Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
Kerusakan pend akibat bising perlahan Terpajan bising 3 5 thn, intensitas 85 90 dB, terus menerus,
frekw tinggi (4000 Hz), + 8 jam/hari mulai terjadi kerusakan organ pendengaran Pend belum merasakan gangguan pendengaran 5 10 thn kerusakan meluas ke frek 500 1000 2000 (percakapan sehari-hari ) dirasakan (irreversible) NIHL (Noise Induced Hearing Loss) sering pada pekerja industri OSHA (Occupational Safety & Health Administration), batas aman : - pajanan rerata sehari dg intensitas bising < 85 dB selama 8 jam sehari / 40 jam / minggu Negara berkembang, kebisingan penyebab > dari 1/3 ks gangg pendengaran
Dapat dihindari
FISIOLOGI PENDENGARAN
Gelombang suara
Penghamburan energi
FISIOLOGI PENDENGARAN
Nukleus auditorius
1. Melalui rantai tulang pendengaran (paling sering) 2. Langsung menuju telinga tengah (adanya perforasi membran) 3. Melalui hantaran tulang - energi suara diambil dan diteruskan ke telinga dalam melalui tulang tengkorak SUARA MASUK TELINGA MENGALAMI AMPLIFIKASI - akibat perbedaan ukuran membrana timpani dan foramen ovale - akibat daya ungkit tulang pendengaran - amplifikasi sebesar 25 30 dB - besar amplifikasi sebanding dg berkurangnya energi gelom bang suara akibat perubahan media Frekuensi suara yang dapat didengar manusia berkisar antara 20 20.000 Hz, dg kepekaan tertinggi 1000 4000 Hz
BISING
Bunyi yang tidak disukai atau diinginkan Batasan diarahkan bising sehari-hari (lalu-lintas, pasar, keramaian stasiun) Audiologik : Campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi Tidak selalu berarti ketidaknyamanan Awal : semua kerusakan organ pendengaran yang berupa kenaikan NAD yang disebabkan oleh suara keras (termasuk bising) disebut TRAUMA AKUSTIK Perkembangan lanjut, batasan trauma suara keras thd pendengaran ada 2 : 1. TRAUMA BISING, yaitu ketulian sensori atau sensorineural yang mendadak disebabkan suara yang sangat keras dalam waktu singkat baik terjadi sekali atau beberapa kali. 2. NIHL (Noise Induced Hearing Loss), yaitu ketulian menetap yang disebabkan oleh dampak akumulasi pajanan/paparan bising dalam jangka waktu lama dengan tipe ketulian sensori atau sensorineural.
1. Trauma bising mikro/ringan (75 dB s/d 85 dB) 2. Trauma bising makro/berbahaya (85 dB s/d 115-120 dB) disebut BISING INDUSTRI 3. Trauma bising makro yang dapat merusak telinga dalam dan tengah dengan sekali letusan (125 dB ke atas)
LOKAKARYA HIPERKES BOGOR (1974)
NAB (Nilai Ambang Batas) kebisingan di tempat kerja : Intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata dan masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus-menerus tidak lebih 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. NAB kebisingan tempat kerja di Indonesia 85 dB (Australia & Inggris)
NORMAL
TULI RINGAN TULI SEDANG
TULI BERAT
TULI SANGAT BERAT
: 0 25 dB : 26 40 dB : 41 60 dB : 61 90 dB : > 90 dB
BISING.
Menit
Detik
organon corti di telinga dalam. Sifat ketuliannya sensorineural, umumnya kedua telinga Sering pada frekuensi 3000 s/d 6000 Hz, terberat kerusakan org corti untuk reseptor bunyi frek 4000 Hz Klinis, pajanan bising di organ pendengaran menimbulkan : 1. REAKSI ADAPTASI Respon kelelahan akibat rangsang bunyi 70 dB/kurang Merupakan fenomena fisiologis 2. PENINGKATAN AMBANG DENGAR SEMENTARA (TEMPORARY TRESHOLD SHIFT) Akibat pajanan bising dg intensitas cukup tinggi Pemulihan dpt beberapa menit/jam 3. PENINGKATAN AMBANG DENGAR MENETAP (PERMANENT TRESHOLD SHIFT) Akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi, singkat atau lama, kerusakan berbagai struktur koklea (organ corti, sel rambut, striae vaskularis, dll)
- Riwayat terpapar bising (kerja/tempat tinggal) - Riwayat penyakit telinga pernah diderita
PEMERIKSAAN
- Otoskopi (serumen, perforasi,retraksi) - Audiometri stadium awal, takik pada frekuensi 4000 Hz sekitar 50 dB stadium lanjut, PAD pada frek sekitarnya disadari bila sudah pd frek bicara (500 2000 Hz)
bising dan waktu paparan Ada hub antara intensitas dan waktu paparan tiap kenaikan 3 dB mengurangi waktu paparan nya (kerusakan paparan bising 80 dB/8jam = kerusakan paparan bising 83 dB/4jam) OSHA HUKUM 5 dB intensitas bising meningkat 5 dB, waktu pajanan yang diperkenankan harus dikurangi separuhnya D = t / T4 D = dosis pajanan bising yang diterima individu yg bekerja di lingkungan bising/menggambarkan rerata dosis pajanan bising sehari kerja
t = waktu individu bekerja disuatu lingkungan bising T = waktu maksimal yang diijinkan bagi individu yang bekerja di lingkungan bising yang sama
Makin tinggi intensitas bising maka batas aman yang
disarankan waktunya sangat sempit Keadaan fisik yg berpengaruh thd kerentanan individu thd bising - kelemahan fisik, anemia, gangguan metabolisme, defisiensi vitamin, karakteristik telinga dalam, gangguan sistem kardiovaskuler Faktor resiko kardiovaskuler - vasokonstriksi arteri di telinga dalam penyempitan lumen, penyebab hipoksia dalam koklea membranasea - hipertensi, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridaemia, DM
- adanya penurunan tek drh (sis/dias) yg tidak diikuti penam bahan aliran darah (di telinga dalam) tinitus sesaat/beberapa saat FAKTOR RESIKO HEMODINAMIKA - oksigen metabolisme Cellula Sensoria Pillosa untuk menghasilkan tenaga guna membina potensial listrik dalam ORGANON SPIRALE - kenaikan kadar lemak timbul proses arterioskle rosis penyempitan lumen - gula darah tinggi penebalan membrana tunca intima vaskuler LAMA ISTIRAHAT ANTARA DUA PAPARAN BISING - istirahat cukup TTS dapat pulih kembali - istirahat kurang mempercepat terjadinya PTS/NIHL
- mengurangi transmisi suara koklea, menurunkan NIHL - kerusakan/kelumpuhan m stapedius, meningkatkan NIHL - serumen prop, mengurangi kemungkinan NIHL
FAKTOR KETUAAN
- lebih mudah terjadi NIHL, krn terjadi degenerasi pada telinga dalam shg lebih rentan thd paparan bising B. PROTEKTOR TELINGA 1. EARPLUG - punya kemampuan memproteksi bising pada CAE, terutama bising dengan frek tinggi - mengurangi tingkat bising antara 25 s/d 33 dB - letak terganggu dg berbicara, menguap, mengunyah - iritasi kulit CAE
2. EARMUFF - menutup seluruh telinga luar - mengurangi kebisingan antara 23 s/d 29 dB 3. HELMET - kemampuan memproteksi bising lebih rendah - bising masih dapat masuk melalui celah antara helmet dengan telinga luar - kemampuan meredam bising sampai 24,8 dB
Penurunan tajam pendengaran KONDUKTIF - disebabkan oleh kerusakan mekanisme telinga tengah untuk mentransmisikan suara ke dalam koklea - sering disebut TULI HANTARAN
Penurunan tajam pendengaran PERSEPTIF - disebabkan kelainan telinga dalam (koklea dan retrokoklea) pada saraf pendengaran - disebut juga TULI SARAF Penurunan tajam pendengara CAMPURAN - merupakan kombinasi 1 dan 2 - bisa karena kelainan psikologis
2.
3.
JENIS PENURUNAN.
Penyebab tuli hantaran, antara lain :
1. Tersumbatnya kanalis auditorius eksternus oleh serumen atau benda asing. 2. Kerusakan tulang-tulang pendengaran 3. Penebalan gendang telinga akibat insfeksi telinga tengah berulang. 4. Kekakuan abnormal perlekatan stapes ke jendela oval.
Penyebab tuli saraf, antara alain :
1. Kerusakan sel rambut oleh paparan bising terus-menerus 2. Tumor saraf vestibulokoklearis 3. Kerusakan vaskular di medulla oblongata
Terhadap Pekerja - memberi protektor telinga (menahan sp 60 dB) - memberikan pendidikan mengenai penyakit akibat kerja - diberikan instruksi memakai protektor telinga selama kerja - memeriksa rutin 6 bulan sekali - pemutaran tugas kerja Terhadap Sumber Kebisingan - dilakukan analisis kebisingan dg pengukuran di tempat kerja - meredam dengan penyekat yang kedap suara