You are on page 1of 60

PRESENTATOR : Nurul Emma Nurdina 20080310193

Bagian Anak dan Perinatologi RS. Jogja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2013

Pemeriksaan Laboratorium: Salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Sampel yang dipakai dalam pemeriksaan laboratorium cukup bervariasi. Sampel tersebut antara lain darah, urin (air seni), feses (tinja), usapan tenggorok, cairan serebrospinal (cairan otak), dan lain-lain Hasil pemeriksaan laboratorium bisa bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Sensitivitas: Seberapa besar kemungkinan tes untuk mendeteksi positif orang-orang yang memiliki penyakit tertentu. Spesivitas: Seberapa baik tes tersebut dalam mengidentifikasi negatif orang-orang yang tidak memiliki penyakit tertentu. Waktu dan cara pengambilan spesimen. Cost effectiveness

1. Untuk menunjang diagnosis klinis 2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit 3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen 4. Untuk digunakan sebagai panduan prognosis 5. Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Hematologi rutin dan MDT Kimia darah Golongan darah Urin rutin Feses rutin Serologi Analisis gas darah (AGD) Lain-lain seperti pemeriksaan sputum dahak, analisa cairan tubuh dan LCS.

A. HEMATOLOGI RUTIN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Angka Leukosit Angka Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Indeks Erotrosit: MCV, MCH, MCHC Angka Trombosit Eritrosit Sedimentasi Rate (ESR) atau LED Jenis Leukosit: Basofil, Eosinofil, Netrofil stab, Neutrofil segmen, Limfosit, Monosit

Pengambilan Sampel Darah 1. Darah Vena: a. Bayi baru lahir: Vena umbilikalis b. Bayi: Vena jugularis eksterna c. Dewasa: Semua vena superfisial, terbaik v. Mediana cubiti. 2. Darah Arteri: a.femoralis, a.radialis untuk AGD (Analisa Gas Darah) 3. Darah Kapiler: Anak: Ujung ibu jari kaki Dewasa: Ujung jari tangan

Komponen Darah

Angka leukosit didapat dari menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing. Angka leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.

Bayi : 10.000-25.000/mm kubik Umur 1 tahun : 6.000-18.000/ mm kubik Umur 12 tahun : 4.500-11.000/ mm kubik Laki-laki Dewasa : 5.000-11.000/mm kubik Wanita Dewasa : 5.000-11.000/mm kubik

Interpretasi Angka Leukosit Leukositosis: a. Proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. b. Penyakit miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit. c. Obat-obatan seperti: aspirin, prokainmid, alopurinol, Kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin.

Cont ... ... ...

Leukopenia: a. Malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa). b. Obat-obatan terutama asetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)

Angka eritrosit didapat dari perhitungan jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Ada dua metode untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit , yaitu manual dan elektronik (automatik).

Nilai Rujukan Angka Eritrosit

Dewasa laki-laki : 4.50 6.50 (x106/L) Dewasa perempuan : 3.80 4.80 (x106/L) Bayi baru lahir : 4.30 6.30 (x106/L) Anak usia 1-3 tahun : 3.60 5.20 (x106/L) Anak usia 4-5 tahun : 3.70 5.70 (x106/L) Anak usia 6-10 tahun : 3.80 5.80 (x106/L)

Penurunan eritrosit : perdarahan, anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, penyakit kardiovaskuler.

Hemoglobin (Hb) adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta) yang berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen

Nilai Rujukan Hb menurut Dacie : Bayi < 3 bulan : 13,5 19, 5 g/dl. Bayi > 3 bulan : 9,5 11,5 g/dl. Umur 1 tahun : 10,5 13,5 g/dl. Umur 3 6 tahun :12,0 14,0 g/dl. Umur 10 12 tahun : 11,5 14,5 g/dl. Laki-laki dewasa :12,5 18,0 g/dl. Perempuan dewasa :11,5 16.5 g/dl.

Penurunan Hb : a. Keadaan seperti anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin disease. b. Obat-obatan, seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion. Peningkatan Hb : a. Pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. b. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin.

Presentase sel darah merah merah dalam seluruh volume darah. Untuk mengukur konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah Sebagai indikator adanya hemokonsentrasi

Nilai Rujukan Hematokrit: Neonatus : 42 60% Anak < 6 tahun : 34 40% Laki-laki dewasa : 41 53% Wanita Dewasa : 36 46%

Penurunan: kehilangan darah akut, GGK, anemia, leukemia. Kenaikan kadar: hipovolemia, polisitemia, KAD, luka bakar.

HMK = HMT tertinggi HMT terendah HMT terendah Ket: HMK: Hemokonsentrasi HMT: Hematokrit

X 100%

1.

2.

3.

MCV (mean corpuscular volume): volume rata-rata eritrosit MCH (mean corpuscular hemoglobin): jumlah Hb rata-rata dalam eritrosit MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration): konsentrasi Hb rata-rata dalam eritrosit

1. MCV (Mean Corpuscular Volume)

Formula:

MCV = Angka Hematokrit x 10 Angka Eritrosit (jt)

Nilai Normal : 76 96 fl (fentolitre) Interpretasi : a. Jika > 96 fl Makrositik Eritrosit b. Jika < 76 fl Mikrositik Eritrosit c. 76 96 fl Normositik Eritrosit

2. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)

Formula:

MCH = Angka Hemoglobin x 10 Angka Eritrosit (jt) : 26 34 pg (pikogram)

Nilai Normal

Interpretasi : a. Jika > 34 pg Makrositik Anemia b. Jika < 26 pg Mikrositik Anemia & Hipokromik Anemia NOTE: Penilaian MCH harus diikuti oleh Penilaian MCV dan MCHC untuk menentukan jenis anemianya

3. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration)

Formula:

MCHC = Angka Hemoglobin x 100% Angka Hematokrit : 26 34 % (g/dl)

Nilai Normal

Interpretasi : a. Jika > 34 % Hiperkromik b. Jika < 26 % Hipokromik c. 26 34 % Normokromik

Hb HMT MCV

= 10,7 g/dL = 29,5 % = HMT x 10 angka eritrosit (jt) = 29,5 % x 10 4,22 jt = 69,90 b. Jika < 76 fl Mikrositik Eritrosit MCH = 10,7 g/dL x 10 4,22 juta = 25,35

MCHC = 10,7 g/dL x 100%


29,5 %

= 36,27 g/dL Normositik Hiperkromik


Hb normal

Usia 4 th Hb 10,6 (N=12,0 14,0 g/dL) MCH = Hb x 10


angka eritrosit = 10,6 g/dL x 10 3,98 juta L = 26,63

b. Jika < 76 fl Mikrositik Eritrosit

MCHC = Hb x 100%
angka hematokrit = 10,6 g/dL x 100% 30,4 % = 34,86 g/dL
: a. Jika > 34 % Hiperkromik

Kondisi Patologi 1. MCV < 76 fl ; MCHC < 31% Anemia Mikrositik Hipokromik: ADB, Thalasemia, Anemia Sideroblastik. 2. MCV: Normal ; MCHC: Normal Perdarahan dan Anemia et causa penyakit kronik. 3. MCV > 96 fl ; MCHC > 37% Anemia Makrositik Hiperkromik: Anemia Megaloblastik & Anemia Defisiensi Asam Folat/ B12

Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Nilai Rujukan Angka Trombosit : 150.000-400.000/L Interpretasi: a. Trombositopenia: ITP, Leukimia, Anemia Aplastik, Congenital Megacaryositik, Syndrome Fanconi, Syndrome Aldrich, DIC. b. Trombositosis : Perdarahan Akut, Trauma, ADB

Pemeriksaan Faktor Pembekuan: a. Masa perdarahan / Bleeding time (BT): Mendeteksi


b. c. d. e.

kualitas dan kuantitas trombosit. Masa jendal / Clotting time (CT): Mendeteksi kualitas dan kuantitas faktor koagulasi secara keseluruhan. Plasma Prothrombin Time (PPT) / PT: Mendeteksi kualitas & kuantitas faktor ekstrinsik. Activated Partial Thromboplastin Time (APTT): Mendeteksi kualitas & kuantitas faktor intrinsik. Thrombin Time (TT): mendeteksi fibrinogen dan pemecahannya.

Interpretasi pemeriksaan faktor pembekuan darah,abnormal bila : 1. PT pasien > 2 detik dari Kontrol 2. aPTT pasien > 6 detik dari kontrol 3. TT pasien > 2 detik dari kontrol Keadaan Klinis: 1. PT long,aPTT normal,TT normal,platelet count normal defisiensi faktor VII 2. Bila PT normal,aPTT long,TT normal,platelet count normal kelainan faktor VIII atau IX. 3. Bila PT, aPTT long TT normal,platelet count low obat2an, heparin

Kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

1. Eosinofil 2. Basofil

: a. Spesifik pada infeksi parasit serta proses alergi. b. Angka Normal : 1-4% : a. Reaksi alergi dan antigen. b. Angka Normal : 0-1%

3. Neutrofil

: a. Infeksi bakteri. b. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu stab dan segmen. c. Angka normal Neutrofil stab: 2-5% dan Neutrofil Segmen: 50-70%.

4. Limfosit

: a. Spesifik pada infeksi virus. b. Angka Normal : 20-40%.

5. Monosit

: a. Sebagai Fagositosit b. Angka Normal: 1-6%

B. MORFOLOGI DARAH TEPI (MDT) Eritrosit: bentuk, ukuran, pewarnaan, veriasi bentuk (poikilositosis), variasi ukuran (anisositosis), polikromasi, kelainan distribusi. Leukosit: jumlah (cukup/meningkat/menurun) adakah kelainan morfologi, sel-sel muda (mis:leukemia) pergeseran kiri/ke kanan, peningkatan/penurunan seri leukosit Trombosit: jumlah, penyebaran merata/tidak, adakah yang mengelompok, kelainan morfologi (giant trombosit)

POIKILOSITOSIS

1.
2. 3. 4. 5. 6.

Gula Darah Faal Hati Faal Ginjal Protein Profil lipid/kolesterol Elektrolit

Gula darah bisa diukur dengan menggunakan darah vena serta darah kapiler. Pengukuran gula darah dibagi menjadi 3 yaitu Gula Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP), dan Gula Darah 2 Jam Post Prandial (G2PP). Rujukan nilai dula darah :

GDP: Normal 60-100 mg/dl, terganggu 100-125 mg/dl, DM > 126 mg/dl GD2PP & GDS: Normal 70-139 mg/dl, terganggu 140-199 mg/dl, DM > 200 mg/dl

ALT (alanin aminotransferase) atau dikenal sebagai SGPT (serum glutamik piruvik transaminase): Spesifik untuk hati karena enzim ini dibuat di hepatosit. AST (aspartat aminotransferase) atau dikenal sebagai SGOT (serum glutamik oksaloasetik transaminase): enzim mitokondria, pada jantung, ginjal, otak dan hati. Alkali Fosfatase: enzim dibuat di saluran empedu. GGT (gamma-glutamil transpeptidase, atau gamma GT): Enzim ini dibuat dalam banyak jaringan selain hati.

Bilirubin: Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Bilirubin dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Bilirubin langsung/ direk/terkonjugasi/hepatobilirubin. 2. Bilirubin tak langsung/ indirek/ tak terkonjugasi/ hematobilirubin.

Bilirubin Direk (konjugasi) meningkat obstruksi Indirek (tidak terkonjugasi) meningkat berarti hemolisis Meningkat nilai keduanya berarti cirrhosis, obstruksi atau kanker. Alkaline fosfat Meningkat obstruksi, luka, atau chirrosis Gamma glutamil transferase (GGT) Meningkat : cholecystitis, cirrhosis atau obstruksi

Bilirubin total = 2-20 mmol/L Bilirubin terkonjugasi= 3-17 mikromol/L AST = 0 35 unit/L ALT = 0 35 unit/L ALP = 25 - 100 unit/L GGT = 5 45 UI/L Albumin = 35 55 g/L

Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN). Tingkat BUN yang tinggi dalam darah dapat menandai masalah ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi oleh fungsi hati, tes harus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal. Kreatinin. Kadar kreatinin yang tinggi dalam darah lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal. Keluaran kreatinin (creatinine clearance). Tes ini menilai kemampuan ginjal untuk menghilangkan senyawa yang disebut kreatinin dari darah. Cystatin.

Penggunaan clearence creatinin test untuk mengestimasi kecepatan filtrasi glomerulus (GFR). Rumus : CCT= (140-umur)x berat badan ideal (kg) 72 x creatini serum Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85 Nilai normal : Pria : 95 130 mL/min, Wanita : 80 120 mL/min

Usia 2 th laki-laki BB 10 kg CS 4 CCT= (140-umur)x berat badan (kg) 72 x creatini serum CCT= (140-2 th)x (10kg) 72 x 4 = 1380 / 288 = 4,79

Interpretasi gfr dari cct: KLASIFIKASI STATUS GINJAL


< 10 ml/menit : End Stage Renal Failure 10 - 30 ml/menit : Chronic Renal Failure 30 120 ml/menit: Renal Impairment > 120 ml/menit : Normal GFR

Protein Total: Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin. Protein Albumin: Albumin memiliki berat molekul sekitar 65 kD dan terdiri dari 584 asam amino tanpa karbohidrat Protein Globulin: Beberapa jenis globulin diproduksi di dalam hati, sementara yang lain diproduksi di dalam sistem kekebalan. Beberapa jenis globulin mengikat hemoglobin, beberapa yang lain mengusung zat besi, berfungsi untuk melawan infeksi, dan bertindak sebagai faktor koagulasi.

Pada dasarnya pengukuran kolesterol pada anak dilakukan saat anak berusia sekitar 9-11 tahun karena pada usia ini adalah usia sekolah,lebih rentan dihubungkan dengan pola makan anak. Anak yang memiliki faktor genetik dengan kadar kolesterol tinggi disarankan melakukan pengukuran sejak usia 2 tahun.

Dalam fisiologi, ion elektrolit utama adalah natrium (Na +), kalium (K +), kalsium (Ca 2 +), magnesium (Mg 2 +), klorida (Cl -), fosfat hidrogen (HPO 4 2 -), dan hidrogen karbonat (HCO 3 -) Ion kalsium (Ca 2 +), natrium (Na +)dan kalium (K +) sangat mempengaruhi kontraksi otot, tanpa jumlah elektrolit yang cukup, kelemahan otot atau kontraksi otot yang parah dapat terjadi.

Prinsip pemeriksaan golongan darah yaitu aglutinasi antara antigen dalam eritrosit dengan antibodi dalam serum.

Gol. Antigen dalam Antibodi dalam Darah eritrosit serum A A Anti-B B AB O B A dan B Anti-A Anti-A & Anti-B

Golongan darah Rh + (memiliki antigen Rh) dan Rh (tidak memiliki) Jika ibu dengan Rh menikah dengan lakilaki Rh + maka kemungkinan anak kedua dan seterusnya akan menderita eritroblastosis fetalis biasanya hidup hanya beberapa hari saja. Eritroblastosis fetalis adalah sindroma yang ditandai anemia berat pada janin dikarenakan ibu menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah janin

Spesimen urin diambil pagi hari dengan metode mid-stream. Pemeriksaan dilakukan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Dampak dari penundaan pemeriksan urin antara lain : 1. Unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam. 2. Urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain.

3. Bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari. 4. Bakteri sudah berkembang biak sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH. 5. Glukosa mungkin turun dan jika terdapat benda keton akan menguap.

Pemeriksaan yang dilakukan dalam urin rutin: 1. Makroskopik : Volume. Warna, Kejernihan, Berat jenis, Bau dan pH urin. 2. Kimia Urin : Glukosa, Protein, Urobilin, Bilirubin, Darah, Nitrit, Keton. 3. Mikroskopik : Penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya suatu penyakit .

Yang diperiksa secara mikroskopik (sedimen urin):


Eritrosit Leukosit : pyelonefritis akut. : glomerulonefritis akut, endocarditis bakterial, nefritis lupus, infark ginjal Epitel : infeksi saluran kemih, batu saluran kemih Kristal : batu saluran kemih Jamur : infeksi saluran kemih Silinder : penyakit ginjal metabolik Bakteri : infeksi saluran kemih Trichomonas : infeksi saluran kemih.

No 1

Warna Urine Merah

Penyebab Patologis Ada Hb,mioglobin,dan porfirin(peradarahn sal.kencing) Zat warna empedu

Penyebab Non patologis -oleh krn obat tertentu - Krn zat warna dr makanan tertentu Krn obat-obat: antiseptik sal.kencing,pyridium, dan obat fanothiazin Banyak makan wortel Obat fanacetin, kaskara, nitrofurantoin Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif Diuretika tertentu Obat nitrofurantoin,levadopa Obat levadopa,kaskara, senyawa besi dan fenol

jingga

kuning

Urine pekat Keberadaan urobilin dan bilirubin Keberadda biliverdin Keberaddan bakteri pseudomonas Tak patologis Keberadaan hematin asam, mioglobin, dan zat warna empedu Keberadaan melanin, urobilin dan methemoglobin

hijau

5 6

biru coklat

Hitam/hampir hitam

Pengambilan spesimen bisa dilakukan kapan saja namun yang harus diperhatikan harus BAK terlebih dahulu agar Feses tidak tercemar. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: 1. Makroskopis : Warna, Bau, Konsistensi, Lendir, Darah. 2. Mikroskopis : Eritrosit, Leukosit, Parasit (Cacing). 3. Benzidine test :
Darah samar yang umumnya disebabkan oleh perdarahan pada colon. Nilai positif palsu biasanya disebabkan oleh diet daging, ikan, obat-obatan (gol. Kortison, aspirin, zat besi)

Uji Serologi adalah pengujian yang menggunakan serum sebagai sampel. Prinsip utama uji serologis adalah mereaksikan antibodi dengan antigen yang sesuai Uji Serologi Meliputi: 1. Uji Hbs Ag & Anti Hbs : Hepatitis B 2. Widal : Typhoid 3. Anti DHF IgM & Anti DHF IgG : DHF 4. HCV : Hepatitis C

Sanuddin, O. (2006). Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spesimen. Diakses 23 September 2012 pukul 09.30 WIB dari:http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000102-basic-biology-ofcell-3/bbc313_slide_interpretasi_hasil_pemeriksaan_spesimen.pdf Suryanto. (2010). Modul Hematology And Lymphatic System. Yogyakarta: FKIK UMY. Suryo. (2008). Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Koosgiarto, D. (2009). Pendahuluan Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik Universitas Jenderal Soedirman. Depkes-RI. (2009). Pedoman Nasional Pemeriksaan Laboratorium Mendukung Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons. Depkes RI Dirjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelaanan Penunjang Medik. WHO. (2007). Interpreting Laboratory Tests Results. Laboratory Training for Field Epidemiologists.

Alhamdulillah Terimakasih

You might also like