You are on page 1of 27

Linda Rachmawati

0910211167



Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang
berlebihan di dalam rongga pleura, yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.

Pada keadaan normal rongga pleura selalu ada
cairan serosa yang berfungsi untuk mencegah
melekatnya pleura viseralis dan pleura parietalis
Cairan fisiologis ini disekresi oleh pleura parietalis
dan diabsorbsi kembali oleh pleura viseralis.
Jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200
ml.
Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan
plasma, tetapi pada cairan pleura mempunyai
kadar protein lebih rendah yaitu
< 1,5 gr/dl.


Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam,
yaitu:
Tuberkulosis paru (merupakan penyebab yang
paling sering di Indonesia)
Penyakit primer pada pleura
Penyakit penyakit sistemik
Keganasan baik pada pleura maupun diluar
pleura.


Dalam keadaan normal selalu terjadi filtrasi
cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler
pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera
direabsorpsi oleh saluran limfe sehingga terjadi
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi,
tiap harinya diproduksi cairan kira-kira 16,8 ml
(pada orang dengan berat badan 70 kg).
Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat
meningkat sampai 20 kali Apabila antara
produk dan reabsorpsinya tidak seimbang
(produksinya meningkat atau reabsorpsinya
menurun) maka akan timbul efusi pleura

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila:
1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura
meningkatkan pembentukan cairan pleura melalui pengaruh
terhadap hukum Starling.Keadaan ni dapat terjadi pada gagal
jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava
superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat
pada atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau
penebalan pleura visceralis
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat
menarik lebih banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal
bisa menyebabkan transudasi cairan dari kapiler pleura ke
arah rongga pleura
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis.
Saluran limfe bermuara pada vena untuk sistemik.
Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat
pengosongan cairan limfe.


Berdasarkan jenis cairan :
- transudat
terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura
mengalami perubahan.
- eksudat
terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura
mengalami perubahan.
- Hemoragik
Transudat
Terjadi apabila hubungan normal antara tekanan
kapiler hidrostatik dan ostmotik koloid terganggu
sehingga terbentuknya cairan akan melebihi
reabsorbsinya. Biasanya hal ini terdapat pada:
1) Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
2) Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner,
3) Menurunnya tekanan osmotic koloid dalam pleura
4) Menurunnya tekanan intra pleura.
Pada keadaan :
- Kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri)
- Sindroma nefrotik
- Asites (oleh karena serosis hepatis)
- Sindroma vena cava superior
- Tumor
- Sindroma meig


Eksudat
Terjadi bila ada proses peradangan yang
menyebabkan permabilitas kapiler pembuluh
darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi
pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura.
- Infeksi : tuberculosis , pneumonia, dsb
- Tumor
- Infark paru
- Radiasi
- Penyakit kolagen
Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering
adalah akibat M. tuberculosis dan dikenal
sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa
Hemoragik

Efusi hemoragik dapat disebabkan oleh :
- Tumor
- Trauma
- Infark paru
- tuberkulosis

Efusi transudat atau eksudat dapat dibedakan
menurut perbandingan jumlah laktat
dehidrogenase (LDH) dan protein yang terdapat
di dalam cairan pleura dan serum. Efusi pleura
eksudatif memenuhi setidaknya salah satu dari
ketiga kriteria berikut, sementara transudatif
tidak sama sekali memenuhi kriteria ini:
Perbandingan kadar protein cairan pleura/protein
serum > 0,5
Perbandingan kadar LDH cairan pleura/LDH
serum > 0.6
Kadar LDH cairan pleura > 2/3 kadar normal
tertinggi serum (>200)


Perbedaan transudat dan eksudat

1. Sesak nafas
2. Rasa berat pada dada
3. Berat badan menurun pada neoplasma
4. Batuk berdarah pada karsinoma bronchus
atau metastasis
5. Demam subfebris pada TBC, demam
menggigil pada empiema
6. Ascites pada sirosis hepatis


a. Anamnesa keluhan pada gejala klinis
b. Pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang
sakit)
*cairan pleura <300 cc tidak ada tanda2 fisik
* >500 cc penurunan pergerakan hemitoraks
yang sakit, fremitus dan suara
napas melemah
* >1000 cc dada cembung dan egofoni
* >2000 cc suara napas melemah atau
menurun, mungkin menghilang
sama sekali dan mediastinum
terdorong kearah paru yang sehat

c. Rontgen thoraks
d. Pemeriksaan Laboratorium

Analisa Cairan Pleura
Transudat : jernih, kekuningan
Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
Kilotoraks : putih seperti susu (banyak
mengandung lemak)
Empiema : kental dan keruh
Empiema anaerob : berbau busuk
Mesotelioma maligna : sangat kental dan
berdarah



Tumor paru
Schwarte atau penebalan pleura
Atelektasis lobus bawah
Diagfragma letak tinggi


Ditujukan pada pengobatan dasar dan
pengosongan cairan (torasentesis).
Indikasi untuk melakukan torasentesis:
- Menghilangkan sesak napas yg ditimbulkan
oleh akumulasi cairan rongga pleura
- Bila terapi spesifik pada penyakit primer
tidak efektif atau gagal
- Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama cairan pleura tidak
boleh > 1000 cc karena pengambilan dalam
waktu singkat dapat menyebabkan sembab
paru yang ditandai batuk dan sesak nafas


Aspirasi cairan pleura
berguna sebagai sarana
diagnostik dan
terapeutik.
Cara :
Pelaksanaan sebaiknya
dilakukan pada pasien
dengan posisi duduk.
Aspirasi dilakukan pada
bagian bawah paru sela
iga garis aksila posterior
dengan memakai jarum
abocath nomor 14 atau
16
Pemasangan WSD :
Efusi Pleura massive
Efusi Pleura
haemorhagic
Hematotoraks,
Empyema
Chylotoraks,
Chiliform

Lakukan pengobatan yang adekuat pada
penyakit-penyakit dasarnya yang dapat
menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita
ke rumah sakit yang lebih lengkap bila
diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk
menentukan dan mengobati penyakit
dasarnya misalnya biopsi pleura , bronkoskopi,
torakotomi, dan torakoskopi.

Efusi pleura maligna memiliki prognosis jelek


Hanley, Michael E., Carolyn H. Welsh. Current Diagnosis &
Treatment in Pulmonary Medicine. 1st edition. McGraw-Hill
Companies.USA:2003. E-book
Mason, Robert J. , John F. Murray, V. Courtney Broaddus, Jay
A. Nadel. Mason: Murray & Nadels Textbook of Respiratory
Medicine, 4th ed. Saunders, An Imprint of Elsevier: 2005. E-
book
Halim, Hadi. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo AW, et al. Edisi 4, Jilid II.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2007. h.
1056-60

You might also like