Professional Documents
Culture Documents
Gangguan hipertensi pada kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kasus terbanyak pada kematian ibu hamil dan janin, di samping sepsis dan perdarahan. Keadaan ini ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria pada pre-eklampsia, diikuti dengan kejang dan atau koma pada eklampsia. Faktanya, pada negara berkembang seperti Indonesia, masih banyak eklampsia terjadi pada ibu hamil. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pencegahan terjadinya eklampsia dan ANC merupakan dasar yang harus diperbaiki. Waktu yang tepat untuk janin dilahirkan bergantung pada beberapa faktor, termasuk usia kehamilan, kematangan paru
janin, dan yang paling penting, beratnya suatu penyakit. Pengelolaan pre-eklampsia dan eklampsia masih
merupakan hal yang kontroversial bahkan sampai sekarang. Beberapa obat dengan regimen yang berbeda-beda banyak tersedia sekarang. Kematian ibu dan janin dapat dikurangi dengan sebagian besar pencegahan eklampsia. Magnesium sulfat adalah antikonvulsan yang kuat bersama dengan antihipertensi aktivitas ringan dengan sedikit efek sampingnya. Makalah ini akan melaporkan pre-eklampsia pada minggu 32 kehamilan dalam bentuk laporan
kasus dan akan membandingkan dengan artikel penelitian terbaru dan teori-teori tentang hal itu.
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Identitas Pasien:
Nama : Ny. L M
Umur
Keluhan Utama
: 28 Tahun
: Kejang : Mual Muntah, Sesak nafas
Keluhan Tambahan
Seorang pasien perempuan G2P1A0 datang dengan keluhan tiba-tiba mengalami kejang 3 menit sesaat masuk rumah sakit. Kejang dirasakan diseluruh tubuh, berupa gelonjotan, mata melirik ke atas. Setelah kejang, pasien kemudian setengah sadar, dan mulai gelisah dan memberontak. Sebelum pasien kejang, 3 jam sebelum masuk rumah sakit,
pasien datang dalam keadaan sesak yang dirasakan terus menerus, dan semakin bertambah
sesaknya. Demam disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Sebelum kejadian diatas, 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh
pusing seperti ditimpa beban berat, mual dan muntah serta penglihatannya mulai kabur.
Kemudian pasien berobat ke bidan dan diperiksa tekanan darah 160/100 mmHg, sehingga bidan memberikan obat anti hipertensi (pasien lupa nama obatnya), namun keluhan pasien tidak berkurang. Usia kandungan 32 minggu.
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
Riwayat Penyakit Dahulu: disangkal Riwayat Menstruasi : Hari Pertama umur Siklus Menstruasi Siklus Hari pertama haid terakhir Lamanya Banyaknya Taksiran persalinan Nyeri saat Haid
: Disangkal
Riwayat Operasi
: Disangkal
Riwayat antenatal Waktu hamil periksa di puskesmas cawang oleh bidan Keluhan, kelainan, dan masalah :
1x, Kehamilan 0-12 Minggu, Tdk ada masalah 1x, 13-28 Minggu, Puskes Cawang, Tekanan darah tinggi 140/100 mmhg
Hematologi (darah) Hemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit (H) (H) 14,8 gram/dl 22.300/uL 42,9 % 128.000/uL
Kontrol
Pasien Urinalisa Lengkap Warna Berat Jenis PH Blood Leukosit Esterase Nitrit Protein Bilirubin Aseton Reduksi Urobilinogen Leukosit Eritrosit Epitel Bakteri
13 detik
15 detik
Kimia Klinik Gula darah sewaktu SGOT/AST SGPT/ALT Ureum Kreatinin Elektrolit Natrium (H) 146 mmol/L (H) (H) 117 mg/dl 139 U/L 61 U/L 23 mg/dl 0,80 mg/dl
Kalium
Clorida
(L)
3,4 mmol/L
107 mmol/L
Kuning Tua >1,030 5,0 +3 Negatif Negatif +2 Negatif Negatif Negatif Normal 10-12/LPB 8-10/LPB +2 +1
Menurut beberapa penelitian, Beberapa faktor resiko harus diketahui yang memungkinkan pasien mengalami eklampsia : riwayat hipertensi kronis, penyakit ginjal, diabetes, obesitas, lahir di Afrika, umur lebih dari 35 tahun, karakteristik kehamilan seperti kehamilan kembar,
Pada pasien ini : Tidak ada riwayat hipertensi kronis, Tidak ada penyakit ginjal, Tidak ada riwayat diabetes, Tidak obesitas, Tidak lahir di Afrika, umur tidak lebih dari 35 tahun,
pre-eklampsia sebelumnya,
abnormaltas kongenital fetus,6 status sosialekonomi yang rendah, pada pasien ini tidak terdapat faktor resiko
Keluhan lain :
Laju pernapasan setelah kejang eklampsia biasanya meningkat dan dapat mencapai 50 kali per menit, (63x /menit) Sianosis dapat dijumpai pada kasus yang parah. (Tidak ada) Demam 390 atau lebih 2 (380 C )
dapat disimpulkan bahwa kasus ini belum termasuk kasus yang parah dan
Adanya satu atau lebih tanda-tanda ini, mengindikasikan untuk dilahirkan segera :
namun pasien tidak dilahirkan segera, karena kondisi pasien yang stabil setelah pengobatan.
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
Menurut
Menurut Literatur, CT scan otak diperlukan untuk membedakan penyebab organik pusat kejang dengan eklampsia, tapi CT scan bukan pilihan utama untuk
pemeriksaan utama9.
Demikian juga dengan pasien kasus diatas, tidak dilakukan CT scan otak
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
pilihan utama untuk mencegah dan mengobati adalah magnesium sulfat. obat itu
harus diberikan secara intravena dan biasanya selama 48 jam, pada pasien yang dirawat dirumah sakit.10
sedangkan pada pasien ini, saat masuk ke UGD, langsung diberikan magnesium sulfat secara bolus dan diberikan secara intravena selama 2 hari selama perawatan
dirumah sakit. Namun, penulis tetap memantau kadar toksisitas magnesium sulfat
dengan memeriksa patellar reflex, laju pernapasan, dan urin output, semuanya dalam batas normal.17
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
urin output. 17
Pada kasus, semua pemeriksaan ini dilakukan dan dalam
batas normal
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
sasaran tekanan diastoliknya 90-105 mmHg dan tekanan sistolik 140-155 mmHg atau MAP 105-125 mmHg.12
Pada kasus ini, dipilih nifedipine. Namun, tidak cukup kuat untuk menurunkan tekanan darah pasien.
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
Komplikasi ibu hamil yang paling umum dalam kasus eklampsia secara keseluruhan adalah kejang berulang disertai defisit neurologi yang persisten.3
Selama episode eklampsia akut, umumnya, bradykardia pada janin biasanya kembali normal spontan dalam 3-5 menit. Kelahiran segera pada janin dengan keadaan bradikardia tidak diperlukan. Namun jika bradikardi bertahan lebih dari 10 menit, perlu dicurigai kearah abruption plasenta.
Pada kasus ini, keadaan denyut jantung janin saat di UGD dalam keadaan stabil dan tidak mengalami bradykardia selama kami observasi.
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
Prognosis untuk eklampsia selalu serius. Penyakit ini adalah salah satu penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya2
teori diatas.
EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
1. World Health Organization. WHO recommendations for prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia. Geneva: WHO, 2011. Available at http://www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html. 2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gistrap LC III, and Wenstrom KD. Hypertensive disorders in pregnancy. William Obstetrics 22nd ed. London: Prentice Hall International Inc; 2005.p.762-6,793 3. Schenone MH, Miller D, Samson JE, and mari G.(2013). Eclampsia Characteristics and Outcomes: A comparison of two Eras. Journal of Pregnancy. USA.2013: p1-6
4. Mandy J. Bell. (2010). A Historical Overview of Preeclampsia-eclampsia. J Obstet Gynecol Neonatal Nurs. 39. University of
Pittburgh, USA : 510-18. 5. Rajasri G, Yaliwal, PB Jaju, M Vanishree. 2011. Eclampsia and Perinatal Outcome: A retrospective Study in a Teaching Hospital. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 5(5): p1056-9. 6. Uzan J Carbonel M, Piconne O, Asmar R, Ayoubi JM. 2011. Pre-eclampsia: Pathophysiologi, diagnosis, and management. Vascular Healt and Risk management. 7. Departement of gynecology and Obstetrics,Hospital Foch, France: p467-74. 7. Shah H et all. May 2013. Aprospective study on the use of magnesium sulfate in prevention and management of eclampsia with emphasis on adverse drug reactions. International Journal of Research in Medical Sciences. Vol 1. India: p97-100. EKLAMPSIA PADA KEHAMILAN 32 MINGGU
8.
Coghill AE, Hansen S, Littman AJ. 2011. Risk Factors for eclampsia: a population-based study in Washington State, 1987-2007. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 205. USA: p553-5.
9.
John France, Projestine S Muganyizi. 2012. Characteristics of symptoms of imminent eclampsia: A case referent study from tertiary hospital in Tanzania. Open Journal of Obstetrics and Gynecology. 2. Muhimbili University of Health, Tanzania: p311-17
10. Pandey R, Garg R, Darlong V, Punj J, Khanna P. 2011. Recurrent Seizures in Pregnancy-Epilepsy or Eclampsia: A Diagnostic Dilema? A Case Report. American Association of Nurse Anesthetists Journal. 79: p388-90. 11. Rodriguez M, Moreno J, Hasbun J. 2012. RAS in Pregnancy and preeclampsia and Eclampsia.
13.
Tukur A Jido. 2012. Eclampsia: Maternal and Fetal Outcome. African health Sciences. 12. Bayero University, Nigeria: p148-52.
14.
Agida ET, Adeka BI, Jibril KA. 2010. Pregnancy Outcome in Eclamptics at University of Abuja Teaching hospital, Gwagwalada, Abuja: A 3 Years Review. Nigerian Journal of Clinical Practice. 13(4). University of Abuja Teaching Hospital: 394-98
15.
Belfort MA, Anthony J, Saade GR, Allen JC. 2013. A comparison of Magnesium Sulfate and Nimodipine for the
prevention of eclampsia. The New England Journal of Medicine. 348. University of Utah Health Sciences Center,
USA: p 304-11. 16. Jabeen M, Yakoob MY, Imdad A, Bhutta ZA. 2011. Impact of Interventions to prevent and manage preeclampsia and eclampsia on stillbirths. BMC Public Health. 11(3): p 1-11. 17. Fortner KB, Szymansky LM, Fox HE, Wallach EE. Eclampsia. The John Hopskins Manual of Gynecology and Obstetrics 3rd Ed. 2007: p 186-8. 18. Arthur T Evans, et all. Eclampsia. Manual of Obstetrics 7th Ed. 2007. P184-7.