You are on page 1of 43

KERATITIS

Pembimbing : dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp.M Disusun oleh : Subiyanto (406107057) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PENDAHULUAN
Kornea bagian anterior dari mata bagian dari media refraksi, berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea terdiri atas 5 lapis yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement, dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi.

Pada keratitis sering timbul rasa sakit yang berat oleh karena kornea bergesekan dengan palpebra. Lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea. Fotofobia terutama disebabkan oleh iris yang meradang. Keratitis dapat memberikan gejala mata merah, rasa silau dan merasa ada yang mengganjal atau kelilipan.

ANATOMI KORNEA

FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larutair dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, dan jamur.

KERATITIS

DEFINISI
Keratitis adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea.

FAKTOR RESIKO
Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan Herpes genital atau infeksi virus lain Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain Higienis yang tidak baik Nutrisi yang kurang baik (terutama kekurangan vitamin A)

ETIOLOGI

Bakteri, virus dan jamur dapat menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe 1. Selain itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.

KLASIFIKASI
Pembagian keratitis ada bermacam-macam : Menurut kausa nya : bakteri : paling sering virus jamur alergi terhadap: staphilokokus (ulkus marginal) tuberkulo protein (keratitis flikten) Toksin atau tidak diketahui penyebabnya yang tepat ( Ring ulkus) defisiensi vitamin A (Xeroftalmi) kerusakan N.V (keratitis neuroparalitik) tak diketahui penyebabnya (ulkus moorens)

Menurut tempat nya Keratitis superfisial dapat dibagi menjadi : 1. Keratitis epitelial, tes florescein (+), misalnya: - Keratitis pungtata superfisial -Herpes simplek -Herpes zoster 2. Keratitis subepitelial, tes fluorescein (-), misalnya: - Keratitis numularis - Keratitis disiformis 3. Keratitis stromal, tes florescein (+),misalnya: - keratitis neuroparalitik, keratitis et lagoftalmus Keratitis profunda, tes flourescein (-), misalnya: - Keratitis intertisial - Keratitis sklerotikans - Keratitis disiformis

Keratitis Bakterial Setiap bakteri seperti staphilokokus, pseudomonas, dan enterobacteriacea dapat mengakibatkan keratitis bakterial. Pengobatan antibiotik dapat diberikan pada keratitis bakterial dini. Biasanya pengobatan dengan dasar berikut: Gram (-): tobramisin, gentamisin, polimiksin. Gram(+); sefazolin, vancomyxin, basitrasin. Biasanya pengobatan diberikan tiap 1 jam. Sikloplegik diberikan untuk

Keratitis Virus Keratitis pungtata superfisial memberika gambaran seperti infiltrat halus bertitik titik pada dataran depan kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simplek, herpes zoster, infeksi virus, vaksinia, dan trakoma. Keratitis yang terkumpul didaerah membran bowman. Pada keratitis ini biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihat nya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut.

Keratitis Herpetik Keratitis herpetik disebabkan oleh herpes simplek dan herpes zoster. Yang disebabkan herpes simplek dibagi dalam 2 bentuk, yaitu epitelial dan stromal. Hal yang murni epitelial adalah dendritik, dan stromal adalah disiformis. Biasanya infeksi herpes simplek ini berupa campuran epitel dan stromal. Perbedaan ini akibat mekanisme kerusakan berbeda.

Herpes Simpleks Dibedakan infeksi primer dan infeksi kekambuhan. Infeksi primer: yaitu infeksi pada seseorang yang tidak mempunyai antibodi terhadap herpes simplek. Terdapat pada usia 6 bulan sampai 6 tahun. Kelainan primer di mata: - vesikel di kelopak mata atau margo di palpebra - Konjungtivitis folikularis - Keratitis pungtata superfisial yang dapat berkembang menjadi liniaris, fasikularis dan dendritikus. Kalau pada serangan pertama mengenai konjungtiva dan kornea, maka pada serangan kekambuhan konjungtiva tidak diserang lagi. Setelah infeksi primer, virus bersembunyi di salah satu tempat dibadan di antara nya di radix dorsalis ganglion.

Infeksi kekambuhan Merupakan infeksi pada seseorang yang telah mempunyai antibodi terhadap herpes simplek dan dicetuskan oleh berbagai triger mekanism. Kelainan nya di mata berupa, kelainan epitel dan stromal. Dengan adanya pencetus, virus dipersembunyian nya berkembang biak, menjadi aktif, menimbukan serangan kekambuhan. Penyulit: 1. Hipopion, dapat timbul akibat: reaksi toksin, disebabkan reaksi sekunder. Ini yang paling banyak terjadi. Reaksi toksin karna herpes simpleks sendiri. 2. Perforasi kornea: jarang terjadi, terkecuali apabila di pakai kortikosteroid lokal atau pemeberian antibiotik yang terlalau lama.

Pengobatan: Yang spefisik dengan IDU (5 iodo 2 dioxy uridine) dipasaran dikenal sebagai herplex, yang diteteskan tiap jam 1 tetes siang, dan tiap 2 jam 1 tetes pada malam harinya, sampai tes florescein (-). Kemudian dosis dikurangi, tiap 2 jam siang dan tiap 4 jam malam hari nya, sampai betul sembuh. Kontraindikasi pemakaian obat ini pada kehamilan. Disamping jangan lupa sulfas atropin 1% 3 kali sehari satu tetes. Pada kasus kasus yang tidak dapat sembuh dengan obat, dapat dilakukan kauterisasi dengan larutan jodium. Tujuan dari kauterisasi adalah untuk menghancurkan sel sel epitel kornea yang sakit dan mencegah perluasan radang ke lapisan stromal atau lapisan yang lebih dalam lagi.

Salep antibiotika untuk menghindarkan infeksi sekunder. Mata ditutup dengan perban. Obat yang paling baru sebagai salep mata atau tetes mata, yaitu vira A, tetapi belum beredar di indonesia. Sebagai obat globulin imun, dapat diberikan isoprenosin Obat antivirus asiklovir sebagai salep mata 3% 5dd dan tablet 5 dd 1 tablet. Penyembuhan juga dapat ditolong dengan pemberian vitamin C dosis tinggi. Pemberian kortikosteroid merupakan kontraindikasi mutlak.

Herpes Zoster Penyebab: virus herpes zoster, yang menyerang ganglion gasseri saraf trigeminus dan melalui ramus optalmikus timbul kelainan di kulit frontal dan hidung dimana tampak vesikel vesikel di kulit muka, kadang kadang di palpebra, unilateral, sedang pada herpes simplek kelainan kulit terjadi bilateral. Bila telah terjadi vesikel di ujung hidung, berarti N. nasosiliaris terkena, maka biasa nya timbul kelainan di kornea, dimana sensibilitas nya menurun, tetapi penderita merasa sakit. Keadaan ini disebut anestesia dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi perikornea. Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh. Kadang kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis.

Keratitis ini dapat sembuh dalam beberapa minggu, tetapi anestesia dari kornea tetap berlangsung lama, sehingga mata dapat mudah terkena trauma, tanpa disadari penderita dan menimbulkan keratitis neuroparalitika. Kadang kadang timbul penyulit : iridosiklitis, glaukoma, neuritis optika, skeritis, parese atau paralise dari otot otot muka (jarang). Bentuk kelainan klinis yang menyerupai herpes zoster, tetapi bukan disebabkan oleh virus herpes zoster, disebut herpes zoster simptomatis, yang disebabkan oleh trauma fisik atau kimia pada ganglion gasseri atau ramus oftalmikus. Bila infeksi dengan herpes zoster telah mereda dapat timbul rasa sakit yang hebat disebut post herpetik neuralgia. Serangan dapat kambuh bila terdapat pencetus.

Pengobatan Obat antivirus asiklovir salep mata 3% 5 kali sehari dan tablet 5 kali 1 tablet sehari Sedativa, analgetika oleh karena sakit. Obat obat neurotropik Lokal diberi sulfas atropin 1%, 3 kali sehari 1 tetes, disertai salep antibiotik atau tetes ataupun injeksi subkonjungtiva, untuk mencegah infeksi sekunder. Isoprenosin obat globulin imun diberikan setiap 2-3 jam 1 tablet Kalau terdapat uveitis, diberikan kortikosteroid sistemik dengan pengawasan yang saksama Kalau sudah sembuh mata harus dilindungi terus dengan kacamata karena masih insensitif.

Keratitis Jamur Biasa nya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh tumbuhan. Jamur yang dapat menyebabkan keratitis adalah fusarium, cephalocepharium, dan curvularia. Keluhan baru timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian. Pasien akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair dan silau. Pada mata akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak didalam stroma. diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa. Sebaiknya pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% setiap 1-2 jam saat bangun saat antijamur lain seperti mikonazol, amfoterisin, nistatin, dan lain lain. Diberikan siklopegik disertai obat oral anti glaukoma bila timbul peningkatan tekanan intraokuler. Bila tidak berhasil diatasi maka dapat dilakukan keratoplasti. Penyulit yang dapat terjadi adalah endoftalmitis.

Keratitis Alergi Ulkus Marginal Ulkus marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Diduga dasar kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitifitas terhadap eksotoksin staphilokokus. Ulkus yang terdapat terutama dibagian perifer kornea, yang biasa nya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi, dan penyakit kolagen vaskular. Biasanya bersifat rekuren Infiltrat dan tukak yang terlihat diduga merupakan timbunan kompleks antigen-antibodi. Secara histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses yang epitelial atau subepitelial. Penglihatan pasien dengan tukak marginal akan menurun disertai dengan rasa sakit, fotofobia, dan lakrimasi. pada mata terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang atau dangkal. Terdapat unilateral dapat tunggal atau multipel dan daerah jernih antara kelainan ini antara limbus kornea. Dapat terbentuk neovaskularisasi dari arah limbus. Pengobatan tukak marginal ini adalah antibiotik dengan steroid lokal dapat diberikan sesudah kemungkinan inffeksi virus herpes simplek disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya dalam waktu yang singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.

Keratitis Flikten Terutama terdapat pada anak dengan kebersihan yang buruk. Biasanya didapatkan pembesaran kelenjar leher dan tonsil,eksema dari hidung dan mulut oleh karena sekret dari hidung. Dikornea, flikten merupakan benjolan dengan diameter 1 3 mm berwarna abu abu, pada lapisan superfisial kornea dan menonjol diatas permukaan kornea. Epitel diatasnya mudah pecah dan membentuk ulkus. Ulkusnya dapat sembuh dengan atau tanpa meninggalkan sikatrik. Ada pula ulkus yang menjalar dari pinggir ketengah, dengan dipinggir meninggalkan sikatrik, sedang disentral masih aktif, yang disebut wander phlyctaen.

Ring Ulcer Diduga dasarnya reaksi alergi. Sering dijumpai bersama dengan penyakit endogen seperti periarteritis nodusa, lupus eritematosis, disentri basiler, influensa, tripanosomiasis, nkoserkiasis, kadang kadang trakoma. Tanda klinik: terlihat injeksi perikornea, disekitar limbus. Dikornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, didalam limbus , bisa dangkal atau dalam, kadang kadang menimbulkan perforasi. Ulkus kataral simpleks yang banyak, kadang kadang dapat menjadi satu, menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer, yang sebetulnya, tidak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral ataupun blefaritis, seperti yang terdapat pada ulkus kataral. Perjalanan penyakitnya menahun. Pengobatan : sulfas atropin antibiotika atau sulfa, mengingat kemungkinan alergi sebagai penyebab dapat disertai kortikosteroid, asalkan hati hati mata ditutup

Xeroftalmi Yaitu kelainan mata yang disebabkan oleh defisiensi dari vitamin A. keadaan ini merupakan penyebab kebutaan utama di Indonesia. Kekurangan vitamin A dapat disebabkan : makanannya kurang mengandung vitamin A daya absorpsi vitamin A dari usus yang tidak baik. Penggunaan vitamin A didalam badan tidak baik.

Kekurangan vitamin A didalam badan menyebabkan hiperkeratinisasi epitel diseluruh badan, sehingga kulitnya menjadi kasar, bersisik. Kalau terjadi disaluran pernafasan, dapat menimbulkan bronkitis, pneumonia dan penderita sering meninggal karena pneumonianya. Juga dapat menimbulkan gangguan pembentukkan tulang, bila hal ini terjadi ditulang tengkorak, sedang pembentukkan otak normal, maka dapat menimbulkan kenaikan tekanan intrakranial dan menyebabkan edema papil N.II dimata.

Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan kelainan dimata sebagai berikut : Stadium I : Hemeralopia Kalau mata terkena cahaya yang redup, rodopsin disel batang retina, diubah menjadi retinin. dan vitamin ini harus diubah lagi menjadi rodopsin, supaya sel batang dapat berdaya kembali terhadap cahaya redup. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan vitamin A dan dilakukan didalam sel epitel pigmen. Kalau vitamin A tidak ada, rodopsin tidak terbentuk kembali dan sel batang tidak dapat bereaksi lagi terhadap cahaya redup dan timbullah hemeralopia. Stadium II : Hemeralopia, ditambah dengan xerosis (kekeringan) konjungtiva dan kornea, berdasar hiperkeratinisasi. Konjungtiva tidak mengkilat berkerut dan kering sekitar limbus. Difundus, bercak putih kecil dan bulat seperti gambaran kabut tebal tersebar diekuator atau retina perifer yang disebut fenomena cendol. Internasional, dikenal sebagai sindrom uyemura.

Stadium III : Stadium II + II + keratomalasi ( mencairnya kornea), sehingga dapat perforasi. Keratomalasi dapat terjadi dengan cepat, bila disertai dengan penyakit umum, seperti morbili, varisela. Kornea menjadi keruh disertai dengan kerusakan epitel. Kalau disertai infeksi sekunder dapat berakhir dengan ptisis bulbi dan orang itu menjadi buta.

Kelainan mata akibat kekurangan vitamin ada yang : 1. reversible : hemeralopia, xerosis kornea, xerosis konjungtiva, bercak bitot 2. irreversible : ulkus kornea, keratomalasi

Pencegahan defisiensi vitamin A : jangka pendek : Pada setiap anak Balita diberikan vitamin A 200.000 I.U per os, setiap 6 bulan atau 300.000 I.U setiap tahun. Tergantung dari: tenaga medis yang tersedia, biayanya, luas daerah yang harus dikerjakan. jangka panjang pendidikan tentang gizi fortifikasi makanan dengan vitamin A, seperti gula, garam, susu.

Pengobatan : lokal diberikan sulfas atropin, antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dan mata ditutup. Keadaan umum diperbaiki dengan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (T.K.T.P), susu sapi, hati, telur, ikan segar, buah buahan dan sayuran yang berwarna hijau, merah dan kuning. Pemberian vitamin dosis terapeutik. 50.000 IU kg berat badan dengan dosis maksimal 400.000 IU. dapat diberikan 100.000 IU setiap minggu atau 50.000 IU 2 kali seminggu. Bila sesudahnya masih terdapat tanda tanda xeroftalmia dapat ditambah lagi maksimal 100.000 IU. Awas jangan sampai menimbulkan gejala hipervitaminosis

Keratitis Neuroparalitik N.V merupakan saraf sensibel dari kornea dan juga mempunyai pengaruh trofik pada sel sel kornea. Bila saraf ini menjadi terganggu, umpamanya setelah menderita herpes zoster, adanya tumor pada fosa posterior kranium, mengalami eksterpasi tumor dsb, yang menimbulkan gangguan pada saraf tersebut, maka kornea menjadi tidak sensitif lagi. Juga metabolisme dari kornea menjadi terganggu. Dengan demikian, mata mudah terkena trauma dan timbulkan keratitis.
Tanda klinik : Mata merah, injeksi perikornea, tidak sakit. Diseluruh kornea terdapat kerusakan superfisial, yang dimulai dengan vesikel vesikel, tes fluoresin (+), disertai fotofobi, lakrimasi. Kalau terkena infeksi sekunder dapat berubah menjadi ulkus serpens akut, yang menimbulkan hipopion, Pengobatan : Untuk melindungi kornea, dilakukan tarsorafi dan lokal diberikan sulfas atropin, antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Bila ulkusnya sudah sembuh, harus ditekankan pada penderita, bahwa matanya harus dilindungi terus dengan

Ulkus Mooren = Ulkus Serpens Khronika = Ulkus Roden

Kausa tidak dapat diketahui dengan jelas, terdapat bermacam macam pendapat., diantaranya Infeksi virus, Alergi terhadap : protein tuberkulosa, toksin ankilostoma, autoimun. dapat mengenal kedua mata. Pada mulanya didapat injeksi silier, dikornea terdapat infiltrat yang kelabu, yang segera menjadi ulkus dan menjalar dari pinggir ke tengah dengan bentuk ulkus tergaung, disertai rasa sakit yang sangat, fotofobi, lakrimasi. Ulkus meninggalkan bekas kekeruhan dengan neovaskularisasi. Oleh karena perjalanan penyakitnya menahun maka pada umumnya lambat laun mengenai seluruh kornea, dan berakhir dengan kerusakan dari seluruh kornea. Tetapi jarang menimbulkan perforasi, kecuali bila terkena infeksi sekunder. Dinamakan ulkus rodens, oleh karena sifatnya seperti di gerigiti tikus. Pengobatan : Oleh karena penyebabnya tidak diketahui, biasanya pengobatannya tidak memuaskan. Hal hal yang bisa diusahakan : keratotomi, memotong pinggir ulkus kauterisasi kimia atau termis parasentesa flap konjungtiva

keratoplasti
Disamping pemberian atropin, antibiotika, mata ditutup. Ada pula yang

Keratitis Pungtata Superfisial Merupakan suatu peradangan akut, yang mengenai satu, kadang kadang dua mata, mulai dengan konjungtivitis kataral, disertai dengan infeksi dari traktus respiratorius bagian atas. 4 hari kemudian disusul dengan pembentukan infiltrat yang berupa titik titik pada kedua permukaan membran bowman, dapat besar atau kecil. Yang besar dibentuk oleh persatuan yang kecil kecil. Dapat timbul banyak sekali sampai beratus ratus, infiltrat ini mungkin didapatkan dibagian superfisial dari stroma, sedikit epitel diatasnya tetap licin, tes fluoresin (-) oleh karena letaknya subepitel. Ada sedikit edemakornea. Sensibilitas kornea terganggu sebentar. Dengan timbulnya bercak infiltrat ini, maka tanda dari konjungtivitisnya mereda dan tinggal perasaan ada benda asing dimata sampai 2-3 minggu, disertai rasa sakit, lakrimasi, fotofobi, injeksi perikornea. Penyebab belum diketahui dengan jelas, ada yang mengatakan dasarnya infeksi virus, bakteri, parasit, neurotropik, nutrisial. Pengobatan : Oleh karena penyebabnya tidak diketahui, pengobatannya susah. Lokal diberikan : sulfas atropin 1% 3 kali sehari 1 tetes salep antibiotika atau sulfa, untuk hindarkan infeksi sekunder, dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid asal dikelola dengan baik mata ditutup, dengan perban

Keratitis Numularis Diduga oleh virus. Klinis tanda tanda radang tidak jelas, dikornea terdapat infiltrat bulat bulat subepitelial, dimana ditengah tengah lebih jernih, disebut juga halo. Diduga halo ini terjadi karena resorpsi dari infiltrat yang dimulai ditengah. Tes fluoresin (-). Keratitis ini kalau sembuh meninggalkan sikatrik yang ringan. Pengobatan : Tidak ada yang spesifik, obat obatan hanya mencegah infeksi sekunder. Lokal diberikan sulfas atropin 1% 3 kali sehari satu tetes, disertai salep antibiotika yang dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid dengan pengelolaan yang seksama. Matanya ditutup.

Keratitis Disiformis Disebut juga sawah keratitis. Oleh karena Westhoff mula mula mendapatkan penyakit ini, banyak diantara petani di pulau Jawa. Penyebabnya virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Dahulu hanya didapatkan dikampung kampung diantara petani. Dengan urbanisasi, sekarang mungkin didapatkan juga dikota. Keluhan dimulai dengan lakrimasi, fotofobi, gangguan visus, rasa sakit dan blefarospasme. Dimata tanda tanda radang tidak jelas, mungkin sedikit injeksi silier. Kalau disertai infeksi sekunder, mungkin timbul tanda tanda konjungtivitis. Dikornea tampak infiltrat yang bulat bulat, ditengah lebih padat daripada dipinggir, terletak subepitelial. Tes fluoresin (-) terletak terutama dibagian atas atau dibagian tengah kornea. Umumnya menyerang orang-orang umur 15-30 tahun. Pengobatan : Sulfas atropin 1% 3 kali sehari satu tetes, disertai salep mata antibiotik yang dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid dan matanya ditutup. Biasaya perjalanan penyakitnya sampai berbulan bulan.

Keratitis et Lagoftalmus Keratitis yang terjadi karena mata tidak dapat menutup dengan sempurna, sehingga kornea menjadi kering dan mudah terkena trauma. Bila kerusakan ini terkena infeksi sekunder, dapat cepat berubah menjadi ulkus serpens akut. Umumnya pada lagoftalmus yang terkena kornea bagian bawah, kecuali bila lagoftalmusnya hebat sehingga mata terbuka terus. Pada waktu tidur, secara releks, bola mata bergerak kearah temporal atas, sehingga pada lagoftalmus, bagian bawah kornea tidak terlindung. Tanda klinik : Injeksi perikornea dibagian bawah, kornea bagian bawah keruh, tes fluoresin (+) Bila terkena infeksi sekunder, sifatnya berubah menjadi ulkus serpens akut. Penyebab lagoftalmus : Ektropion Protrusio bulbi Paralise dari M.orbikularis okuli atau N.VII Penderita dalam keadaan koma Pengobatan : Kausal terhadap penyebab lagoftalmus. Untuk melindungi kornea, dilakukan tarsorafi yang ditinggalkan sebagian untuk memberikan pengobatan lokal seperti sulfas atropin, salep antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebab infeksi. Jangan sekali kali menutup maata dengan kain kasa pada lagoftalmus, karena dapat merusak kornea. Mata harus ditutup dengan gelas arloji.

Keratitis Intertisialis Penyebab : paling sering lues kongenita, sebagian kecil tbc. Patogenesanya belum jelas, disangka merupakan reaksi alergi. Bila penyebabnya lues kongenita, maka didapatkan stigmata lues kongenita yang lain seperti gigi Hutchinson, rhagaden disudut bibir, saddle nose, tuli. Trias Hutchinson terdiri dari : keratitis intertisialis, gigi hutchinson, tuli Biasanya mengenai umur 5-15 tahun, jarnag ditemukan pada waktu lahir atau usia tua ( 40 tahun). Pada umumnya mengenai 2 mata atau 1 mata dahulu kemudian menyusul mata lain. Tanda klinik : Injeksi silier, dikornea terdapat infiltrat distroma bagian dalam dengan bermacam macam bentuk, seperti garis, koma, bulat, dsb. Yang letaknya bisa dipinggir, ditengah, atau tersebar. Pada stadium ini belum terdapat neovaskularisasi dikornea. Penderita mengeluh fotofobi, lakrimasi, sakit, visus menurun. Kekeruhan kornea bertambah dengan cepat, disertai dengan pembentukan pembuluh darah dilapisan dalam, yang berupa sikat dan berjalan dari limbus kesentral.

Prognosis : bila tidak ada iridosiklitis, prognosis lumayan. Bila timbul iridosiklitis, prognosis tergantung dari penyulit iridosiklitisnya. Pengobatan : Menurut penyebabnya Lokal diberikan sulfas atropin 1% 3 kali sehari satu tetes, antibiotika, kortikosteroid. Bila kornea tetap keruh sesudah pengobatan, maka dapat dilakukan keratoplasti.

Keratitis Sklerotikans Merupakan penyulit dari skleritis, yang letaknya biasanya dibagian temporal, berwarna merah, sedikit menonjol, disertai nyeri tekan. Skleritis ini dasarnya alergi terhadap tbc, lues, rheumatoid arthritis. Keluhan dari keratitis sklerotikans, mata sakit, fotofobi dan dimata timbul skleritis. Dikornea kemudian timbul infiltrat berbentuk segitig distroma bagian dalam, yang berhubungan dengan bonjolan yang terdapat didalam sklera. Pada kasus yang hebat, dapat mengenai seluruh pinggiran kornea, disertai neovaskularisasi profunda dikornea, tetapi biasanya dibagian pupil jernih. Sering diikuti oleh uveitis yang hebat dan mata menjadi lebih buruk keadaannya. Perjalanan penyakitnya lama, disertai rasa sakit yang hebat dan oleh karena sakitnya mungkin harus diadakan enukleasi bulbi. Pengobatan : Menurut penyebabnya Lokal : sulfas atropin, antibiotika, mata ditutup Kortikosteroid diberikan lokal dan sistemik bila terdapat iridosiklitis

Keratitis Disiformis Penyebab : herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah reaksi alergi terhadap birusnya. Biasanya unilateral. Berlangsung beberapa bulan. Biasanya timbul bila pada kerusakan primer diberikan pengobatan dengan yodium atau dalam pengobatan dahulu pernah diberi kortikosteroid. Kekeruhan kornea tampak dilapisan dalam kornea, dipinggirannya lebih tipis daripada bagian tengah. Sensibilitas kornea menurun. Hampir tidak pernah disertai neovaskularisasi. Kadang kadang sembuh dengan meninggalkan kekeruhan yang tetap. Bila gangguan visus banyak, dilakukan keratoplasti Pengobatan : Lokal diberikan sulfas atropin, I.D.U, antibiotika, kortikosteroid disini dapat diberian karena merupakan proses alergi dan juga tidak ada kerusakan epitel, tetapi juga harus dengan pengelolaan yang seksama. Mata ditutup.

Thank you

You might also like