Tiga bagian dinding kapiler glomerulus yaitu sel endotel, membran basal glomerulus, dan sel epitel berperan dalam menentukan sifat fungsionalnya. Pada sindrom nefrotik, terjadi disfungsi limfosit T yang mengeluarkan sitokin toksik yang merusak membran basal glomerulus sehingga menyebabkan proteinuria."
Tiga bagian dinding kapiler glomerulus yaitu sel endotel, membran basal glomerulus, dan sel epitel berperan dalam menentukan sifat fungsionalnya. Pada sindrom nefrotik, terjadi disfungsi limfosit T yang mengeluarkan sitokin toksik yang merusak membran basal glomerulus sehingga menyebabkan proteinuria."
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd
Tiga bagian dinding kapiler glomerulus yaitu sel endotel, membran basal glomerulus, dan sel epitel berperan dalam menentukan sifat fungsionalnya. Pada sindrom nefrotik, terjadi disfungsi limfosit T yang mengeluarkan sitokin toksik yang merusak membran basal glomerulus sehingga menyebabkan proteinuria."
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd
klasifikasi Klasifikasi etiologi dan patogenesis glomerulopati Penyakit imunologi Penyakit metabolik Penyakit vaskular Disseminted intravascular coagulopathy (DIC) Penyakit herediter Patogenesis tidak diketahui klasifikasi IMUNOPATOGENESIS E circulating immune complex atau terbentuknya deposit kompleks imun secara in-situ pd membran basal glomerulus dan cell- mediated immunity E KERUSAKAN GLOMERULUS: bisa akibat; sel inflamasi, mediator inflamasi, komplemen dan akibat imunitas selular mel sel T yg tersensitisasi EVALUASI KLINIS DAN DIAGNOSIS GN E Gejala Klinis=Akibat kelainan struktur dan fungsi glomerulus tdd: proteinuria, hematuri, penurunan fgs ginjal, perubahan ekspresi garam shg; edema, kongesti aliran darah dan hipertensi. E Rentang Manifestasi klinik GN tdd: kelainan urin asimtomatik, sindrom nefritik, GN Progresif cepat, sindrom nefrotik, dan GN kronik DIAGNOSIS dan PEM PENUNJANG E Anamnesis penting penelusuran: GN dlm keluarga, riwayat infeksi stretokokus, infeksi virus, serta penyakit multisistem lainnya spt diabetes, lupus dan vaskulitis yg berhubungan dgn GN.
E Pem fisik: edema kelopak mata dan tungkai dll. DIAGNOSIS dan PEM PENUNJANG E Pem penunjang meliputi: urinalisis fungsi ginjal serum albumin profil lemak gula darah. Pem serologi sesuai kecurigaan: ASTO, C3, C4, ANA dan Anti ds DNA, antibodi anti-GBM. Bila diperlukan jg trhdp Virus Hep B atau C dll. kdg-kdg diperlukan USG ginjal atu biopsi ginjal dan histopatologis atas indikasi
TATALAKSANA GN E Pengobatan spesifik: thdp penyebab dan non spesifik untuk menghambat progresifitas penyakit E Non spesifik tdd: pemantauan reguler, kontrol tek darah, antiproteinuria, pengaturan asupan protein dan lemak E Pemakaaian obat imunosupresif untuk berbagai jenis kelainan GN masih belum seragam dgn hasil jg beragam. E Pilihan imunosupresif yang sering dipakai pd berbagai jenis GN; kortikosteroid, siklofosfamid, klorambusil, azatioprin, siklosporin, dan ada jg mofetil mikofenolat, takrolimus dan sirolimus E Yang ideal sbg terapi adalh mengontrol proses dan mediator inflamasi dan meningkatkn efek antiinflamasi, sedangkan terapi genetik disebut sebagai terapi masa depan. SN : suatu sindrom klinik yang ditandai dg 1. proteinuria masif ( 40 mg/m2 LPB/jam atau ratio protein kreatinin pada urin sewaktu > 2mg/ml atau dipstik 2+ 2. Hipoalbuminemia 2,5 gr/dL 3. Edema 4. dapat disertai kolesterolemia 13 1. Kongenital: SN yang timbul dalam umur < 3 bulan
2. Primer/idiopatik: SN yang berhubungan dengan penyakit glomerular, tidak diketahui sebabnya, tidak menyertai penyakit sistemik
3. Sekunder: SN yang diketahui penyebabnya atau bagian penyakit sistemik: penyakit keturunan dan metabolik penyakit imunologis (lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch Schoenlein) infeksi (hepatitis B, malaria, sifilis, streptokokus), toksin dan alergen neoplasma (tumor paru, limfoma malignum, dll), lain lain. ETIOLOGI 14 Pengobatan awal SN: prednison Respons pengobatan berbeda klasifikasi SN berdasarkan respons terhadap steroid. Klasifikasi: - sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) - sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
Remisi: proteinuria (-) atau trace (proteinuria < 4 mg/m 2 LPB/jam atau ratio protein/kreatinin < 0.2 mg/mg) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu Relaps: proteinuria 2+ (proteinuria 40 mg/m 2
LPB/jam atau ratio protein/kreatinin > 2 mg/mg) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu KLASIFIKASI 15 Sindrom nefrotik relaps jarang: SN relaps < 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau < 4 kali per tahun
Sindrom nefrotik relaps sering (frequent relaps): SN relaps 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau 4 kali dalam periode 1 tahun
Sindrom nefrotik dependen steroid: SN yang relaps pada saat dosis steroid diturunkan atau dalam 14 hari setelah steroid dihentikan, terjadi 2 kali berturut-turut Secara klinis sindrom nefrotik (anak) 16 Sindrom nefrotik resisten steroid: Consensus 2001: SN yang tidak remisi dengan prednison full dose 2 mg/kgbb/hari 4 minggu. ISKDC (1970): SN yang tidak remisi dengan prednison full dose 60 mg/m 2 LPB/hari 4 minggu dan prednison dosis 2/3 FD (40mg/m 2 LPB/hari) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu (intermitten) selama 4 minggu.
Sindrom nefrotik toksik steroid: SN dengan efek samping steroid 17 18 Three parts of the glomerular capillary wall jointly determine its functional properties- Deen 2004 20 Sel endotel, MBG, dan sel epitel glomerulus: mengandung ion negatif oleh adanya heparan sulfat proteoglikan dan glikoprotein mengandung asam sialat
Protein plasma bermuatan negatif, ditolak dinding kapiler glomerulus (bermuatan negatif) dan membatasi filtrasi
Podosit dan slit diafragma: bagian glomerulus yang penting dalam integritas sawar filtrasi glomerulus
Pada podosit dan slit diafragma terdapat molekul: nefrin, podosin, Neph1, Wilms Tumor-1 (WT-1), protokaderin (P-kaderin), zona occludens (ZO-1), CD2 associated protein (CD2AP), -aktinin-4, katenin, sinaptopodin 21 Pada SN + disfungsi limfosit T sistemik yang mengeluarkan sitokin toksik terhadap MBG (Shalhoub,1974)
Sitokin menyebabkan: + perubahan muatan negatif heparan sulfat proteoglikan dan ukuran pada MBG hilangnya reaksi penolakan MBG terhadap protein plasma
+ distorsi atau lepas foot processes podosit. kelainan epitel fokal aliran plasma melewati MBG gundul menyebabkan proteinuria
+ Kelainan nefrin dan neph1 kelainan integritas slit diafragma proteinuria
+ permeabilitas dinding glomerulus proteinuria
22 GAMBARAN KLINIS Sindrom nefrotik ditandai: proteinuria edema: palpebra atau pretibia skrotum asites efusi pleura oliguria nafsu makan berkurang hematuria hipertensi Hipertensi disebabkan sekresi renin, aldosteron, hormon vasokonstriktor sebagai respons terhadap hipovolemia
23 Proteinuria:
Lepasnya foot processes podosit dari MBG aliran plasma melewati MBG tanpa foot processes.
Pengurangan muatan anion MBG pasase protein plasma bermuatan negatif melalui filter
Pembesaran ukuran slit pore, menurunnya muatan anionik MBG, atau kombinasi
permeabilitas kapiler glomerulus akibat perubahan sawar filtrasi glomerulus.
24 Hipoalbuminemia: albuminuria katabolisme albumin masukan albumin dan asam amino kurang
Protein dalam urin: IgG transferin antitrombin III plasminogen antiplasmin faktor B high density lipoprotein (HDL) lecithine-cholesterol acyltransferase vitamin D binding protein thyroxin binding globulin metal binding protein transkortin, dll 25 EDEMA
Tekanan onkotik koloid plasma o.k hipoalbuminemia dan pasase transkapilar cairan dan solut ke jaringan subkutan
volume intravaskular dan aktivasi sistem renin angiotensin retensi natrium dan air edema
Pengeluaran antidiuretik hormon (ADH)
26 Hiperlipidemia:
kadar kolesterol, trigliserida, fosfolipid, asam lemak low density lipoprotein (LDL) dan very low density lipoprotein (VLDL) high densilty lipoprotein (HDL) plasma: biasanya normal
Peningkatan lemak dan lipoprotein:
sintesis lemak dan lipoprotein oleh hepar akibat sintesis hati akibat hipoalbuminemia katabolisme lemak aktivitas enzim lipoprotein lipase 27 Proteinuria massif (proteinuria > 40 m/m 2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin > 2 mg/mg atau dipstik protein > 2+) Hipoalbuminemia (albumin < 2,5 g/dL) dengan rasio albumin/globulin terbalik Hiperkolesterolemia Fungsi ginjal: umumnya normal 7 kreatinin dan ureum darah: 32% Hemokonsentrasi: Hb dan Ht: 7 Trombositosis: 3% Hematuria: 25% Lipiduria Laboratorium: 28 KOMPLIKASI
Hipovolema Syok Gagal ginjal akut Infeksi Trombosis Gangguan elektrolit Malnutrisi Pertumbuhan terlambat 29 Hipoalbuminemia pengeluaran cairan dari intravaskular ke ruang interstitial volume intravaskular berkurang syok Hipovolemik dan Syok: e Hipovolemia aliran darah ke ginjal berkurang nekrosis tubular akut e Biasanya reversibel dengan albumin atau diuretik e Dilaporkan gagal ginjal mengalami reversibel setelah 1 tahun Gagal ginal akut 30 Infeksi Strep. Pneumonia dan bakteri Gram negatif. Selulitis: - paling sering pada SN, diikuti peritonitis & bakteremia - kuman stafilokokus Peritonitis: E.coli paling sering (25%) Kerentanan SN terhadap infeksi: - hipoproteinemia - disfungsi limfosit T - kadar IgG - komplemen serta faktor B (proaktivator C3) & D opsonisasi - aktivitas lisis makrofag monosit - efek samping imunosupresan IgG, faktor B & D o.k. pengeluaran Ig dan protein faktor B & D dalam urin 31 + Risiko tinggi trombosis vaskular, terutama v. renalis + Insidens pada dewasa sekitar 5-54% + Penyebab multifaktor: - hiperkoagulabilitas - hipovolemia, imobilisasi, infeksi, - aggregasi trombosit - hiperfibrinogenemia - kelainan zimogen dan kofaktor proses pembekuan - faktor V, VII, VIII, X, dan XIII - konsentrasi antitrombin III - faktor penghambat koagulasi, faktor XI dan XII, protein C dan S, - komponen sistem fibrinolitik (aktivator plasminogen jaringan dan inhibitor aktivator plasminogen) - trombositosis
Malnutrisi: Terjadi karena hilangnya protein melalui urin
Gangguan elektrolit: Hipokalemia dan hiponatremia terjadi akibat pemberian diuretik. Hipokalsemia: - kebocoran metabolit vitamin D - penggunaan steroid jangka panjang menimbulkan osteoporosis & osteopenia PENGOBATAN SN E Terapi non-spesifik: mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan mengobati komplikasi E Kontrol edema: diet rendah garam, diuretik dan tirah baring E Diuretik : furosemid, spironolakton, tiazid,, metazolam dll. E Kontrol proteinuria: pembatasan asupan protein, obat penghambat enzim konversi angiotensin dan antagonis reseptor angiotensin II. E Terapi medikamentosa pada anak: mengacu pd ISKDC atau UKK Nefrologi IDAI 2005 dgn prednison atau prednisolon dgn protokol tertentu. E Pd umumnya GN atan SN adalah kasus rujukan ke RS. Terapi SN pada ISKDC 38 1. Pengobatan Inisial Sindrom Nefrotik 39 4 minggu 4 minggu Remisi (+) Proteinuria (-) Edema (-) Dosis alternating (AD) Remisi (-): Resisten steroid
Imunosupresan lain Prednison FD: 60 mg/m 2 LPB/hari Prednison AD: 40 mg/m 2 LPB/hari Gbr. Pengobatan inisial dengan kortikosteroid 40 2. SN Relaps 41 Prednison FD: 60 mg/m 2 LPB/hari Prednison AD: 40 mg/m 2 LPB/hari Gbr. Pengobatan sindrom nefrotik relaps Remisi FD AD SN Relaps 42 1. Siklofosfamid dan prednison alternating 2. Steroid jangka panjang 3. Levamisol 4. Siklosporin Cari fokus infeksi: tbc, infeksi di gigi, kecacingan. 3. SN Relaps Sering dan SN Dependen Steroid 43 Prednison FD: 60 mg/m 2 LPB/hari Prednison AD: 40 mg/m 2 LPB/hari Gbr. Pengobatan sindrom nefrotik relaps sering Remisi FD AD 8 minggu CPA oral:2-3 mg/kgbb/h 44 Prednison FD: 60 mg/m 2 LPB/hari Prednison AD: 40 mg/m 2 LPB/hari (1 kali pagi hari) Gbr. Pengobatan sindrom nefrotik dependen steroid Remisi FD AD 12 minggu CPA oral: 2-3 mg/kgbb/hari Tapering off 1 2 3 4 5 6 7 FD AD 12 minggu Tapering off 12 minggu CPA puls: 500-750 mg/m2 LPB/bulan Tapering off 1 mg/kgbb/hari (1 bulan) 0.5 mg/kgbb/hari (1 bulan) atau 45 Steroid jangka panjang: setelah remisi dengan prednison full dose, teruskan dengan steroid AD, turunkan bertahap 0,2 mg/kgbb sampai dosis terkecil tidak menimbulkan relaps: 0,1 0,5 mg/kgbb AD Dosis ini disebut dosis threshold 6-12 bulan kemudian dihentikan
Bila relaps pada dosis rumat > 0,5- 1 mg/kgbb: berikan levamisol 2,5 mg/kgbb, dosis tunggal selang sehari 4-12 bulan, atau siklofosfamid 2-3 mg/kgbb/h
Sikofosfamid: relaps pada: dosis rumat > 1 mg/kgbb AD dosis rumat < 1 mg dengan efek samping steroid
Siklosporon dosis 5 mg/kgbb/h 1 tahun 46 Sindrom nefrotik relaps sering atau dependen steroid Prednison FD Remisi
Diturunkan sampai dosis treshold 0.1 0.5 mg/kgbb AD 6-12 bulan Relaps pada Prednison > 0.5 mg/kgbb AD Levamisol 2.5 mg/kgbb AD (4-12 bulan) Relaps pada Prednison > 1 mg/kgbb AD atau Efek samping steroid meningkat CPA 2-3 mg/kgbb 8-12 hari Relaps prednison standar Relaps pada prednison > 0.5 mg/kgbb AD
Siklosporin 5 mg/kgbb/hari selama 1 tahun Prednison AD + CPA (1) (2) (4) (3) Gbr. Diagram pengobatan SN relaps sering atau dependen steroid 47 4. SN Resisten Steroid 48 Prednison AD: 40 mg/m 2 LPB/hari CPA oral: 2-3 mg/kgbb/hari Prednison AD 6 bulan Tap off CPA oral 3 6 bulan CPA puls: 500-750 mg/m2 LPB/bulan Tapering off 1 mg/kgbb/hari (1 bulan) 0.5 mg/kgbb/hari (1 bulan) Prednison AD 6 bulan Tap off CPA puls 6 bulan Gbr. Pengobatan sindrom nefrotik resisten steroid atau 49 Indikasi Rawat SN dengan: - syok - edema anasarka - hipertensi berat - muntah-muntah - gagal ginjal - infeksi berat: peritonitis
Prognosis selama 20 tahun (ISKDC,1978): SNKM : hanya 4-5% menjadi GGT GSFS : 25% menjadi GGT dalam 5 tahun
Fakhouri dkk.(2003): kohort pada SN sensitif steroid: 42,2% anak relaps pada umur dewasa jumlah relaps per tahun memprediksi relaps makin tinggi umur, makin jarang terjadi relaps umur < 11 tahun : relaps 1.07 umur 12-17 tahun : relaps 0,79 umur > 18 tahun : relaps 0,5. > 11 tahun : 64,3% tidak relaps