Professional Documents
Culture Documents
Marianti Manggau
Gagal Jantung
Sindrom klinis yang timbul akibat menurunnya daya pompa jantung, sehingga terjadi berbagai mekanisme kompensasi. Penurunan aliran darah renal terjadi aktivasi sistem renin-angiotensinaldosteron, dapat diukur kadar renin plasma sebagai prognosis. Pada neurohipofisa semakin banyak dihasilkan adiuretin (vasopressin) melalui V2 reseptor di tabung pengumpul nefron: retensi air, V1 di vaskuler: vasokonstriksi
Kadar plasma aldosteron meningkat, akibat RAAS dan juga clearence hepatic aldosteron menurun. Aktivitas simpatikus meningkat Sintesis NO menurun tapi sintesis endotelin meningkat
Etiologi
Anemia Hipertensi Tirotoksikosis (hipertireosis) Penyakit jantung koroner Kelainan katup jantung Kardiomiopati Gangguan irama jantung
Gambaran Klinis
Gagal jantung kiri: dispnea, batuk, paroksismal nokturnal dispnea. Mungkin juga pulsasi karotis melemah, terdengar bunyi jantung III dan IV. Gagal jantung kanan: udem di pergelangan kaki dan pembesaran hati, penderita biasanya lemah, mengeluh nyeri di perempat kanan atas perut. Tahap lanjut: asites. Gagal jantung akut (gagal jatung kiri dengan udem paru akut): sesak nafas berat, batuk saat berbaring, sianosis
Penyakit jantung tanpa pembatasan kerja. Penyakit jantung dengan keterbatasan ringan. Beban tubuh ringan menyebabkan lelah, gangguan irama, dispnea, angina pektoris. Penyakit jantung pada semua aktivitas tubuh dan istirahat.
Penanganan
Perlu istirahat sesuai beratnya penyakit Gejala berat: berbaring setengah duduk Aktivitas fisik sesuai kemampuan jantungnya Membatasi asupan garam Normalisasi kadar kolesterol Pengurangan berat badan
Diuretika Obat-obat yang bekerja pada sistem RAA: Penghambat ACE, Angiotensin Receptor Blocker, Antagonis Aldosteron) Obat-obat yang menurunkan peningkatan tonus
Diuretika
Insufisiensi jantung akut diuretika jerat henle furosemida, terjadi dilatasi vena melalui prostaglandine yang dihasilkan oleh ginjal. Sehingga pada pasien insufisiensi ginjal atau nefrektomi tidak segera berefek. Maupun diuresis. Juga efektif pada insufisiensi jantung kronis. Diuretika dapat dikombinasi dengan penghambat ACEI (bahaya hipotensi)
tiazida
Hidroklorotiazida 25 mg (caporetic, capozide, dellasidrex, lorinid, triatec plus, tenazide, zestoretic), triklormetiazida 2 mg, butizida 5 mg, bendroflumetazida 5 mg, bemetizida 25 mg Mekanisme kerja: menghambat pengambilan garam natrium di tubulus distal awal, melalui penghambatan kotransport Na/Cl. Indikasi pada:
NYHA I dengan hipertensi NYHA II dgn edema ringan NYHA III menaikkan efek diuretika ansa henle NYHA IV menaikkan efek diuretika ansa henle
Azosemida 80 mg, bumetanida 0,5-2 mg, Piretanida 3, 6, (12) mg, Torasemida 2, 5, (10) mg. Indikasi:
Lama kerja singkat dibanding tiazida. Efek diuretika kuat Ekskresi natrium, klorida, air, magnesium dan calcium Mekanisme kerja memblokade carrier Na/K/2Cl di jerat henle menaik
Spironolakton: Carpiaton, letonal, idrolattone, sotacor, spirolakton Dosis awal 100-(200)-(400 mg) Terapi jangka lama 50-(100)-200 mg, pengawasan kadar elektrolit. Indikasi:
NYHA II pada hipokalemia persisten NYHA III pada hipokalemia persisten, penguat efek diuretika jerat Henle NYHA IV Udema dengan hiperaldosteronisme (pasien dengan sirosis hati dan asites)
Mekanisme kerja: spironolakton dan canrenon (antagonis aldosteron) menghambat pada tubulus distal akhir dan tabung pengumpul secara kompetitif pengikatan aldosteron pada reseptornya.
Glikosida Jantung
Digoksin (0,25-0,3 mg): fargoxin, lanoxin, digoxin sandoz b-asetildigoksin (0,3 mg), metil digoksin (0,2 mg), digitoksin (0,1 mg) Indikasi:
NYHA I takikardia flimmer atrium NYHA II dgn takikardia flimmer atrium dan pada gejala yang tetap ada setelah pengobatan penghambat ACE dan diuretika NYHA III NYHA IV
Efek samping: aritmia, linglung, sakit kepala, gangguan penglihatan, mual, muntah. Kontraindikasi: bradikardia berat, gangguan irama ventrikuler (terutama takikardia ventrikuler), kardiomiopati obstruktif hipertropi.
Beta-bloker
Asebutolol (sectral) 200-400 mg Atenolol (beta adalat, farnormin, tenoret, tenoretic, tenormin, tensinorm, zumablock) 50-100 mg Metoprolol (lopresor) 100-200 mg Indikasi:
NYHA I setelah infark miokard, pada hipertensi NYHA III pemberian perlahan di bawah kontrol NYHA IV pemberian perlahan di bawah kontrol
Penghambat ACE
Obat pilihan pertama pada semua pasien dengan fungsi ventrikel kiri terbatas (fraksi ejeksi < 35%) tidak bergantung dari gejalagejala. Karena efek pertama yang sangat berat, maka dosis awal harus lebih rendah dari dosis lazim dan pasien harus diawasi pada awal penggunaan. Pada banyak pasien pada awal pengobatan kadar kreatinin serum meningkat, tetapi kemudian konstan. Karena bahaya hiperkalemia harus dihindari kombinasi dengan diuretika hemat kalium.
Captopril 12,5-75 mg, Acenorm, tensobon, lopirin; enalapril 5-20 mg, lisinopril 5-20 mg, perindopril 2-8 mg, trandolapril 1-4 mg, ramipril 2,5-10 mg. Angiotensin II tidak hanya berefek vasokonstriktoris, tetapi juga secara tidak langsung menaikkan produksi katekolamin dari medula anak ginjal, memudahkan pelepasan nor adrenalin dari ujung-ujung syaraf simpatis dan peningkatan tonus simpatikus melalui stimulasi area postrema ACEI juga menghambat katabolisme kinin
Kinetika: kecuali kaptopril dan lisinopril yang berefek sendiri, yang lainnya umumnya prodrug, melalui hidrolisa ester terbentuk senyawa aktif. Efek samping: batuk kering (5-10%), gangguan syaraf perasa, sakit kepala, mual, muntah, pusing, hipotensi disregulasi. KI: stenosis arteri ginjal, transplantasi ginjal, hiperaldosteronisme primer, wanita hamil dan menyusui. Hati-hati dengan penderita paru obstruktif. Interaksi obat: tidak boleh dikombinasi dg diuretika hemat kalium, NSAID melemahkan efek ACEI, sedangkan narkosis memperkuat efek ACEI
AT-1 bloker
Losartan (Lorzaar) 50 mg, candesartan (Atacand, Blopress) 8 mg, Irbesartan 150 mg, valsartan 80 mg, telmisartan 40 mg, eprosartan 600 mg ACE, Chymase (Chymostatin like angiotensin generating enzyme = CAGE), tPA langsung dari angiotensinogen. Reseptor AT1 peningkatan tekanan darah dan proliferasi sel sedang AT2 penghambatan proliferasi. Indikasi:
ES: pusing, obstipasi, hiperkalemia KI: insufisiensi hati dan ginjal, kardiomiopati hipertensi, hamil dan menyusui
Amrinon, milrinon, enoksimon Indikasi: gagal jantung berat yang tidak dapat lagi diobati dengan obat sebelumnya. Mekanisme kerja: menghambat fosfodiesterase sehingga menghambat metabolisme cAMP, berefek inotropi positif dan vasodilator