You are on page 1of 25

LAPORAN HASIL TUTORIAL BLOK 3.

5 WEEK 1 Bungaku yang Hilang

Disusun oleh: Kelompok 5 Diki Yuge Katan Samuel Indratama Ristia Anggarini Erawati Werdiningsih Yasinta Nur Rohmah Brigitta Ayu D.S. Dheta Agustin M Merawati Dyah S. Anisa Hidayah Martina Oktaviani Yayu Nidaul F Widya Dwi Astuti 13161 13162 13168 13170 13175 13327 13331 13335 13340 13342 13424 13427

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UGM 2012


1

BUNGAKU YANG HILANG Nn. Mwr 21 tahun mengalami kasus perkosaan. Sejak kejadian itu, ia merasa hidupnya tidak berguna lagi dan selalu menyalahkan dirinya sendiri serta menjauhkan diri dari pergaulan teman-temannya. Keluarga membawa ke RS dan dokter mendiagnosis pasien mengalami Post Trauma Stress Disorder. Saat diperkosa, tidak ada saksi satupun sehingga sulit untuk membuktikannya, padahal keluarga ingin mendapatkan perlakuan hukum dan mendapatkan solusinya.

STEP 1 1. Post Trauma Stress Disorder : stress yang ditunjukan dengan kecemasan karena trauma fisik dan psikis (<3 bulan, >3 bulan, > 1bulan setelah trauma) karena koping yang tidak efektif. 2. Trauma: perasaan tidak nyaman/individual yang dipicu oleh kondisi tidak nyaman baik fisik atau pun psikis STEP 2 1. Apa saja criteria seseorang dikatakan mengalami PTSD? 2. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD? 3. Apa saja peran perawat dalam kasus terkait? 4. Apa akibat lebih lanjut dari PTSD? 5. Apa peran dukungan keluarga dan lingkungan sosial terhadap pasien PTSD? 6. Apa saja tindakan pencegahan terhadap PTSD? 7. Apa saja Tanda dan gejala orang dengan PTSD? 8. Apa saja factor predisposisi dan presipitasi dari PTSD? 9. Hubungan antara Trauma dengan PTSD? 10. Bagaimana Penggolongan PTSD? 11. Apakah perbedaan antara PTSD dan stress akut? 12. Apa saja pemeriksaan dan deteksi dini orang yang beresiko PTSD? 13. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan Post Trauma Stress Disorder? 14. Apa solusi yang bisa dilakukan keluarga untuk nn. Mwr?

15. Kapan waktu yang tepat untuk perawat melakukan tindakan dalam rangka mengatasi PTSD? 16. Bagaimana prognosis dari PTSD?

STEP3 (1 ) ICD 10: Kemunculan stressor Ada kejadian terulang kembali Penghindaran Pangulangan dengan gangguan tidur, insomnia, nightmare Gangguan terjadi > 1 bulan dari munculnya trauma Menganggu fungsi normal

(10 ) penggolongan: Stress akut < 1 bulan PTSD akut > 1 bulan PTSD kronis> 3 bulan PTSD tertunda > 6 bulan

Kategori I sadar II menerima III memburuk

(2 ) terapi Psikoanalisis : respon terapeutik untuk meningkatkan koping Terapi kelompok; tukar pendapat Terapi bermain Farmakologis CBT Pemaparan stressor Terapi keluarga Logo terapi Anxiety managemen

(4 ) Dampak : Gangguan tidur mimpi buruk Gangguan peran Gangguan fungsi sosial Menarik diri, isolasi diri
3

Emosional, mood tidak stabil Percobaan bunuh diri Alkoholisme Depresi Resiko kekerasan untuk diri dan orang lain

Gangguan disosiatif Regresi perkembangan Hilang focus Kurang pengembangan diri Spiritual menyalahkan Tuhan

(6 ) pencegahan; Deteksi dini Pemaparan stressor, situasi yang sama

(7 ) tanda dan gejala Sulit tidur Aktivitas menurun Menurunnya konsentrasi dan daya ingat Irritable Hilangnya minat

(5 ) peran : Memberikan dukungan positif menjadi beradaptasi keluarga dan sosial Sosial: tidak mencemooh, menerima Di daerah bencana LSM

(14 ) solusi Visum: bukti pemerkosaan Pemeriksaan fisik Dengan kuseioner Impavt Event Scale Pevision Hormone kortisol MRI : amigdala dan hipotalamus

(12 ) deteksi dini:

(9 ) trauma menyebabkan PTSD jika koping tidak efetif (15 ) intervensi setelah ada pelaporan / setelah mendapat kasus Kamunitas lebih ke arah pencegahan : trauma healing untuk mencegah PTSD (8) fx predisposisi
4

Kepribadian yang tidak kuat Ekonomi lemah Koping tidak efektif Fx presipitasi Kekerasan seksual Bencana alam Physical abuse Biologis : wanita stress lebih banyak, keluarga yang 1 kena yang lain juga kena, usia

(3 ) peran: depresi ditangani lebih dahulu kesaksian pasien di meja hokum memberikan bukti visum penguat bukti untuk pemerkosaan dukungan sosial, spiritual lebih baik kesaksian pasien di meja huklum sebagai fasilitator untuk menjelaskan pada keluarga bukti-bukti biologis (16 ) prongnosis Koping baik sembuh Tidak segera teratasi represi gangguan disosiatif Dipengaruhi : durasi, support system, koping

(13 ) asuhan keperawatan Ndx: Post Trauma Sindrome NOC: Ndx: Ineffektif koping NOC: harga diri NIC : Peningkatan harga diri Ndx: resiko trauma syndrome NOC: abuse seksual NIC: rape. trauma Pengkajian : Konfirmasi Data demografi Pola tidur Cek fungsi otak

STEP 4

STEP 5 LO: 1. Apa saja criteria seseorang dikatakan mengalami PTSD? 2. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD? 3. Apa saja peran perawat dalam kasus terkait?
6

4. Bagaimana Penggolongan PTSD? 5. Apa saja pemeriksaan dan deteksi dini orang yang beresiko PTSD? 6. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan Post Trauma Stress Disorder? 7. Bagaimana prognosis dari PTSD? 8. Profesi yang terlibat dalam penanganan PTSD serta perannya masing masing? 9. Kondissi pasien yang seperti apa yang harus di bawa ke RS?

STEP 6: Mencari literature mandiri STEP 7: 1. Kriteria PTSD Kriteria diagnosis PTSD menurut Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV Text Revision (DSM IV TR) yaitu: A. Kejadian traumatic/ adanya stressor: 1. Satu atau banyak pristiwa yang membuat seseorang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian yang berupa ancaman kematian, cidera yang serius atau ancaman terhadap integritas fisik dirinya sendiri atau orang lain. 2. Tanggapan individu terhadap pengalaman tersebut dengan ketakutan, kengerian, atau ketidakberdayaan yang sangat kuat. B. Re-experiencing: Mengalami kembali satu atau lebih gejala di bawah ini: 1. Teringat kembali akan kejadian trauma menyedihkan yang dialaminya dan bersifat mengganggu (bisa berupa gambaran, pikiran, persepsi) 2. Mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa trauma yang dialaminya (yang mencemaskan) 3. Mengalami kilas balik trauma (merasa seakan kejadian trauma yang dialaminya terjadi kembali, hal ini bisa terjadi karena ilusi, haluinasinya) 4. Kecemasan psikologis dan fisik bersamaan dengan hal yang mengingatkan terhadap kejadian trauma (kenangan akan peristiwa trauma)

C. Avoidance: Menghindari secara persisten stimulus yang berkaitan dengan trauma dan mematikan perasaan/ tidak berespon terhadap suatu hal (sebelum trauma masih berespon). Gejala ini meliputi tiga atau lebih hal di bawah ini: 1. Kemampuan untuk menghindari pikiran, perasaan, percakapan yang berhubungan dengan kejadian trauma 2. Kemampuan menghindari aktivitas, tempat, orang yang dapat membangkitkan kembali kenangan akan trauma yang dialaminya 3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa trauma yang dialaminya 4. Ketertarikan dan minat untuk berpartisipasi dalam peristiwa penting berkurang 5. Merasa terasing dari orang di sekitarnya 6. Terbatasnya rentang emosi ( contoh: tidak dapa merasakan cinta) 7. Perasaan bahwa masa depannya suram D. Gejala hiperarousal/ sangat sensitif yang persisten meliputi dua atau lebih gejala di bawah ini: 1. Sulit untuk memulai tidur/ sulit mempeertahankannya 2. Sulit berkonsentrasi 3. Mudah kesal dan meledak-ledak emosinya 4. Hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan) 5. Reaksi kaget yang berlebihan E. Durasi dari gangguan ( gejala di kriteria B, C, D) lebih dari sebulan F. Gangguan/ gejala di atas ini menyebabkan kecemasan dan gangguan fungsional dalam berhubungan sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.

Secara spesifikasi diagnosis PTSD dapat diidentifikasi sebagai: (1) akut: bila gejala berlangsung satu sampai tiga bulan (2) kronis: bila gejala berlangsung lebih dari tiga buan (3) onset yang tertunda: bila gejala dimula sedikitnya enam bulan setelah kejadian traumatik/stressor

Kriteria PTSD menurut International Classification of Diseases 10 (ICD-10) adalah sebagai berikut: A. Pasien harus pernah terpapar pada suatu peristiwa atau situasi yang menimbulkan stress (sebentar/lama) yang sifatnya malapetaka atau sangat mengancam sehingga mungkin akan menyebabkan stress pada hampir semua orang. B. Terus menerus mengingat atau menghayati lagi penyebab stress dalam bentuk kilas balik yang mengganggu, kenangan yang jelas sekali atau mimpi yang berulang, atau mengalami keemasan ketika menghadapi keadaan yang mirip atau berkaitan dengan penyebab stress. C. Pasien harus memperlihatkan suatu penghindaran nyata dari keadaan yang mirip atau berhubugan dengan penyebab stress yang tidak ada sebelumnya. D. Salah satu dari hal berikut harus terjadi: 1. tidak mampu mengingat sebagian atau seluruhnya dari beberapa aspek penting selama masa terpapar pada penyebab stress 2. gejala yang terus menerus dari adanya peningkatan kepekaaan psikologis dan sensasi (tidak ada sebelum terpapar dengan penyebab stres), ditunjukkan oleh dua dari berikut ini: a. sulit untuk memulai tidur dan mempertahankannya b. mudah marah atau amarah yang meledak-ledak c. sulit berkonsentrasi d. kewaspadaan yang sangat tinggi e. reaksi kaget yang berlebihan E. Kriteria B, C, dan D semuanya terjadi dalam kurun waktu enam bulan setelah peristiwa traumatik terjadi.

Menurut Mendatu (2010) diagnosa PTSD bisa ditegakkan ketika: 1. Sekurang-kurangnya 2 kluster gejala harus ada 2. Gejala khusus dari masing-masing kluster terjadi sekurang-kurangnnya 1 bulan atau lebih

3. Gejala yang terjadi menyebabkan ganggguan atau masalah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan orang lain, bekerja, dan segala aspek lainnya.

Pedoman diagnostik gangguan stress pasca trauma menurut PPDGJ III (F 43.1) yaitu: A. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gannguan ini timbul dalam kurun waktu enam bulan setelah kejadiian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui enam bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu enam bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori ganngguan lainnya. B. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpimimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback) C. Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas. D. Suatu sequelae menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa).

Scheeringa et al (1995) merekomendasikan perubahan kriteria PTSD bagi young children. Perubahan kriteria ini tidak mengharuskan anak dapat melaporkan ketakutannya sebagai respon terhadap trauma. Kriteria diagnosis yang digunakan bagi young child (1-6 tahun): A. Anak tersebut setidaknya harus mengalami kembali salah satu tipe pengulangan ingatan kejadian traumatik di bawah ini: 1. Menunjukkan perilaku yang mencontoh trauma yang terjadi seperti, bermain tembaktembakan atau mengulang adegan kekerasan sendiri atau bersama teman. Perilaku ini diulang-ulang tanpa variasi yang berarti. 2. Teringat kembali akan peristiwa trauma ( bisa secara tiba-tiba) 3. Mengalami mimpi buruk/ mengerikan tanpa dapat mendeskripsikan isi mimpi tersebut

10

4. Mengalami stres saat terpapar dengan kejadian yang mengingatkan akan trauma yang dialami. B. Perubahan kriteria ini juga hanya memerlukan satu dari gejala mati rasa secara emosional dan perilaku menghindar di bawah ini (dewasa perlu tiga): 1. Menarik diri dari pergaulan social 2. Jarang mau bermain 3. Mengalami kemunduran perkembangan terutama perkembangan bahasa dan toilet training 4. Rentang afek yang terbatas (perasaan dan pikiran jadi datar, tumpul) C. Memerlukan satu dari gejala hiperarousal di bawah ini: 1. Sulit memulai tidur (tidak berhubungan dengan takut mimpi buruk ataupun kegelapan) 2. Terbangun waktu tidur malam hari (bukan karena mimpi buruk) 3. Penurunan konsentrasi 4. Respon terkejut yang berlebihan 5. Sangat sensitif dan memiliki reaksi intens terhadap rangsangan yang

mengingatkannya pada peristiwa traumatik D. Ditandai oleh salah satu dari gejala ketakutan dan sikap bermusuhan di bawah ini: 1. Takut gelap 2. Takut pergi ke toilet sendirian 3. Takut terhadap suatu hal baru yang tidak secara jelas berkaitan dengan trauma 4. Takut terpisah dan takut ditinggal sendirian Pada umumya ada dua jenis reaksi traumatis: 1. Post Traumatic Stress Reaction (PTRS): reaksi stress yang umum teradi segera setelah peristiwa bencana. 2. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) : reaksi belakangan yang lebih kronis dan parah, yang secara klinis dikategorikan sebagai kelainan. Jika stress berlangsung antara 2 hari sampai 1 bulan, maka reaksi stress tersebut memenuhi syarat sebagai Acute Stress Disorder. Jika stress pasca trauma melebihi 1 bulan, maka diagnosisnya adalah PTSD.

11

Perjalanan PTSD: Peristiwa Traumatik trauma respon stress pada peristiwa traumatik

PTSD

Fase normal pada stress traumatis: 1. Outcry 2. Denial 3. Intrusion 4. Working trough : keadian sedih, takut, marah : menolak menggali memori dari kejadian traumatis : secara tidak sadar berpikir tentang kejadian itu : menggali dan mengintegrasikan kejadian trauma dan mencari arti

atau makna dari peristiwa tersebut 5. Completion : berkomitmen untuk melanjutkan tujuan hidup.

Respon patologis stress traumatis: 1. Mempunyai perasaan emosi yang kuat dan disrganisasi karena reaksi trauma 2. Panik untuk reaksi emosional/ kelebihan yang sangat karena berpikir tentang peristiwa tersebut 3. Extreme avoidance: menggunakan alcohol, obat-obat terlarang untuk menghilangkan stress 4. Flooding/ perasaan emosional yang kuat dan tiba-tiba: mengganggu pemikiran dan gambaran yang persisten/ menetap terhadap peristiwa tersebut 5. Respon psychosomatic: keluhan tubuh yang berkembang dari respon terhadap trauma 6. Kerusakan atau penyimpangan karakter: perubahan dalam pemikiran secara menetap dan perilaku disebabkan sebagai pertahanan klien sehingga menyebabkan perubahan kronik dari gaya hidup 2. Terapi yang bisa dilakukan untuk menangani PTSD: A. Psikoterapi 1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Menurut penelitian Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan yang paling efektif dalam mengobati anak dengan PTSD. Dalam Cognitive Behavioral Therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan menganggu kegiatan-kegiatan penderita PTSD misalnya,

12

pada seorang anak korban kejahatan mungkin akan menyalahkan diri sendiri karena ketidakhatihatiannya. Prinsip-prinsip behavioral therapy digunakan untuk modifikasi perilaku dan proses re-learning. Tujuan terapi ini adalah mengidentifikasi pikiranpikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang. 2. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagai landasan yang mendasari patologi sekaligus kesehatan mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar dari persepsi, sikap dan perilaku kita.Untuk memproses kembali informasi di dalam otak/jaringan memori yang telah ada, EMDR dijalankan dengan melakukan kegiatan fisik yang merangsang aktivasi pemrosesan informasi di dalam otak (dalam konteks EMDR disebut sebagai stimulasi bilateral) melalui indra pengelihatan atau pendengaran atau perabaan. 3. Playtherapy Playtherapy merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengobati PTSD pada anak periode awal / young children. Pada terapi ini bertujuan untuk memahami trauma anak dan memberikan medium untuk berekspresi dalam mengurangi tekanan emosional ynag dialami. Bermain peran, menggambar, bermain dengan boneka atau benda-benda figural dapat dijadikan cara untuk menyesuaikan diri dan memberi kesempatan pada terapis untuk melakukan re-exposure yaitu, membahas peristiwa traumatiknya dalam situasi yang mendukung. 4. Debriefing Orang yang mengalami peristiwa traumatic didorong untuk berbicara tentang peristiwa itu dan mengekspresikan pikiran dan perasaannya sewaktu mengalami dan setelah mengalami peristiwa itu. Setelah itu mereka diberi informasi tentang respon stress dan cara mengatasinya. Tetapi belum ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan bahwa debriefing mencegah PTSD, bahkan ada beberapa bukti bahwa debriefing (terutama debriefing sesi tunggal) dapat memperburuk keadaan dalam angka panjang.
13

B. Farmakologi Pengobatan PTSD harus ditujukan pada gejala utama: 1. Gejala depresi: SSRI (fluoksetin, fluvoksamin, dan sertralin), trisiklik (amitriptilin dan imipramin). 2. Gejala anxietas: benzodiazepine (klonazepam, alprazolam), buspiron dan antidepresan. 3. Gangguan tidur: antidepresan yang bersifat sedative (trazodon), siproheptadin atau hipnotika. 4. Pikiran intrusive: karbamazepin, valproat. 5. Keterjagaan berlebih: SSRI, propanolol/klonidin, lithium, valproat. 6. Hostilitas/impulsivitas: karbamazepin, valproat. 7. Gejala psikotik/agresi atau agitasi yang hebat: antipsikotik.

C. Tapas Acupressure Technique TAT adalah proses yang mudah untuk mengakhiri stres, trauma, rasa takut (fobia), rasa menderita & untuk menciptakan rasa bahagia. TAT adalah teknik yang baru, sederhana dan efektif untuk menciptakan rasa damai, rileks, dan sehat dalam waktu yang singkat. TAT merupakan salah satu bentuk terapi dalam kelompok ilmu Energy Psychology yang sedang berkembang pesat. Teknik ini dilakukan dengan menyentuh ringan beberapa titik akupunktur di kepala(Posisi TAT), sambil mengarahkan perhatian Anda pada masalah yang ingin diatasi (7 Langkah Penyembuhan TAT). Menyentuh titik-titik ini dengan ringan akan memberikan efek pudarnya trauma, sehingga pikiran dan perasaan hati yang negatif pun berkurang, terutama setelah mengalami peristiwa yang traumatis. D. Tele-mental Nursing Beberapa pasien PTSD tinggal di wilayah pedesaan, terpelosok dan jauh dari jangkauan pusat layanan kesehatan. Penggunaan teknologi telemental nursing dengan

videoteleconference akan memudahkan perawat dalam pemberian intervensi bagi pasien PTSD yang tinggal di wilayah terisolir. Manfaat penggunaan telemental nursing teknik videoteleconference antara lain: menjangkau daerah terisolir, mengurangi stigma tentang penggunaan model pemberian asuhan keperawatan secara tradisional, bermanfaat bagi pasien dengan keterbatasan
14

dalam ambulasi dan transportasi, dan menghemat biaya, waktu tempuh, biaya perjalanan, dan pasien tidak perlu cuti bekerja. Kelemahan penggunaan telemental nursing teknik ini antara lain: tidak semua terapis memiliki kesiapan kompetensi dalam penggunaan teknologi, ketidakterjangkauan akses teknologi informasi dan dibutuhkan anggaran terkait pengadaan peralatan, pemeliharaan alat, dan penyediaan gaji bagi teknisi pemelihara alat. 3. Profesi yang terlibat dalam penanganan PTSD: a. Prosedur identifikasi PTSD: psikolog, petugas kesehatan (dokter, perawat). b. Penanganan penderita PTSD pasca trauma: sharing pada oranglain tentang kondisinya dan mengikuti siraman rohani. c. Upaya pencegahan dan penanggulangan PTSD: Rohaniawan: siraman rohani Petugas kesehatan: penyuluhan/ edukasi tentang PTSD dan cara

pengelolaannya. Lembaga pemerintah dan non pemerintah: mengadakan acara hiburan, melakukan pijat stress yang akan membuat pikiran penderita lebih tenang. 4. Penggolongan PTSD: Menurut ICD 10, PTSD dibagi menjadi 3 kategori: Akut Kronik Delayed : symptom muncul sebelum 6 bulan traumatis diikuti dengan PTSR. : symptom muncul di atas 6 bulan setelah peristiwa traumatis : symptom muncul setelah masa laten berbulan-bulan atau bertahun-tahun

setelah peristiwa. Menurut DSM IV TR, PTSD dibagi menjadi 3 kategori: Akut Kronis Delayed : gejala muncul kurang dari 3 bulan pasca kejadian traumatic. : gejala muncul antara 3 sampai 6 bulan pasca kejadian traumatik : geala muncul lebih dari 6 bulan pasca kejadian traumatic.

Penggolongan menurut penyebabnya: 1. Psikodinamik Ego klien yang mengalami trauma berat, sering dirasakan sebagai ancaman terhadap integritas fisik atau konsep diri. Hal ini menyebabkan ansietas berat yang tidak dapat dikendalikan oleh ego dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku simtomatik.
15

Karena ego menjadi rentan, superego dapat menghukum dan menyebabkan individu merasa bersalah terhadap kejadian traumatis tersebut. Id dapat menjadi dominan, menyebabkan perilaku impulsive tak terkendali. 2. Biologis Abnormalitas dalam penyimpangan, pelepasan, dan eliminasi katekolamin yang mempengaruhi fungsi otak di daerah lokus seruleus, amigdala dan hippocampus. Hipersensitivitas pada lokus seruleus dapat menyebabkan seseorang tidak dapat belajar. Amigdala sebagai penyimpanan memori. Hipocampus menimbulkan koheren negative serta lokasi waktu dan ruang. Hiperaktivitas dalam amigdala dapat menghambat otak membuat hubungan perasaan dalam memori memori disimpan dalam bentuk mimpi buruk, flashback, dan gejala fisik lain. 3. Dinamika keluarga Tipe pendidikan formal, kehidupan keluarga, dan gaya hidup merupakan perkiraan signifikan terjadinya PTSD. Pendikan dibawah rata-rata, perilaku orangtua yang negative, dan kemiskinan orangtua merupakan factor predictor perkembangan PTSD.

Menurut jenis peristiwa: 1. Personal: contoh kejadiannya adalah bencana alam, nuklir, dsb. 2. Interpersonal: contohnya adalah cidera yang membahayakan, kekerasan,dsb. Menurut macam-macam penyebabnya (smith &Segal): 1. Perang 2. Pemerkosaan 3. Bencana alam 4. Kecelakaan mobil atau pesawat 5. Deteksi dini PTSD A. Observasi Mengamati perilaku individu dengan menggunakan pedoman observasi (terbayang oleh peristiwa traumatis, harapan masa depan rendah, berpikir negative, emosional, mengisolasi diri, merasa tidak berdaya). B. Wawancara C. Komunikasi tidak langsung: dengan menggunakan kuesioner.
16

5. Penculikan 6. Penyerangan fisik 7. Penyiksaan seksual 8. Prosedur medis

Kuesioner disusun berdasarkan DSM IV , terdiri 6 aspek : 1. Masih terbayang oleh peristiwa traumatis (exposure to stressor), dengan indicator: Bermimpi/merasa terus dibayangi peristiwa tragis yang terjadi Merasa seperti mengalami kembali peristiwa tragis Sakit kepala atau mual, atau alergi ketika dihadapkan pada symbol dari peristiwa logis yang terjadi Mengalami gangguan tidur Mudah cemas dan panik ketika terjadi peristiwa di luar dugaan.

2. Harapan masa depan rendah Merasa masa depan suram Merasa tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk pulih dari peristiwa yang terjadi Merasa tidak lagi memiliki kebanggaan terhadap diri sendiri Tidak ada harapan keadaan akan menjadi lebih baik Merasa putus asa

3. Berpikir negative Bersikap waspada di luar batas kewajaran Kesulitan berkonsentrasi Merasa tidak nyaman dimanapun berada Merasa oranglain tidak peduli Curiga berlebihan

4. Emosional Mudah marah Mudah tersinggung Mudah menangis

5. Mengisolasi diri Menolak dikunjungi orang asing Sulit berinteraksi dengan oranglain Lebih suka berdiam diri

17

6. Merasa tidak berdaya Kehilangan minat melakukan aktivitas Merasa tidak berdaya Merasa sangat kecewa dengan keadaan

Deteksi dini dengan menggunakan 5 aspek kepribadian: 1. Fisiologi 2. Afeksi 3. Kognisi 4. Behavioral 5. Spiritual : ada tidaknya nyeri otot dan berkeringat : murung, putus asa, takut : sulit berkonsentrasi : sulit tidur, mengkonsumsi alcohol dan obat-obatan : menyalahkan Tuhan, menggerutu.

Kuesioner yang dapat digunakan untuk mendeteksi PTSD adalah sebagai berikut: a. The Impact of Event Scale b. The PTSD Checklist- Civilian version c. The Davidson Trauma Scale d. The SPAN test e. The SeLf Rating for Post-traumatic Stress Disorder f. The Post-traumatic Stress Disorder Questionaire g. The Trauma Screening Questionaire Screening dilakukan untuk orang-orang berisiko tinggi, yang termasuk orang berisiko tinggi PTSD dalah sebagai berikut: a. Pengungsi b. Militer atau mantan militer c. Pekerja kegawatdaruratan (tenaga medis, pemadam kebakaran, dsb) d. jurnalis 6. Asuhan Keperawatan untuk pasien PTSD: Pengkajian: 1. Aktivitas : ada tidaknya gangguan tidur, mimpi buruk, hipersomnia, mudah letih, keletihan kronis. 2. Sirkulasi : denyut jantung meningkat, palpitasi, tekanan darah meningkat, terasa panas. 3. Integritas ego: perasaan bersalah, malu, isolasi, perasaan tentang masa depan suram.
18

4. Neurosensori: gangguan kognitif, kweaspadaan tinggi, ketakutan berlebih, ingatan persisten, sulit untuk berkonsentrasi, ketegangan otot, gemetar, kegelisahan motorik 5. Nyeri fisik atau cidera 6. Pernafasan : respiratory rate meningkat, dispneu 7. Keamanan : marah yang meledak-ledak, ide untuk bunuh diri, perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain. 8. Seksualitas: hilang gairah, impotensi, ketidakmampuan mencapai orgasme. 9. Interaksi social: menghindari orang, tempat, kegiatan yang menimbulkan ingatan tentang trauma. Diagnosa Keperawatan: 1. Post Trauma Syndrom Related factor: physical&psychological abuse Definisi: tertahannya respon maladaptive mengenai peristiwa traumatic dan berlebihan. Batasan karakteristik: NOC: abuse recovery: emotional memperluas penyembuhan gangguan psikologis yang berhubungan dengan kekerasan. Indicator keberhasilan: none-limited-moderate-substantial-extensive o kepercayaan diri o harga diri o control impulsive o perasaan kuat o menyatakan rasa nyaman untuk kembali ke rumah o insight mengenai kekerasan o interaksi social yang positif abuse recovery: physical
19

Mengasingkan diri (alienation) Penghindaran (avoidance) Ketakutan Flashback Perasaan bersalah

Hopelessness Iritabilitas Nightmare shame

memperluas penyembuhan kerusakan fisik yang berhubungan dengan kekeerasan o perawatan terhadap luka o penyembuhan luka o resolusi untuk masalah kesehatan abuse recovery: sexual memperluas penyembuhan gangguan fisik dan psikologis yang berhubungan dengan kekerasan atau eksploitasi. o Menyatakan hak untuk menyikapi situasi abuse o Mengekspresikan hak bahwa ia telah terlindungi dari kekerasan o Menyampaikan kemarahan dengan cara yang tidak merusak Hope Optimisme mengenai kepuasan pribadi dan life supporting Indicator: never-rarely-sometimes-often-consistently-demonstrated o Menyatakan harapan untuk masa depan yang positif o Menyatakan keinginan untuk hidup o Menyatakan alas an untuk hidup o Menyatakan arti hidup o Optimis NIC: Support system enhancement Fasilitasi untuk mendukung pasien dengan keluarga, eman, dan komunitas. Aktiivitas keperawatan: o Mengkaji respon psikologis pasien dan ketersediaan support system o Mengenali jejaring social yang mendukung o Mengidentifikasi dukungan keluarga, keuangan keluarga o Monitor situasi keluarga o Dukung pasien untuk terlibat dalam aktivitas social o Dukung hubungan dengan orang-orang dekat

20

Konseling Menggunakan bantuan yang interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, pemecahan masalah, dan hubungan interpersonal. Aktivitas keperawatan: o Membangun BHSP o Mendemonstrasikan empati, kehangatan, dan ketulusan o Menyediakan privasi o Mendorong untuk menyampaikan perasaan o Mendampingi pasien untuk mengidentifikasi masalah atau situasi yang menyebabkan distress o Dampingi pasien untuk membuat daftar solusi yang memungkinkan o Menentukan bagaimana sikap keluarga mempengaruhi pasien

Peningkatan koping Mendampingi pasien menyesuaikan diri untuk menerima stressor, perubahan, hambatan yang mempengaruhi peran dan kebutuhan hidup. o Menyediakan atmosfer yang menerima o Dukung pasien untuk menilai situasi secara objektif o Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan o Dukung pasien untuk menggunakan sumber spiritual o Dukung pasien untuk mengidentifikasi respon positif yang lain.

2. Rape Trauma Syndrome Definisi: respon maladaptive yang berkelanjutan akibat adanya paksaan penetrasi dan kekerasan seksual tanpa persetujuan (perkosaan). Batasan karakteristik: Harga diri rendah Marah Takut Cemas

NOC: Abuse Recovery:emosional Indicator:


21

Kenyamanan diri Harga diri Interaksi social positif

NIC: Rape Trauma Treatment Aktivitas: Berikan dukungan untuk seseorang terpenting tetap bersama klien untuk memberikan dukungan Lakukan intervensi krisis saat konseling Berikan obat untuk mencegah kehamilan, bila memungkinkan Dokumentasi tentang status mental Masukkan pasien dalam program advokasi pemerkosaan Berikan medikasi farmakologi untuk menangani kecemasan

3. Risk for suicide Definisi: risiko melukai diri yang mengancam kehidupan. Tanda gejala di kasus: a. Mengalami pemerkosaan (kekerasan seksual) b. Merasa hidupnya tidak berguna c. Selalu menyalahkan diri sendiri d. Menarik diri NOC: suicide self restraint Indicator: Mengungkapkan perasaan tidak melakukan percobaan bunuh diri mencari bantuan social

NIC: Suicide prevention faktor Persepsi terhadap stressor Pertanyaan Pengkajian fisik 1. identifikasi hal-hal yang membuat stress 1. Observasi indicator 2. tanyakan masalah tidur, makan, pekerjaan, kecemasan, marah, atau dan tingkat konsentrasi tertekan 3. tanyakan apakah pasien mengalami 2. Lihat ekspresi nonverbal, kejadian saat di rumah, di tempat kerja, dll. seperti tertawa atau menangis pada kondisi yang tidak semestinya.
22

Ketersediaan sumber koping

Koping maladaptive yang digunakan Kepatuhan terhadap praktek kesehatan

1. Tanyakan tentang persahabatan yang 1. Observasi apakah pasien dijalin dan hubungan dengan anggota benar-benar sendiri atau keluarga ada orang lain 2. Tanyakan apa sudah dilakukan oleh pasien 2. Observasi cara berpakaian di masa lalu saat menghadapi stressor dan kebersihannya tersebut. 3. Observasi kemampuan komunikasi klien 4. Observasi tingkat perkembangan dan keadaan sosiokultural. 1. Tanyakan tentang penggunaan tembakau, Observasi efek merokok, alcohol, obat-obatan, kafein, dan obat- alcohol, obat-obatan, kafein. obatan herbal serta obat-obatan yang Contohnya: efek kesulitan berlawanan. tidur, kesulitan konsentrasi. 1. Apakah pasien secara teratur pergi ke 1. Observasi dengan teliti dokter atau penyedia layanan kesehatan masa gawat bunuh diri dan lain untuk check up? TTV 2. Tanyakan tentang kebiasaan nutrisi, 2. Berikan lingkungan yang olahraga, penggunaan sabuk pengaman, aman (lingkungan tinggal, helm, dan seksualitas. obat, dan peralatan lain) 3. Instruksikan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala dasar dari depresi dan segera laporkan jika ada hal tersebut 4. Laksanakan program terapi secara rutin.

7. Prognosis Sampai 50% kasus akan pulih dalam tahun pertama, namun sampai 30% perjalanan penyakitnya akan kronis. Perjalanan penyakit PTSD tergantung pada tingkat keparahan gejala awal, multiple atau single trauma, dan onset atau munculnya gejala. Di Amerika dan Australia sebanyak 85-88% laki-laki dan 78-80% perempuan dengan PTSD terdapat penyakit penyerta atau komorbid, antara lain: personality disorder, social problem, dan physical problem. Bila PTSD berlangsung selama minimal 2 tahun dapat berakibat terjadi perubahan kepribadian, dengan manifestasi perilaku yang tidak luwes dan maladaptive yang menjurus pada disabilitas dalam hubungan interpersonal, social, dan pekerjaan. Sikap bermusuhan, tidak percaya pada semua orang
23

Menarik diri Putus asa dan perasaan hampa Keterasingan

Prognosis yang baik diperoleh bila: Waktu singkat Durasi singkat Tidak ada penyalahgunaan zat Dukungan yang baik dari keluarga, orang terdekat, dan lingkungan Mengikuti pengobatan dan terapi dengan rutin

8. Peran perawat dalam penanganan PTSD: 1. Sistem Pendukung Perawat sebagai sistem pendukung dapat memberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat menyegarkan kembali pikirannya. Juga dapat mengajarkan ketrampilan bersosialisasi dengan komunikasi terapeutik jika klien tidak mengetahui cara berinteraksi dengan tepat. Membantu pasien dalam mengembangkan jaringan social baru jika stress yang dialami terjadi akibat isolasi social. 2. Meningkatkan Harga Diri Untuk memperbaiki harga diri klien, perawat dapat membantu klien dalam strategi reduksi stress yang positif. Ketika klien dapat mengidentifikasi karakteristik positif mana yang mereka miliki, maka hal ini dapat membantu mereka mencari sumber koping yang dapat dicapai untuk mengatasi stressor yang mereka hadapi. Peningkatan harga diri klien dapat dicapai dengan menggunakan terapi kognitif. Dalam hukum perdata Indonesia diperlukan saksi ahli. Perawat termasuk dalam saksi ahli yang dapat memberikan kesaksian kondisi mental pasien melalui dokumentasinya. Syarat yang harus dipenuhi oleh saksi ahli adalah sebagai berikut: a. Kualifikasi ahli Pengadilan mengakui beberapa profesi untuk menjadi saksi ahli dalam rape trauma syndrome di pengadilan, yaitu: dokter, psikiater, pekerja social, psikolog, konselor krisis perkosaan, dan akademisi. b. Reliabilitas keilmuan
24

c. Kegunaan d. netralitas 9. indikasi pasien PTSD untuk dihospitalisasi: a. untuk tujuan diagnostic b. mempertibangkan segi keamanan pasien c. perilaku pasien sangat kacau d. pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar e. untuk rehabilitasi dan membentuk kegiatan sesuai dengan tingkatannya 3 kriteria pasien arus dirawat di rumah sakit: a. terdapat risiko bunuh diri b. komorbiditas tinggi c. berkurangnya fungsi aktivitas

25

You might also like