Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tujuan Umum Untuk mengetahui suatu prosedur dalam mengidentifikasi korban meninggal akibat bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara sah oleh hukum dan ilmiah sesuai standar internasional
Tujuan Khusus Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam mengidentifikasi korban akibat bencana Untuk mengetahui tahap-tahap dalam proses identifikasi korban akibat bencana Untuk memahami pelaksanaan identifikasi dalam setiap tahap Untuk mengetahui teknik interpretasi data dan menetapkan hasil identifikasi korban bencana
BENCANA
NATURAL DISASTER
RAWAN BENCANA
GEOGRAFI
DEMOGRAFI
Dasar Hukum Identifikasi Korban Bencana Pasal 120 ayat 1 KUHAP Pasal 133 ayat 1 KUHAP Pasal 82 dan 118 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
DEFINISI DVI
Prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan sah oleh hukum serta mengacu kepada standar baku Interpol DVI Guideline
Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kapolri No. 1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan No. Pol Kep/40/IX/2004 Pedoman Pelaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Bencana Massal
5 Fase DVI
Dilaksanakan oleh tim DVI unit TKP dengan aturan umum sebagai berikut:
Tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dipindahkan dari lokasi, sebelum dilakukan olah TKP aspek DVI Label anti air dan anti robek harus diikat pada setiap tubuh korban untuk mencegah kemungkinan tercampur atau hilang
Semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak boleh dipisahkan
Untuk barangbarang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh korban yang ditemukan di TKP, dikumpulkan dan dicatat Identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan yakni masuk dalam fase kedua dan seterusnya
Rincian yang harus dilakukan pada saat di TKP adalah sebagai berikut: Membuat sektorsektor atau zona pada TKP Memberikan tanda pada setiap sektor Memberikan label orange (human remains label) pada jenazah dan potongan jenazah, label diikatkan pada bagian tubuh / ibu jari kiri jenazah
Memberikan label hijau (property label) pada barangbarang pemilik yang tercecer
Membuat sketsa dan foto setiap sektor Foto mayat dari jarak jauh, sedang dan dekat beserta label jenazahnya
Kegiatan pada fase 2 sebagai berikut: Menerima jenazah/potongan jenazah dan barang bukti dari unit TKP Mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,potongan jenazah dan barangbarang
Melakukan pemeriksaan barangbarang kepemilikan yang tidak melekat di mayat yang ditemukan di TKP
Mengirimkan datadata yang telah diperoleh ke unit pembanding data.
Mengumpulkan datadata korban semasa hidup seperti foto dan lain-lainnya yang dikumpulkan dari keluarga terdekat yang kehilangan anggota keluarganya dalam bencana tersebut
Mengumpulkan datadata korban dari instansi tempat korban bekerja, RS/Puskesmas/Klinik, dokter pribadi, dokter yang merawat, dokterdokter gigi pribadi, polisi (sidik jari), catatan sipil, dll
Datadata Ante Mortem gigigeligi adalah keterangan tertulis atau gambaran dalam kartu perawatan gigi atau keterangan dari keluarga atau orang yang terdekat
Sumber datadata Ante Mortem tentang kesehatan gigi diperoleh dari : klinik gigi RS Pemerintah, TNI/Polri dan Swasta
FASE IV Rekonsiliasi
Kegiatan pada fase 4 sebagai berikut : Mengkoordinasikan rapatrapat penentuan identitas korban mati antara Unit TKP, Unit Post Mortem dan Unit Ante Mortem
Membuat sertifikat identifikasi, surat keterangan kematian untuk korban yang dikenal dan suratsurat lainnya yang diperlukan
Publikasi yang benar dan terarah oleh Unit Rekonsiliasi sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terbaru dan akurat
FASE V Debriefing
Melakukan analisa dan evaluasi terhadap keseluruhan proses identifikasi dari awal hingga akhir
Mencari hal yang kurang yang menjadi kendala dalam operasi DVI untuk diperbaiki pada masa mendatang sehingga penanganan DVI selanjutnya dapat menjadi lebih baik
Mencari hal yang positif selama dalam proses identifikasi untuk tetap dipertahankan dan ditingkatkan pada operasi DVI mendatang.
Metode Identifikasi
Metode Dahulu
Metode Sekarang
Prinsip dari proses identifikasi adalah membandingkan datadata tersangka korban (ante mortem) dengan data dari korban yang tak dikenal (post mortem), semakin banyak kecocokan semakin tinggi nilainya
Dalam pelaksanaannya untuk prinsip identifikasi adalah terdapat kecocokan satu data primer dan atau dua data sekunder
DVI Process
The Challenge is to match all the Yellow AMs to the Pink PMs
Pusat Identifikasi
Pusat Identifikasi Bagian Berkas Pusat Identifikasi Bagian Fotografi Pusat Identifikasi Bagian Sidik Jari Pusat Identifikasi Bagian Medis Pusat Identifikasi Bagian Gigi AnalisiS DNA
Dewan Identifikasi
Bagian Pelepasan Jenazah
PASCA IDENTIFIKASI
Setelah korban teridentifikasi sedapat mungkin dilakukan perawatan jenazah yang meliputi antara lain:
perbaikan atau rekonstruksi tubuh jenazah pengawetan jenazah (bila memungkinkan) perawatan sesuai agama korban memasukkan dalam peti jenazah
mayat membusuk lanjut, tergantung derajat pembusukannya dan kerusakan jaringannya, atau mayat termutilasi berat dan kerusakan jaringan lunak yang banyak maka metode identifikasi yang digunakan sidik jari bila masih mungkin atau dengan ciri anatomis dan medis tertentu, serologi, DNA atau odontologi
b.
tidak adanya data antemortem, tidak adanya data orang hilang atau sistem pendataan yang lemah jumlah korban yang banyak, baik pada populasi yang terbatas ataupun pada populasi yang tak terbatas.
3.
TSUNAMI
BOM JW MARRIOT
KESIMPULAN
DVI (Disaster Victim Identification) adalah suatu definisi yang diberikan sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sah oleh hukum serta mengacu kepada standar baku Interpol DVI Guideline Dasar Hukum Identifikasi Korban Bencana di Indonesia adalah Pasal 120 ayat 1 KUHAP, pasal 133 ayat 1 KUHAP, sesuai pada pasal 82 dan 118 UU Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan dan PP Nomor 32 tahun 1996. Proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, yang terdiri dari The Scene (TKP), The Mortuary (Post-mortem), Ante Mortem Information Retrieval (Ante-mortem), Reconciliation (Rekonsiliasi) and Debriefing. berdasarkan standar Interpol untuk proses identifikasi pada DVI telah ditentukan metode identifikasi yang dipakai yaitu : Metode identifikasi primer (sidik jari, gigi geligi, dan DNA) Metode identifikasi sekunder (medik dan properti) Prinsip dari proses identifikasi adalah dengan membandingkan datadata korban (data Post Mortem) dengan data dari keluarga (data Ante Mortem), semakin banyak kecocokan akan semakin baik dan penentuannya dilakukan
SARAN
Kepada Tim Identifikasi hendaknya sering dilakukan pelatihan tentang program identifikasi agar lebih terlatih dan profesional dalam menangani proses identifikasi korban masal. Polisi hendaknya mempunyai data forensik (ante mortem) yang lengkap
untuk
membantu
masyarakat
korban
bencana
dalam
rapid
identivication. jadi tidak ada lagi korban bencana alam yang tidak teridentifikasi. Prosedur kerja tim dissater victim identification harus sesuai dengan prosedur yang telah disepakati. Praktisi DVI perlu bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti militer, pemadam kebakaran, petugas ilmiah dan ahli radiologi untuk menyelesaikan tugas dengan aman dan efektif. Dilakukannya kesepakatan bersama antara beberapa ahli hukum dengan Tim DVI untuk berdiskusi dari situasi dan kondisi bencana.