perubahan ini akan menghasilkan refleksi seismik yang khas. Iklim Menentukan sifat alami dari sedimen saat diendapkan , contohnya karbonat diendapkan pada iklim hangat Faktor seperti ruang akomodasi dan eustacy lah yang amat menentukan pola pengendapan, pada eustascy (naik turunnya muka air laut) terdapat berbagai macam system track, diantaranya : LST (lowstand System Track) LST ditandai dengan laju menurunnya eustatik hampir sama dengan laju subsidence, muka air laut akan relatif konstan dan menghasilkan lowstand TST (transgressive System track) TST ditandai dengan naiknya muka air laut HST (Highstand System Track) Muka air laut pada ketinggian maksimal. Dari Korelasi dapat dibuat 2 macam penampang yaitu : 1. Penampang Stratigrafi (Kronostratigrafi) Tujuannya adalah untuk merekontruksi keadaan geologi sewaktu diendapkan dan untuk mengetahui paleogeografi Prinsip prinsip kronostratigrafi adalah : o Penampang yang digunakan pada suatu datum plane yang berupa keybed atau marker bed dan bukan pada kedudukan terhadap permukaan laut o Skala Skala horisontal tidak sama dengan skala vertikal , umumnya skal horisontal bukan dalam skala sebenarnya Jika kedua sumur terlalu dekat maka harus direnggangkan Jika kedua sumur terlalu jauh maka harus dirapatkan o Lokasi /penampang sumur harus diperlihatkan dengan ditampilkan secara lengkap Log log yang dipakai untuk korelasi o Diberi peta indeks yang menunjukkkan lokasi sebenarnya dari sumursumur yang dikorelasikan

o Datum plane yang berupa marker bed harus benar-benar dipercaya dan mudah dikenal pada Log dan harus dijumpai pada setiap sumur yang akan dikorelasikan 2. Penampang Struktur (Litostratigrafi) Tujuannya untuk merekonstruksi keadaan geologi suatu daerah pada waktu sekarang Prinsip-prinsipnya adalah : Penampang digantungkan pada datum plane berupa kedalaman yang sama dibawah muka laut Skala o Diusahakan skala vertikal sama dengan skala horisontal, supaya dapat memperlihatkan keadaan yang sebenarnya o Jika dilakukan perbesaran skal, tidak boleh berlebihan seperti dalam penampang stratigrafi Gejala tektonik o Patahan Dikenal dengan menghilangnya atau menipisnya lapisan sesar secara tiba-tiba atau menebalnya tiba-tiba o Sesar normal Jika antara 3 sumur memperlihatkan fault gap o Sesar Naik Adanya perulangan perlapisan dengan diperlihatkan ketebalan yang mencolok secara tiba-tiba dalam jarak yang dekat o Lipatan Diperlihatkan antara 3 sumur yang berbeda kedudukan perlapisan, dimana rekonstruksinya seperti dalam rekonstruksi lipatan pada geologi struktur yaitu dengan menggunakan metode-metode tertentu.

BAB 3 LANGKAH KERJA 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Alat tulis , pensil ataupun pulpen 2. Penampang log gamma ray SED 1, SED 2, SED 3, SED 4, dan SED 5 3. Pensil warna , minimal 2 warna , hijau dan kuning 4. Penggaris 5. Kertas HVS 3.2 Langkah kerja Langkah-langkah kerja dalam melakukan korelasi litostratigrafi adalah : 1. Menyiapkan segala peralatan , seperti alat tulis, penampang log, penggaris dan pensil warna. 2. Pada tiap penampang log gamma ray,baseline ditentukan terlebih dahulu 3. Litologi batuan ditentukan berdasarkan defleksi gamma ray terhadap baseline, warna kuning untuk sandstone dan warna hijau untuk shalestone 4. Menentukan datum plane , dalam korelasi litostrastigrafi umumnya pada kedalaman yang sama, 5. Penampang log disejajarkan berdasarkan datum plane 6. Interpretasi kehadiran struktur terlebih dahulu pada korelasi penampang, tanda keberadaan sesar diberikan bila ditemukan sesar 7. Litologi dengan bentuk dan ketebalan yang mirip , berdasarkan penampang log dihubungkan. 8. Litologi yang telah dihubungkan, diberi warna sesuai kemenerusan litologinya. Langkah langkah dalam melakukan korelasi kronostratigrafi adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan segala peralatan , seperti alat tulis, penampang log, penggaris dan pensil warna. 2. Pada tiap penampang log gamma ray,baseline ditentukan terlebih dahulu 3. Litologi batuan ditentukan berdasarkan defleksi gamma ray terhadap baseline, warna kuning untuk sandstone dan warna hijau untuk shalestone 4. Menentukan datum plane , pada korelasi kronostratigrafi umumnya pada paket sekuen MFS (maximum flooding surface) 5. Penampang log disejajarkan berdasarkan datum plane 6. Menentukan unit- unit sekuen paket pengendapan seperti batas sekuen (SB) , transgresive surface (TS), flooding surface (FS) dan Maximum flooding surface (MFS) dan system track seperti LST (Lowstand System Track), TST (transgresive system track) dan HST (Highstand System Track) pada tiap penampang log 7. Interpretasi kehadiran struktur terlebih dahulu pada korelasi penampang, tanda keberadaan sesar diberikan bila ditemukan sesar 8. Unit unit sekuen pengendapan dan system track yang sama dihubungkan, dan diberi warna sesuai kemenerusannya

BAB 5 ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

Korelasi yang dilakukan adalah penampang struktur korelasi struktur ( litostratigrafi). Berdasarkan data log Gamma Ray SED 1, SED 2, SED 3, SED 4 dan SED 5 sebagai berikut :

Gambar 5.1 data penampang log SED 1 hingga SED 5

Ditentukan litologi batuannya , berdasarkan baseline dan defleksi gamma ray , maka didapat :

Gambar 5.2 data penampang log SED 1 hingga SED 5 yang telah ditentukan litologinya

Kemudian setelah didapat litologi batuannya , ditentukan terlebih dahulu struktur struktur yang mungkin terdapat pada penampang. Maka dapat dibuat model seperti berikut :

Gambar 5.3 permodelan berdasarkan korelasi litostrastigrafi data penampang log SED 1 hingga SED 5

Datum line yang digunakan dalam korelasi litostratigrafi adalah kedalaman yang sama yaitu pada 5100 feet (terlihat pada gambar 5.3) Terdapat batubara (coal) yang terlihat pada defleksi gamma ray pada SED 1, namun batubara ini tidak menerus, sebagaimana tidak terlihat lagi di SED 2 hingga SED 5. Litologi dari SED 1 hingga SED 2 terlihat menerus, namun mulai terlihat pada SED 3 dan seterusnya hingga SED 5 adanya pembajian dimana ada litologi yang semakin menipis secara lateral kearah sed 3, 4 dan semakin tipis di SED 5 , bahkan ada litologi yang hilang (tidak terlihat lagi di SED 5) Bila dilihat dari penampang log GR, kemenerusan litologi antara SED 1 & SED 2 dan SED 4 dan SED 5, nampak perlapisan litologi yang relatif datar, namun bila dilihat pada penampang log GR SED 3 , terlihat adanya perbedaan kedalaman litologi, perlapisannya relatif naik dibanding perlapisan yang terlihat pada SED 1 , SED 2 dan SED 4 dan SED 5, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat struktur geologi berupa sesar di antara penampang log GR SED 2 & SED 4 dan juga terdapat sesar diantara SED 3 dan SED 4 Struktur geologi yang berkembang di antara SED 2 dan SED 3 diduga merupakan sesar naik (thrust fault) dimana hanging wall relatif naik terhadap footwall , terlihat dari beda kedalaman litologi yang terdapat pada penampang log SED 2 dan SED 3. Struktur geologi yang berkembang di antara SED 3 dan SED 4 cukup kompleks , dilihat dari jauhnya beda kedalaman litologi yang terlihat antara SED 3 dan SED 4 diinterpretasikan adanya lebih dari 1 sesar yang terjadi di daerah tersebut, diinterpretasikan adanya sesar naik dan sesar turun. Dimana sesar turun terbentuk terlebih dahulu akibat gaya kompresi yang berlaku di daerah tersebut, lalu sesar naik terbentuk akibat adanya gaya tektonik di daerah tersebut. Dahulu mungkin terdapat antiklin (lipatan) antara penampang log gamma ray SED 2 , SED 3, dan SED 4 dimana pada penampang SED 3 adalah puncak dari antiklin (seperti yang terlihat) yang diakibatkan oleh adanya gaya tektonik yang bekerja di daerah tersebut, setelah jenuh dan elastisitas batuan tidak mampu menahan gaya tektonik, maka batuan tersesarkan berupa sesar naik di antara SED 2 dan SED 3 dan terbentuk juga sesar turun diantara SED 3 dan SED 4, setelah itu struktur sesar berupa sesar naik juga terbentuk di atas sesar turun diantara SED 3 dan SED 4. Dugaan adanya struktur sesar juga diperkuat dari data penampang seismik yang melewati lintasan sumur SED 1 hingga SED 5. Dari data analisa log kualitatif dan kuantitatif, dapat diketahui kedalaman terdapatnya GOC ( Gas-Oil Contact) pada kedalaman 5174 feet dan terdapat OWC (Oil Water Contact) pada kedalaman 5180 feet. Dimana GOC dan WOC terlihat menerus pada penampang log , namun pada SED 3, WOC tidak terlihat dikarenakan reservoarnya berada lebih dangkal dari batuan sekitarnya, sehingga tidak dijumpai air pada penampang Log GR SED 3 .

Bab 5 KESIMPULAN

Dari hasil analisa data korelasi litostratigrafi didapat kesimpulan berupa : 1. Struktur Geologi yang berkembang adalah struktur antiklin yang tersesarkan. Terdapat sesar naik diantara penampang SED 2 dan SED 3, dan terdapat sesar naik dan sesar turun diantara penampang SED 3 dan SED 4. 2. GOC dan OWC terlihat menerus, GOC pada kedalamaan 5174 feet dan WOC 5180 feet, namun pada penampang SED 3 tidak terlihat adanya WOC.

DAFTAR PUSTAKA http://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/15/korelasi-stratigrafi-disarikan-dari-samboggs-jr-1995-principles-of-sedimentology-and-stratigraphy-edisi-2-englewood-cliffsprentice-hall-hlm-519-529-561-580-581-613-625-650-666/ http://alfonsussimalango.blogspot.com/2011/04/linkungan-pengendapan.html

Sismanto. 2009. Modul Akuisisi Pemrosesan Data Seismik dan Interpretasi. Yogyakarta : Laboratorium Geofisika fakultas MIPA UGM. Boggs, S. Jr. 1987. Principles of Sedimentary and Stratigraphy. Merril Publishing Company , Columbus

You might also like