Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Taufik Abidin
2
Patofisiologi
Terjadi melalui dua cara:
Aspirasi
Hematogen.
Paling sering akibat aspirasi, stasis
sekresi, benda asing, tumor, dan striktur
bronkial.
Sering terjadi pd pasien bronkhitis kronik
byk mukus pd saluran napas bawah
media pertumbuhan bakteri.
3
Secara hematogen:
akibat septikemia atau fenomena septik
embolik, sekunder dari fokus infeksi dari
bagian tubuh lain, spt tricuspid valve
endocarditis.
Abses yg terbentuk multipel.
Penyebab tersering stafilokokus.
Penanganannya lebih sulit.
Ukuran abses bervariasi dr bbrpa mm
sampai >5 cm.
4
Abses primer: Infeksi diakibatkan aspirasi
atau pneumonia pd org normal.
Abses sekunder: infeksi terjadi pd org yg
sblmnya sudah mempunyai kondisi spt
obstruksi, bronkiektasis, dan gg.imunitas.
Abses paru akibat necrotizing pneumonia
terjadi nekrosis dan pencairan jaringan.
(e/ Staphylococcus aureus, Klebsiella
pneumonia, dan grup Pseudomonas).
Abses hepar bakterial atau amubik
mengalami ruptur menembus
diafragma abses paru kanan dan
rongga pleura.
5
Predisposisi
Kondisi yg memudahkan terjadinya aspirasi:
Gangguan kesadaran alkoholisme, epilepsi, CVA,
anestesi umum, drug abuse, koma, trauma, sepsis.
Gangguan esofagus dan sal.cerna gg.motilitas.
Fistula trakeoesofageal.
Iatrogenik.
Infeksi periodontal.
Kebersihan mulut yg buruk.
Pencabutan gigi.
Pneumonia akut.
Imunosupresi.
Bronkiektasis.
Ca paru.
ISPA & ISPB yg belum teratasi.
6
Etiologi
Pseudomonas aeruginosa.
Klebsiella pneumoniae.
Staphylococcus aureus (dapat
menyebabkan beberapa abscesses).
Streptococcal pneumonia.
spesies Nocardia.
spesies Fungal.
7
Klinis
Onset lambat/ akut.
Abses akut:
terjadi < 4-6 minggu.
Riwayat perjalanan penyakit 1-3
minggu.
Gejala awal badan lemah, tidak nafsu
makan, BB turun, batuk kering, keringat
malam, demam intermitten bisa disertai
menggigil (>39,4oC).
Dahak purulen stlah bbrpa hari.
8
Sputum berbau amis dan berwarna
anchovy bakteri anaerob, disebut putrid
abscesses.
Abses sekunder akibat septik emboli
paru dgn infark, timbul dlm waktu 2-3 hari.
Pem.fisik:
Suhu badan 40oC.
Nyeri tekan lokal.
Perkusi redup pd daerah abses.
Auskultasi suara napas bronkial, suara
amforik (bila dekat dinding dada), kadang-
kadang ronkhi.
Gerakan dinding dada tertinggal pd paru yg
lesi.
Fremitus vokal menghilang.
Tanda2 pendorongan mediastinum
kontralateral (+). 9
Diagnostik
Laboratorium:
Leukosit tinggi 10.000 – 30.000.
Anemia pd abses lama.
Pemeriksaan dahak transtrakheal, transtorakal, atau
bilasan/ sikatan bronkus menentukan penyebab
abses.
Kultur darah dpt mbantu mencari etiologi.
Bronkoskopi akurasi >80%.
Aspirasi jarum per kutan.
Radiologi:
Foto dada PA dan lateral.
CT scan.
DD: TBC, bulla infeksi, emboli septik, keganasan,
nodul reumatoid, vaskulitis, sarkoidosis, infark
paru, kongenital.
10
Gambaran radiologis abses paru-
Tampak kavitas dgn air-fluid level.
11
Abses paru – dinding abses yang tebal (panah kuning).
12
Terapi
Tujuan: eradikasi secepatnya dari patogen
penyebab abses dgn pengobatan yg
cukup, drainase empiema, dan
pencegahan komplikasi.
Posisi berbaring miring, dgn lokasi abses
berada di atas agar drainase baik.
Bila lokasi abses di segmen superior lobus
bawah posisi trendelenberg.
Diet bubur biasa TKTP.
13
Antibiotik:
Klindamisin spektrum lebih baik pd
anaerob.
Dosis: 3x600 mg IV, lalu 4x300 mg oral/hari.
Alternatif:
Penisilin G 2-10 juta unit/hari. Kombinasi dgn
streptomisin. Kemudian dilanjutkan dgn
penisilin oral 4x500-750 mg/hari.
Obat injeksi diganti oral jika tidak panas lagi
dan merasa baikan.
Penisilin 12-18 juta unit/hari + metronidazol 2
gram/hari slma 10 hari efektifnya sama dgn
klindamisin.
14
Antibiotik diberikan sampai dgn
pneumonitis telah mengalami resolusi dan
kavitasnya hilang, tinggal berupa lesi sisa
yang kecil dan stabil dlm waktu >2-3
minggu.
Resolusi sempurna 6-10 minggu.
Tanda perbaikan klinis demam turun
dlm 3-10 hari.
Respon yg lambat atau tidak respon,
akibat:
Kavitas yg besar (>6 cm).
KU pasien yg jelek.
Antibiotik yg salah.
Salah diagnosa.
Abses yg perlu di drainase.
Ada empiema.
15
Ada komplikasi yg jauh, spt abses otak dan
Indikasi operasi:
Abses paru yg tidak mengalami perbaikan.
Komplikasi: empiema, hemoptisis masif, fistula
bronkopleura.
Pengobatan penyakit dasar: Ca obstruksi
primer/metastasis, pengeluaran benda asing,
bronkiektasis, gg.motilitas GE, malformasi atau
kelainan kongenital.
Reseksi paru respon minimal dgn
antibiotik, ukuran abses besar, dan infark
paru.
Lobektomi.
Reseksi segmental untuk lesi kecil.
Pneumoektomi u/ abses multipel dan
gangren refrakter thdp obat.
Drainase per kateter u/ resiko tinggi 16
Komplikasi
Penyebaran melalui asprasi atau langsung.
Ruptur abses.
Tersering abses otak, hemoptisis masif,
ruptur pleura viseralis, piopneumotoraks,
fistula bronkopleura.
Abses paru yg resisten (kronik) resisten
dgn pengobatan slma 6 minggu.
Kerusakan paru paru yg permanen.
Anemia, malnutrisi, kakeksia, gg.cairan dan
elektrolit, gagal jantung trutama pd manula.
17
Pencegahan
Perhatian pd kebersihan mulut.
Pengobatan segera pd infeksi paru
akut.
Menghindari pemakaian anestesi
umum pd tonsilektomi, pencabutan
abses gigi, dan operasi sinus para
nasal menurunkan insiden abses
paru.
18
Prognosis
Tergantung KU pasien, letak
abses, luas kerusakan paru, dan
respon pengobatan.
Mortalitas abses anaerobik <10%.
Faktor resiko prognosis jelek:
Kavitas yg besar.
Penyakit dasar yg berat.
19