You are on page 1of 14

Disusun oleh: Agus rahmaji NIM. P07120113002 Dwi Kurniati NIM. P07120113011 Nafiatul M Usman NIM.

P07120113020 Sri Lestari NIM. P07120113027

pengertian

patofisiologi

Askep pasien appendiktomi

Manifestasi klinis

Penatalaksanaan

Proses keperawatan

merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995). Apendiksitis dapat terjadi pada semua umur, dengan prevalensi kejadian 1-2:1000. Lebih umum terjadi pada anak remaja dan orang dewasa muda dan sedikit lebih pada pria dibanding wanita (Thompson, Mc Farland,& Hirsch,1993).

Appendiktomi
Appendectomy merupakan pembedahan untuk

mengangkat appendiks yang meradang. Appendiks yang diangkat tidak akan mempengaruhi kesehatan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Justru, kasus appendiksitis yang sangat serius dan tidak segera diangkat dapat menimbulkan masalah yang cukup berat.

patofisiologi

Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan(Mansjoer;2000).
Obstruksi appendiks menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun karena keterbatasan dinding apendiks sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Oleh karena persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa nyeri disekitar umbilicus.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih

panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah(Junaidi;1982).

Manifestasi Klinis
.

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Dalam 2-12 jam rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, anoreksia, malaise dan demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius(Mansjoer;2000).

Penatalaksanaan
1. Appendiktomi cito (appendiktomi akut, abses, dan perforasi) 2. Appendiktomi elektif (appendiktomi kronik)
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah

ditegakan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan. Tindakan bedah dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak apabila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anasesi atau anestesi umum dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi.

A. 1. 2.

Proses Keperawatan PENGKAJIAN


Anamnesa Pemeriksaan fisik a. Status Kesehatan Umum

Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit, tanpa sakit, ada tidaknya kelemahan.

b. Integument c. Kepala dan Leher

Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.

d. Abdomen

Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri, jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancer, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.

e. Ekstremitas

Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Darah. Ditemukan leukosit 10.000-18.000 mn. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit. b. Pemeriksaan Radiologi Tampak distensi sekum pada appendiksiitis akut

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita post appendiktomi: Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi.

You might also like