You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIV/ AIDS

Ns. TOMMY J. WOWOR, S. Kep

HIV / AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga menyebabkan orang yang telah terinfeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap berbagai penyakit.

Virus ini menyerang sel darah putih yang dimana sel darah putih berperan penting dalam memerangi dan menolak infeksi dan penyakit lain dengan terbentuknya zat antibody di dalam tubuh. Orang dengan HIV positif mungkin juga tidak menunjukan gajala apapun, dia akan tampak sehat secara fisik.

PERJALANAN INFEKSI HIV

Masa antara masuknya HIV kedalam tubuh manusia sampai terbentuknya anti body terhadap HIV rata rata diperlukan waktu 2 minggu s/d 3 bulan.

Perjalanan infeksi HIV, yaitu : 1. Fase Pertama (< 12 minggu) Fase di mana tubuh sudah terinfeksi HIV, gejala dan tanda belum terlihat jelas, kadang kala timbul dalam bentuk influenza, tetapi sudah dapat menular orang lain. Fase ini dikenal dengan periode jendela (window period). 2. Fase Kedua (1-5 tahun) Fase di mana hasil tes darah terhadap HIV. sudah positif tetapi belum menunjukkan gejala-gejala sakit. Orang ini dapat menularkan HIV kepada orang lain. 3. Fase Ketiga (5-8 tahun) Mulai muncul gejala-gejala seperti; a. Keringat dingin berlebihan pada waktu malam b. Diare terus-menerus c. Pembengkakan kelenjar getah bening d. Flu tidak sembuh sembuh e. Nafsu makan berkurang f. Berat badan terus menurun, yaitu 10% dari berat badan awal dalam waktu 1 bulan

4. Fase Keempat (9-12 tahun) Kekebalan tubuh berkurang dan timbul penyakit dengan infeksi oportunistik seperti: a. Kanker kulit yang disebut dengan sarcoma Kaposi b. Infeksi paru-paru (TBC) c. Infeksi usus yang menyebabkan diare terus-menerus d. Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala, dan sariawan e. Penurunan berat badan lebih dari 10% Fase ketiga dan keempat disebut sebagai fase AIDS

Siklus Hidup HIV


HIV
1. Ikat pada sel CD4 induk 3. Dipadukan pada DNA sel induk dengan

integrase

4. Membuat unsur virus

2. Reverse

5. Virus baru

transcriptase

dirakit dengan

membuat DNA dari RNA virus


6. Virus baru keluar

protease

viral load
meningkat

Awal infeksi

jumlah CD4
menurun

Antibodi baru
terdeteksi setelah beberapa minggu

AIDS terjadi
3-10 tahun setelah terinfeksi

BAGAIMANA HIV MENULAR ?

Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian Peralatan dokter yang tidak steril, contoh : peralatan dokter gigi Hubungan seks tanpa kondom Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV Ibu HIV-positif ke bayinya : waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau melalui ASI.

HIV tidak menular melalui


Bekerja bersama dg org HIV+ Bersentuhan Gigitan nyamuk Berciuman, bersalaman dan berpelukan Berhubungan seks dengan kondom Peralatan makan dan minum Kamar mandi / Kolam renang Tinggal serumah bersama orang dengan HIV / AIDS ( Odha ) Duduk bersama dalam satu ruangan tertutup.

CARA MENCEGAH PENULARAN HIV - AIDS


Jauhi

hubungan seks tanpa kondom dan berganti-ganti pasangan. saling setia kepada pasangannya. pemakaian narkoba suntik.

Bersikap

Hindari

Penggunaan

jarum suntik dan alat tusuk lainnya harus dijamin sterilitasnya.

Bagaiamana orang yang sudah terinveksi HIV ?


Orang dengan HIV+ terlihat sehat dan merasa sehat Orang dengan HIV+ tidak tahu bahwa dirinya sudah terinveksi Tes HIV ( V.C.T = Vouleentary Counseling Testing ) adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian. Ada beberapa tahapan konseling yaitu pada saat akan ditest, saat akan mengetahui hasil dan saat setelah mengetahui hasil.

A I D S

CQUIRED

Adalah kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh Saat sistem kekebalan tubuh kita rusak sehingga IO ini terjadi, kita dianggap AIDS
Umumnya penyakit yang paling sering menyerang penderita HIV/AIDS seperti :

MMUNE

Toksoplasma : penyakit yang menyerang


saraf otak dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
: TB luar paru.

EFICIENCY

P.C.P ( Pneumocystis Carinii Pneumonia )

YNDROME

Candidiasis: Penyakit jamur yang


menyerang rongga mulut / lidah.

Karposi Sarcoma: Penggumpalan darah


atau tanda kelam di bawah kulit.

Gejala umum seorang HIV positif masuk fase AIDS


Berat

badan menurun secara drastis , dalam kurun waktu 3 minggu Kelenjar Lympha membengkak di bagian selangkangan kaki, di leher, dan di bawah ketiak Demam tinggi dan keringat dingin yang berlebihan Bercak ungu atau kemerahan di bawah kulit ( memar-memar )

ARV.. ? Anti RetroViral / Obat ART. ? Anti RetroViral Teraphy

Apakah manfaat ART ?


Menghambat

perjalanan penyakit HIV jumlah sel CD 4

Meningkatkan Menghambat

perkembangan virus dalam darah ( Viral Load ) akan merasa lebih baik dan sehat

ODHA

Sikap dan Dukungan Keluarga untuk ODHA

Sikap yang wajar dan mendukung / memberi dorongan untuk tetap hidup normal.
Jaga kehangatan keluarga. Tidak menghindar atau menjaga jarak. Suasana rumah dan keluarga sebaiknya tidak menjadi murung. Secara bergantian dapat diatur untuk menemani dan menjaga Odha yang sedang terbaring sakit. Aktif berdiskusi dan menjaga hubungan baik dengan dokter, perawat maupun yayasan yang membantu perawatan Odha.

Pemeriksaan Diagnostik
Tes antibodi serum : Skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnose. 2. Tes blot Western : mengkonfirmasi diagnose HIV. 3. Sel T-limfosit : Penurunan jumlah total. 4. Kadar Ig : umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA dengan IgM yang normal ataupun mendekati normal (indikator kemampuan tubuh untuk menunjukan bila proses penularan telah lengkap tetapi umumnya digunakan karena factor-faktor lain dapat mengubahnya, misalnya polutan lingkungan).
1.

Pengkajian 1. Aktivitas/istirahat: Gejala: mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya Tanda : kelemahan otot, menurun masa otot. 2. Integritas ego Gejala: faktor stres lama, perasaan tak berdaya Tanda: menyangkal, takut, cemas 3. Makanan/cairan Gejala : tidak nafsu makan, mual/muntah, penurunan berat badan yang cepat atau progesif. Tanda : turgor kulit buruk, penurunan berat badan : perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan atau masa otot

4. Pernafasan Gejala: batuk produktif/non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic pada nafas dalam) Tanda: takipnea, distress pernafasan, sputum. 5. Eliminasi Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai keram abdominal. Tanda : Feses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat yang sering 6. Nyeri atau kenyamanan Gejala : nyeri umum atau local, sakit. Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar.

Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap (progresi menjadi sepsis/ awitan infeksi oportunistik) b/d depresi sistem imun 2. Kekurangan volume cairan b/d diare berat. 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d batuk, sputum kental 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk mencerna, mual/muntah. 5. Gangguan integritas kulit b/d defisit imunologis.

Intervensi Keperawatan dan Rasional 1. DX: Resiko tinggi terhadap (progresi menjadi sepsis/ awitan infeksi oportunistik) b/d depresi sistem imun. Intervensi : a. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. R : mengurangi resiko kontaminasi silang. b. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. R : mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial. c. Pantau tanda-tanda vital, termasuk suhu. R : memberikan informasi kondisi umum. d. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan, perhatikan batuk. R : distress pernafasan dapat mengindikasikan perkembangan PCP, penyakit yang umum terjadi TB. e. Periksa adanya luka atau lokasi alat invasive, perhatikan tanda-tanda inflamasi. R : identifikasi atau perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah sepsis.

2. DX : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat. a Pantau tanda-tanda vital. R : mengetahui kondisi umum pasien. b. Catat peningkatan suhu dan durasi demam. R : mengetahui kehilangan cairan yang tak kasat mata. c. Timbang berat badan sesuai indikasi. R : kehilangan cairan berkenaan dengan diare dapat dengan cepat membuat BB turun. d. Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari. R : mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa. e. Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas, lemak tinggi, kacang-kacangan. R : mungkin dapat mengurangi diare f. Kolaborasi : berikan cairan atau elektrolit melalui selang pemberi makanan atau Iv. R : mungkin diperlukan untuk mendukung atau memperbesar volume sirkulasi, teutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual muntah terus menerus.

3. DX: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum. Intervensi: a. Kaji fungsi pernafasan, contoh: bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalaman, penggunaan otot aksesori. R: Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan akumulasi sekret/ ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan otot bantu nafas dan peningkatan kerja nafas. b. Ajarkan teknik batuk efektif R: Batuk efektif dapat mendorong pengeluaran sputum c. Berikan pasien posisi semifowler R: Posisi semifowler membantu memaksimalkan ekspansi paru d. Pertahankan pemasukan cairan sedikitnya 2.500 cc/hari kecuali kontra indikasi. R: Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret. e. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi agen mukolitik, contoh: asetilsistein. R: Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru. f. Kolaborasi dalam pemberian bronkodulator. Contoh: oksitrifilin. R: Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen sehingga menurunkan tahanan terhadap alirah darah. g. Kolaborasi dalam pemberian kortikosteroid (prednison) R: Berguna saat ada keterlibatan bila terjadi hipoksemia.

4. DX: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mencerna, mual/muntah. Intervensi: a. Catat status nutrisi pasien, BB, mukosa oral, kemampuan dan ketidakmampuan menelan. R: Berguna untuk mengidentifikasi derajat/luasnya masalah serta dapat diambil intervensi yang tepat. b. Awali masukan/pengeluaran dan BB secara periodik. R: Berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. c. Dorong makanan sedikit tapi sering dan diet TKTP R: Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu/kebutuhan energi makanan, makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster. d. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi. R: Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu untuk memenuhi kebutuhan personal dan kultural. e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet: R: Memberikan bantuan untuk perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet. f. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan, BUN, protein, serum, albumin. R. Nilai rendah menunjukkan mal nutrisi.

5. DX : gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis. a. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi. R: mementukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat. b. Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit R: Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi c. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut R: Friksi kulit disebabkan oleh kain yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi d. Gunting kuku secara teratur R: Kuku yang panjang/kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal

You might also like