You are on page 1of 205

OLEH : NS. FENI EKA DIANTY. S.

KEP

INFEKSI JALAN NAFAS ATAS (ISPA)


PENGERTIAN

Infeksi Saluran Pernapasan Atas

adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas atas termasuk adneksanya.

Etiologi

Pikornavirus, koronavirus, miksovirus, paravirus, adenoviris dan rhinovirus.

Manifestasi Klnik sakit tenggorok, bersin-bersin, malaise, demam, menggigil, dan sering sakit kepala serta sakit otot, kadang-kadang ada batuk. Gejala berlangsung 5 14 hari

TERAPY MEDIK
Pemberian cairan yang adekuat Istirahat Pencegahan menggigil Dekongestan nasal aqueous Vitamin C Ekspectoran sesuai kebutuhan Kumur air garam hangat dapat

mengurangi nyeri tenggorok

Jenis ISPA
Penggolongan ISPA RINGAN ISPA SEDANG (PNEUMONIA) Tanda dan gejala

Batuk pilek, kadang di sertai demam Batuk pilek disertai nafas cepat dan demam Batuk pilek di sertai sesak nafas

ISPA BERAT

Klasifikasi
Secara anatomis yang termasuk

Infeksi pernapasan akut : Rinitis, faringiti, Sinusitis,Laringitis

Laringitis

LARINGITIS
peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap

MANIFESTASI KLINIK
Laringitis akut ditandai Dengan suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai Dengan suara serak yang persisten. Laringitis kronis mungkin sebagai komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Mengistirahatkan suara, menghindari merokok,

istirahat di tempat tidur Pengobatan Konservative Jika laryngitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri , terapi antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh Dengan pengobatan konservatif

Untuk laringits kronis, pengobatannya termasuk

mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan membatasi merokok.

V.PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian :

Riwayat kesehatan pasien menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesilutan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman dan keletihan.

Menetapkan gejala yg timbul


apa yang menjadi pencetusnya,
apa yang bisa menghilangkan atau meringankan

gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.

Inspeksi
Tenggorok diamati Dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warma kemerahan, asimetris

Palpasi
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap

nyeri tekan, yang menunjukkan inflamasi. pembengkakan, atau eksudat dan polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rhinitis kronis.

Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi. Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sakit menelan

Intervensi : Berikan tindakan nyaman mis : pijtan punggung, perubahan posisi,relaksasi/ latihan nafas. R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik

Berikan cairan sedikitnya 2500 mL /hari (kecuali

kontraindikasi) Tawarkan air hangat, daripada dingin. R/: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic. R/: Alat untuk menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk Dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hatihati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan

Sinusitis

SINUSITIS
suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena

alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.

Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat

sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis ,sfinoidalis )

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3

minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).

Penyebab Sinus Akut


Infeksi virus.

Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).

Bakteri.

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

Penyebab Sinus Kronis


Asma Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika) Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi

maupun pembuangan lendir

Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama,

yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:

Sinus Maksilaris
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.

Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.

Sinus Frontalis

Sinus Etmoidalis
Sinusitis etmoidalis menyebabkan

nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.

Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher

Gejala lain
- tidak enak badan, demam, letih lesu - batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari - hidung meler atau hidung tersumbat.

DIAGNOSA

Diganosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, foto rontgen sinus dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk menentukan luas dan beratnya sinusitis, bisa dilakukan pemeriksaan CT scan.

Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan

rontgen gigi untuk mengetahui adanya abses gigi

Pengobatan
Sinusitis akut Untuk sinusitis akut biasanya diberikan: Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri. Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).

Sinusitis kronis

Diberikan antibiotik dan dekongestan. Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid. Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut). Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung 2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi) 3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung

INTERVENSI

RASIONALISASI aMengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya

a. Kaji tingkat nyeri klien

b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

b. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
c. Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri d. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. e. Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi d. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien e. Kolaborasi dngan tim medis : Terapi konservatif : - obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung

. Cemas berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi) Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang Kriteria : - Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya - Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

intervensi

Rasionalisasi

a.

Kaji tingkat kecemasan klien b. Berikan kenyamanan dan ketentamanpada klien : - Temani klien - Perlihatkan rasa empati

( datang dengan menyentuh klien )

a. Menentukan tindakan selanjutnya b. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

c. Meingkatkan pemahaman c. Berikan penjelasan pada klien klien tentang penyakit dan terapi tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat untuk penyakit tersebut sehingga yang jelas, singkat mudah dimengerti klien lebih kooperatif
.

Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan Kriteria : - Klien tidak bernafas lagi melalui mulut - Jalan nafas kembali normal terutama hidung

intervensi

Rasionalisasi

a. Mengetahui tingkat a. kaji penumpukan secret keparahan dan tindakan yang ada selanjutnya b. Observasi tanda-tanda b. Mengetahui vital. perkembangan klien c. Koaborasi dengan tim sebelum dilakukan operasi c. Kerjasama untuk medis untuk pembersihan menghilangkan sekret penumpukan secret/masalah

Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan

hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman Kriteria : - Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI

RASIONALISASI

a. Mengetahui permasalahan a. kaji kebutuhan tidur klien. klien dalam pemenuhan b. ciptakan suasana yang kebutuhan istirahat tidur nyaman. b. Agar klien dapat tidur c. Anjurkan klien bernafas dengan tenang lewat mulut c. Pernafasan tidak d. Kolaborasi dengan tim terganggu. medis pemberian obat d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

Rinitis

1
Suatu inflamasi membran mukosa

hidung di kelompokan sebagai Rhinitis Alergika Manifestasi : gatal pada nasal, Bersin-bersin Sakit kepala jika terdapat sinusitis`

Rhinitis alergika

Penatalaksanaan Medis
Tergantung Penyebab
Menanyakan dengan pasien kemungkinan

pemanjanan terhadap alergan dirumah, tempat tinggal, tempat kerja Jika terdapat gejala menunjukkan Rhinitis alergika maka pendidikan kesehatan menghindari alergan Terapy obat-obatan : antihistamin, Dekongestan, kortikosteroid

Intervensi keperawatan
Pasin dengan Rhinitis Alergika di anjurkan

menghindari alergan seperti : Debu, Tepung, Sprai, asap Sprai nasal membantu menyejukkan membran mukosa dan melunak kan sekresi yang kering

Faringitis
Faringitis (pharyngitis) didefinisikan sebagai

peradangan faring. Akut : terjadi dalam waktu yang cepat (hitungan hari ; umumnya dengan batasan 1 minggu)

Faringitis

Etiologi
Etiologi faringitis akut adalah

bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan. Penyakit ini dapat sebagai permulaan penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza

Penularan

infeksi ini menular melalui kontak dan secret (lendir) dari hidung maupun ludah (droplet infection).

Gejala dan Tanda


-

Pada gejala awal penyakit, penderita umumnya merasakan rasa gatal dan kering pada tenggorokannya. Malaise (kelemahan) dan juga sakit kepala merupakan gejala yang sering ditemukan karena adanya proses peradangan pada faring. Selain itu, suhu tubuh bisa mengalami sedikit kenaikan (subfebris).

Suara menjadi parau/serak karena peradangan juga

mengenali laring. Selain itu, biasanya penderita mengalami kesulitan menelan (disfagia) akibat nyeri telan. Nyeri bisa dirasakan hingga ke telinga. Pada pemeriksaan akan dijumpai faring yang berwarna kemerahan dan kering. Pada jaringan limfoid tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

Penatalaksanaa Medis
Pemberian anti microbial spt : penicillin, jika pasien

yang alergi penicillin maka dapat di ganti Eritromicin,, Diberikan selama 10 hari untuk menghilangkan Streptococus Grup A dari Oroparing Diet cair dianjurkan jika sakit sekali menelan Memperbanyak minum 2-3 Lt/hr

Intervensi Kep/ Pendidikan pasien


Diinstruksikan di TT selama tahap febris
Sakit tenggorokan hebat dapat di gunakan Coller es

dan medikasi analgetik misal aspirin 3-6jam Pasien dan keluarga di jelaskan pentingnya menyelesaikan terapy antibiotik

Faringitis Kronis
Terjadi pada Individu Dewasa yang bekerja di

lingkungan berdebu, dan penderita batuk Kronis

MANIFESTASI KLINIK : Sensasi iritasi dan sesak tenggorokarn yang terus menerus Penatalaksanaan Medis : Berdasar kan penghilangan Gejala dan menghindari faktor pencetus

ASUHANKEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Data Dasar 2. Riwayat Kesehatan. 3. Pemeriksaan Fisik Pada farmgitis kronis , pengkajian head to toe yang dilakukan lebih difokuskan pada: a. Sistem pernafasan : Batuk, sesak

. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa pada mukosa Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk pemberian analgetik

Intervensi Keperawatan:

a. Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri b. Identifikasi adanya tanda-tanda radang c. Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri d. Kompres es di sekitar leher e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan)

berhubungan dengan intake yang kurang , kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal Tujuan: gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan yang efektif

Intervensi Keperawatan :

a. Monitor balance intake dengan output b. Timbang berat badan tiap hari c. Berikan makanan cair / lunak d. Beri makan sedikit tapi sering

. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan

kontak, penularan melalui udara Tujuan: Resiko tinggi penularan penyakit dapat dihindari

Intervensi keperawatan Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan pencegahan infeksi lebih lanjut: a. Menganjurkan pasien untuk istirahat c. Menutup mulut bila batuk / bersin d. Mencuci tangan e. Makan- makan bergizi f. Menghindari penyebab iritasi

TONSILITIS

amandel = tonsil

Ada dua buah letaknya di pangkal rongga mulut kiri dan kanan. Fungsinya adalah salah satu kelenjar utk pertahanan tubuh dari infeksi kuman terutama yang masuk melalui saluran pernafasan. Dapat membesar jika terjadi infeksi saluran pernafasan atas dan dapat membengkak karena mengalami peradanganan. Jika diperiksa terlihat tonsil membesar dan berwarna lebih merah dari jaringan sekitarnya (hiperemis)

MANIFESTASI KLINIS:
Sakit tenggorokan
Demam Kesulitan menelan Sering sakit kepala

Indikasi operasi pengangkatan amandel atau

tonsilektomi antara lain : Jika terjadi tonsilitis yang sering/ berulang /hypertropy misalnya dalam 6 bulan sampai 3 - 5 kali

Intervensi (post operasi)


Posisi kepala di palingkan ke samping..

Memungkinkan drainase dari mulut dan faring Collar es di pasang kan pada leher

Tisue di siapkan untuk eksepetorasi darah dan

lendir Pantau TTV

Bila tidak terjadi perdarahan lebih lanjut beri air minum

dan sesapan es Anjurkan/hindari banyak bicara krn akan menyebabkan nyeri

Pendidikan untuk pasien


Post op hari ke 1 atau hari ke 2 pasien pulang
Lapor jika ada tanda-tanda hemoragi ( biasanya 12-

24 jam) Bilas mulut dengan air hangat utk mengatasi lendir yang kental Diet cair/ semi cair selama beberapa hari Hindari makanan pedas, asam dan panas Susu dan produk lunak (es krim) di batasi krn akan meningkatkan jumlah mukus

ASTHMA BRONKHIALE
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif

intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon. trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas

ETIOLOGI
Faktor predisposisi Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan

Faktor presipitasi Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan. 3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca.

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

o Stress.

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

o Lingkungan kerja.

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. o Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

. Klasifikasi Asthma
1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asthma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah


batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan

BRONCHITIS
Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronkus

(saluran udara keparu-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius

Bronchitis

BRONCHITIS KRONIS
Adanya batuk produktif yang berlangsung 3bulan

dalam satu tahun selama 2tahun berturut turut. Sekresi yang menumpuk dalan bronkioles mengganggu pernafasan efektif

BRONCHITIS
Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

Polusi

Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru

Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Patofisiologi Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama

adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

BRONCHITIS

MANIFESTASI KLINIS
Keluhan

Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap

Pemeriksaan fisik

Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi.

Juga didapatkan tanda tanda overinflasi paru

seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernafasan tambahan

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambah

Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab

dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.

Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg) Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg). Saturasi hemoglobin menurun. Eritropoesis bertambah.

Penanganan/tindakan supotif
Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang : Menghindari merokok Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan. Nutrisi yang baik. Hidrasi yang adekuat. Terapi khusus (pengobatan). Bronchodilator Kortikosteroid Terapi pernafasan Terapi oksigen

Jika menderita bronchitis kronis, segera hentikan

kebiasaan merokok atau hindari perokok aktif.

Pencegahan lainnya, hindari segala sesuatu yang

bisa mencetuskan gejala bronchitis, mis. polusi udara atau alergen (hal-hal yang menyebabkan alergi: debu, filter AC yang kotor,zat-zat kimia, dll.)

Treatment

Jika memang penyebabnya virus (bronchitis akut biasanya disebabkan virus, terjadi setelah mengalami flu atau batuk), penggunaan antibiotik SAMA SEKALI tidak menolong. The best treatment hanya dengan ISTIRAHAT, MINUM banyak cairan, atau gunakan obat penurun demam/nyeri jika diperlukan (misal obat yang mengandung paracetamol, dijual bebas di toko-toko obat).

PNEUMONIA
Pengertian Pnemonia

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun.

PNEUMONIA

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru

yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993). Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab

kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar

. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,

disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa.

Pneumonia Oleh Bakteri


bakteri penyebab pneumonia yang paling umum

adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

Pneumonia virus
Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan

influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu, selama 12 ? 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.

Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari . Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

Tanda dan Gejala berupa:

Batuk nonproduktif Ingus (nasal discharge) Suara napas lemah Retraksi intercosta Penggunaan otot bantu nafas Demam Ronchii Cyanosis

Pengobatan Pneumonia
antibiotika dan oksigen untuk meningkatkan jumlah

oksigen dalam darah. Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembvalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari dari pneumonia akan letih lesu dalam waktu yang panjang. Secara rutin, pasien yang sudah sembuh dari pneumonia dilarang kembali melakukan aktifitasnya.

Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. LED meningkat Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun.

Pengobatan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. . Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak

nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas : Oksigen 1-2 L/menit. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai

makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN Identitas : Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar Tempat tinggal : Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

Riwayat Masuk

Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun Riwayat Penyakit Dahulu penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Pemeriksaan Fisik
Sistem Integumen Subyektif : Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan Sistem Pulmonal Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

Sistem Cardiovaskuler

o Subyektif : sakit kepala o Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun Sistem Neurosensori Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

Sistem Musculoskeletal

o Subyektif : lemah, cepat lelah o Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

Sistem genitourinaria Subyektif : Obyektif : produksi urine menurun/normal, Sistem digestif o Subyektif : mual, kadang muntah o Obyektif : konsistensi feses normal/diare

Diagnosa keperawatan
.Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.

Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan utama.
Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

Intervensi
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen. Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan jalannya gas (Oksigen dan Karbondioksida) yang aktual Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.

Intervensi:

1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas. R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum. 2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif. R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan

teknik relaksasi dan aktivitas senggang. R : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. 4) Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah. R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medik segera

Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran)

berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan KH: Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

Intervensi:

1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi. R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi. 2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.

3) Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang

baik. R : Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi. 4) Batasi pengunjung sesuai indikasi. R : Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain

Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan pembentukan edema. Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. KH: Tidak mengalami aspirasi Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru

Intervensi :

1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak

ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis., krekels, megi. R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.

3) Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu

pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

4) Penghisapan sesuai indikasi.

R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau

Tuberkulosisi Paru

TBC Paru atau sering dikenal dengan TB paru

adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis.


Cara penularan TB paru dapat terjadi secara langsung melalui percikan dahak yang mengandung kuman TB, terisap oleh orang sehat melalui jalan napas dan kemudian berkembang biak di paru.

ETIOLOGI
Micobacterium tuberculosis yang di tularkan melalui

udara dari individu yang terinfeksi melalui percikan batuk, udara, bersin dan berbicara. (Nelson, 1999)

TANDA DAN GEJALA TB


Batuk lama lebih dari 3 minggu
Demam Berat badan menurun Keringat malam Mudah lelah Nafsu makan hilang Nyeri dada Batuk berdarah

TBC dapat sembuh jika


Minum obat teratur dan benar sesuai anjuran dokter

selama enam bulan Melibatkan anggota keluarga untuk mengawasi dan memastikan penderita TBC, minum obat dengan teratur dan benar

Penatalaksanaan
Pendidikan keluarga dan peran serta keluarga :
Jelaskan bahwa TBC dapat sembuh Minum obat secara teratur dan benar selama 6 bulan

/ lebih terus-menerus Makan yang baik dengan menu gizi seimbang Istirahat yang cukup

Pemeriksaan Diagnostik
Apa saja yang diperiksa untuk penyakit TBC?
Anamnesis Tes mantoux Pemeriksaan dahak mikroskopik Pemeriksaan foto rontgen paru

a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis

positif pada tahap akhir penyakit. b. b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).

mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Hasil uji mentoux


1. Pembengkakan (Indurasi) : 04mm,uji mantoux

negatif. Arti klinis : tidak ada infeksi Mikobakterium tuberkulosa. 2. Pembengkakan (Indurasi) : 39mm,uji mantoux meragukan. Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium atipik atau setelah vaksinasi BCG.

3. Pembengkakan (Indurasi) : 10mm,uji mantoux

positif. Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa. 4. indurasi > 15 mm uji mentoux positif

c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas

; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

TUBERKULOSISI

d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus

atau kerusakan paru karena TB paru. e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED Luekosit meningkat

Penatalaksanaan Medis
Pemberian OAT

Tujuan OAT : Mengurangi keluhan pasien dalam jangka waktu pendek Mencegah kematian o/k proses penyakit dalam keadaan lebih lanjut Mencegah penyebaran kuman lebih luas ke masyarakat

Penting :
Jenis,jumlah dan dosis obat yang cukup Keteraturan berobat. Mengapa harus melakukan pemeriksaan rutin? Memantau kemajuan pengobatan Mengetahui ada/tidaknya efek samping obat Memeriksa kesehatan dan memberikan informasi Memberikan obat-obatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengobatan :

Relative tidak penting : Istirahat Perumahan Diet Perawatan Iklim

Mencegah TBC

Hidup sehat Makan yang bergizi Istirahat cukup Olahraga teratur Hindari stress Bila batuk ditutup mulutnya Jangan meludah sembarangan Lingkungan sehat Vaksinasi pada bayi dan anak

PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut : 1. Riwayat PerjalananPenyakit a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang tim

Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuhsembuh. b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh. c. Pernah berobat tetapi tidak teratur. d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. e. Daya tahan tubuh yang menurun. f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:

a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya. b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum. c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

Riwayat Sosial Ekonomi:

a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan. b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

Faktor Pendukung:

a. Riwayat lingkungan. b. Pola hidup. Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri. c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien

dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut: 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial

3. . Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif

Askep Efusi Plaura


Efusi pleura adalah

akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan

berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995,Waspadji Sarwono (1999, 786) Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).

Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura Cairan serus (hidrothorax) Darah (hemothotaks) Chyle (chylothoraks) Nanah (pyothoraks atau empyema)

ETIOLOGI
Penyebab paling sering efusi pleura transudat

adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mamma, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.

Manifestasi Klinik
Timbulnya cairan di mulai dgn perasaan sakit

karena pergesekan,, setelah cairan banyak sakit nya hilang,, penderita merasakan sesak nafas.

Gejala lain : tergantung Penyebab,, misal panas

tinggi (cocus).. TBC banyak keringat,, batuk

Perbedaan Eksudat & Transudat


Eksudat
Lebih keruh, warna lebih tua Mengadung protein >>39% Bj lebih dari 1,016% Mengadung sel-sel radang (Leukosit, limposit, makrofak)

Transudat
Lebih jernih,warna merah Mengadung protein << 39% Berat jenis kurang dari 1,016% Mengadung sel-sel maseteloid

Penatalaksanaan
Penatalaksasnan tergantung pada penyakit yang

mendasari terjadinya efusi pleura. Aspirasi cairan menggunakan jarum dapat dilakukan untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah cairan banyak dapat dilakukan pemasangan drainase interkostalis atau pemasangan WSD

WSD

Patifisiologi
Bakteri TBC, Neoplasma, Virus, bakteri,

Askep Empisema
PENGERTIAN

Suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus.

PENYEBAB

1. FAKTOR GENETIK Factor genetic mempunyai peran pada penyakit emfisema. Factor genetic diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa 1 anti tripsin.

HIPOTESIS ELASTASE-ANTI ELASTASE

Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.

ROKOK

Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitits kronik dan emfisema paru. Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan. INFEKSI Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanyapun lebih berat. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronchitis kronik selalu menyebabkan infeksi paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae

POLUSI

Sebagai factor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.. FAKTOR SOSIAL EKONOMI Emfisema lebih banyak didapat pada golongan social ekonomi rendah, mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan factor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

PATOFISIOLOGI Penyempitan saluran nafas terjadi pada emfisema paru. Yaitu penyempitan saluran nafas ini disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Penyebab dari elastisitas yang berkurang yaitu defiensi Alfa 1-anti tripsin. Dimana AAT merupakan suatu protein yang menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan pada enzim proteolitik. Didalam paru terdapat keseimbangan paru antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan. Perubahan keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.Sumber elastase yang penting adalah pankreas. Asap rokok, polusi, dan infeksi ini menyebabkan elastase bertambah banyak. Sedang aktifitas system anti elastase menurun yaitu system alfa- 1 protease inhibator terutama enzim alfa -1 anti tripsin (alfa -1 globulin). Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan anti elastase dan akan terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan menimbulkan emfisema. Sedangkan pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru keluar yaitu yang disebabkan tekanan intra pleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru kedalam yaitu elastisitas paru. Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang sehingga saluran nafas bagian bawah paru akan tertutup.Pada pasien emfisema saluran nafas tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Cepatnya saluran nafas menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung pada kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada akan tetapi perfusi baik sehingga penyebaran udara pernafasan maupun aliran darah ke alveoli tidak sama dan merata. Sehingga timbul hipoksia dan sesak nafas.

MANIFESTASI KLINIS

Emfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi sedikit bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada korpulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan nafas dan meninggal dunia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksan radiologis Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Foto dada pada emfisema paru Terdapat dua bentuk kelainan foto dada pada emfisema paru, yaitu : # Gambaran defisiensi arteri - overinflasi Terlihat diafragma yang rendah dan datar,kadang-kadang terlihat konkaf. -oligoemia Penyempitan pembuluh darah pulmonal dan penambahan corakan kedistal. # corakan paru yang bertambah Sering terdapat pada kor pulmonal, emfisema sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat.

Pemeriksaan fungsi paru

Pada emfisema paru kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang. 3.Analisis Gas Darah Ventilasi yang hampir adekuat masih sering dapat dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau normal. Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.

Penata laksanaan emfisema paru terbagi atas :

1. penyuluhan 2. pencegahan 3. terapi farmakologi 4. fisioterapi dan rehabilitasi 5. Pemberian O2 dalam jangka panjang

PENYULUHAN

Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik. PENCEGAHAN 1. ROKOK Merokok harus dihentikan meskipun sukar. Penyuluhan dan usaha yang optimal harus dilakukan 2. menghindari lingkungan polusi Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran nafas 3. VAKSIN Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.

TERAPI FARMAKOLOGI

Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan : 1. pemberian bronkodilator 2. pemberian kortikosteroid 3. mengurangi sekresi mucus

1. Pemberian bronkodilator

a. golongan teofilin Biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsentrasi dalam darah yang baik antara 10-15 mg/L b. golongan agonis B2 Biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah tremor,tetapi menghilang dengan pemberian agak lama.

Pemberian kortikosteroid Pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi obstruksi saluran nafas.Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru dihentikan. 3. Mengurangi sekresi mucus ? Minum cukup,supaya tidak dehidrasi dan mucus lebih encer sehingga

urine tetap kuning pucat. ? Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium yodida, dan amonium klorida. ? Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan viskositas dan mengencerkan sputum. ? Mukolitik dapat digunakan asetilsistein atau bromheksin. Fisioterapi dan Rehabilitasi Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan vokasional.

Fisioterapi dan Rehabilitasi

Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan vokasional. Program fisioterapi yang dilaksanakan berguna untuk : ? Mengeluarkan mucus dari saluran nafas. ? Memperbaiki efisiensi ventilasi. ? Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis Pemberian O2 jangka panjang Pemberian O2 dalam jangka panjang akan memperbaiki emfisema disertai kenaikan toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia yang timbul pada waktu tidur atau waktu latihan. Menurut Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari akan mempunyai hasil lebih baik dari pada pemberian 12 jam/hari.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pemeriksaan fisik : Inspeksi: - Paru hiperinflasi, ekspansi dada berkurang, kesukaran inspirasi, dada berbentuk barrel chest, dada anterior menonjol, punggung berbentuk kifosis dorsal. Palpasi : - Ruang antar iga melebar, taktik vocal fremitus menurun, Perkusi : - Terdengar hipersonor, peningkatan diameter dada anterior posterior. Auskultasi : - Suara napas berkurang, ronkhi bisa terdengar apabila ada dahak

Pengkajian:

1. Kaji status pernapasan. 2. Kaji adanya sianosis. 3. Kaji fremitus faktil kedua paru. 4. Lakukan pemeriksaan tanda vital lengkap. 5. Kaji adanya nyeri tekan bila napas. 6. Lakukan pemeriksaan jantung dan paru, cari kemungkinan adanya payah jantung dan komplikasi COPD lainnya

Diagnosa 1). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. # Tujuan : -pasien bernafas dengan efektif -mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien. # Kriteria hasil : -pasien bisa mengidentifikasikan factor-faktor yang Menurunkan toleran aktivitas. - pasien memperlihatkan kemajuan khususnya dalam hal mobilitas - pasien memperlihatkan turunnya tanda-tanda # Intervensi : - kaji respon individu terhadap aktivitas Ukur tanda vital saat istirahat dan segera setelah aktivitas serta frekuensi, irama dan kualitas. Hentikan aktifitas bila respon klien : nyeri dada, dyspnea, vertigo/konvusi, frekuensi nadi, pernapasan, tekanan darah sistolik menurun. - meningkatkan aktifitas secara bertahap. - Ajarkan klien metode penghematan energi untuk aktifitas. # Rasionalisasi : - mendapatkan tanda fital pasien normal, baik saat istirahat ataupun setelah beraktifitas -masalah intoleransi aktivitas pada pasien dapat teratasi

Gangguan pertukaran gas berrhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi. # Tujuan : - Pertukaran gas pasien kembali normal -Tidak terjadi perubahan fungsi pernapasan. # Kriteria hasil : - pasien bisa bernapas normal tanpa menggunakan otot tambahan pernapasan. - pasien tidak mengatakan nyeri saat bernapas.

# Intervensi : - Lakukan latihan pernapasan dalam dan tahan sebentar untuk membiarkan diafragma mengembangkan secara optimal. - Posisikan pasien dengan posisi semi fowler agar pasien bisa melakukan respirasi dengan sempurna. - Kaji adanya nyeri dan tanda vital berhubungan dengan latihan yang diberikan. - Ajari pasien tentang teknik penghematan energi. - Bantu pasien untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang bisa diselesaikan. # Rasionalisasi : - Pasien bernapas dengan lancer tanpa gangguan. - Fungsi paru kembali normal.

Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ventilasi alveoli # Tujuan : - Tidak terjadi perubahan dalam frekwensi pola pernapasan. - Tekanan nadi (frekwensi, irama, kwalitas) normal. # Kriteria hasil : - Pasien memperlihatkan frekwensi pernapasan yang efektif dan mengalami perbaikan pertukaran gas pada paru. - Pasien menyatakan factor penyebab, jika mengetahui. # Intervensi : - Pastikan pasien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk

menjamin keamanan. - Alihkan perhatian pasien dari pemikiran tentang keadaan ansietas (cemas) dengan meminta pasien mempertahankan kontak mata dengan perawat. - Latih pasien napas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif. - Jelaskan pada pasien bahwa dia dapat mengatasi hiperventilasi melalui control pernapasan secara sadar. # Rasionalisasi : - Pola pernapasan pasien efektif. - Ventilasi alveoli normal. - Tidak terjadi gangguan perubuhan fungsi pernapasan.

Wsd

You might also like