You are on page 1of 60

Erna Herawati - 2013 1

F00.0 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER DG ONSET DINI


F00.1 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER DG ONSET LAMBAT
F00.2 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER, TIPE TAK KHAS/ TIPE
CAMPURAN
F00.9 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER YTT
F00 DEMENSIA PADA PENYAKIT
ALZHEIMER
F01.0 DEMENSIA VASKULAR ONSET AKUT
F01.1 DEMENSIA MULTI-INFARK
F01.2 DEMENSIA VASKULAR SUBKORTIKAL
F01.3 DEMENSIA VASAKULAR CAMPURAN KORTIKAL DAN SUBKORTIKAL
F01.8 DEMENSIA VASKULAR LAINNYA
F01.9 DEMENSIA VASKULAR YTT
F01 DEMENSIA VASKULAR
F02.0 DEMENSIA PADA PENYAKIT PICK
F02.1 DEMENSIA PADA PENYAKIT CREUTZFELDT-JAKOB
F02.2 DEMENSIA PADA PENYAKIT HUNTINGTON
F02.3 DEMENSIA PADA PENYAKIT PARKINSON
F02.4 DEMENSIA PADA PENYAKIT HIV
F02.8 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDT YDK
F02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN
YDK
Erna Herawati - 2013 2
TERMASUK : DEMENSIA PRASENIL ATAU SENIL YTT
PSIKOSIS PRASENIL ATAU SENIL YTT
DEMENSIA DEGENERATIF PRIMER YTT
F03.X0 TANPA GX TAMBAHAN
F03.X1 GEJALA LAIN TERUTAMA WAHAM
F03.X2 GEJALA LAIN TERUTAMA HALUSINASI
F03.X3 GEJALA LAIN TERUTAMA DEPRESI
F03.X4 GEJALA CAMPURAN
F03 DEMENSIA YTT
F04 SINDROMA AMNESIK ORGANIK BUKAN
AKIBAT ALKOHOL & OBAT PSIKOAKTIF LAINNYA
F05.0 DELIRIUM, TAK BERTUMPANG TINDIH DG DEMENSIA
F05.1 DELIRIUM BERTUMPANG TINDIH DG DEMENSIA
F05.8 DELIRIUM LAINNYA
F05.9 DELIRIUM YTT
F05 DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN
OBAT PSIKOAKTIF LAIN
Erna Herawati - 2013 3
F06 GG MENTAL
LAIN &
DISFUNGSI OTAK /
PENY FISIK
F06.0 HALUSINOSIS ORGANIK
F06.1 GG KATATONIK ORGANIK
F06.2 GG WAHAM ORGANIK LIR
SKIZOFRENIA
F06.3 GG SUASANA PERASAAN
(MOOD/AFEK) ORGANIK
F06.30 GG MANIK ORGANIK
F06.31 GG BIPOLAR ORGANIK
F06.32 GG DEPRESIF
ORGANIK
F06.33 GG AFEKTIF ORGANIK
CAMPURAN
F06.4 GG ANXIETAS ORGANIK
F06.5 GG DISOSIATIF ORGANIK
F06.6 GG ASTENIK ORGANIK
F06.7 GG KOGNITIF RINGAN
F06.8 GG MENTAL & DISFUNGSI
OTAK / PENY FISIK LAIN YDT
F06.9 GG MENTAL & DISFUNGSI
OTAK / PENY FISIK YTT
Erna Herawati - 2013 4
F07.0 GG KEPRIBADIAN ORGANIK
F07.1 SINDROMA PASCA ENSEFALITIS
F07.2 SINDROMA PASCA KONTUSIO
F07.8.GG KEPR & PERILAKU ORG PENY,
/DISFUNGSI OTAK YTT
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN &
PERILAKU PENY, & DISFUNGSI
OTAK
F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK
/ SIMTOMATIK YTT
Erna Herawati - 2013 5
Erna Herawati - 2013 6
Erna Herawati - 2013 7
* Penyakit
* Cedera atau rudapaksa otak disfungsi otak
Primer :
Penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu
dari beberapa organ atau sistem tubuh
Sekunder :
sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan dengan
gangguan / penyakit sistemik / otak yang secara bebas
dapat di diagnosis
Istilah organik :
untuk G.M.O yang pengaruhnya terhadap otak merupakan
akibat sekunder dari gangguan / penyakit ekstra serebral
sitemik
Istilah simtomatik :
misal : daya ingat (memory), daya pikir (intellect),
daya belajar (learning)
Gangguan Fungsi Kognitif
misal : gangguan kesadaran (conciousness) dan
perhatian (attention)
Gangguan Sensorium
Persepsi (halusinasi)
Isi pikiran (waham / delusi)
Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira,
cemas)
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol
dalam bidang:
Erna Herawati - 2013 8
dan ada kalanya di awali dengan kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian
emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup
Umumnya disertai hendaya fungsi kognitif
DAN KESADARAN TIDAK BERKABUT.
dimana terdapat gangguan fungsi luhur (fungsi kortikal yang multipel)
daya
ingat,
daya
pikir,
orientasi
,
daya
tangkap,
berhitung
,
kemampuan
belajar,
berbahas
a
Suatu sindrom akibat penyakit / gangguan otak,
bersifat kronik progresif
Erna Herawati - 2013 9
Erna Herawati - 2013 10
Sindrom demensia
terjadi pada
penyakit :
Alzheimer
Serebrovaskular
dan pada kondisi lain
yang secara primer
atau sekunder
mengenai otak.
Erna Herawati - 2013 11
Pedoman diagnosis
DEMENSIA:
Adanya penurunan
kemampuan daya
ingat, daya pikir yang
sampai mengganggu
kegiatan harian
seseorang seperti:
mandi, berpakaian,
makan, kebersihan
diri, B.A.B., B.A.K
Tidak ada
gangguan
kesadaran
Gejala dan
disabilitas
sudah
nyata untuk
paling
sedikit 6
bulan
Erna Herawati - 2013 12
SESEORANG SENGAJA DATANG
MENGAMBIL BARANGNYA ATAU
MENYEMBUNYIKAN BARANGNYA
1. IDE DAN WAHAM PARANOID
BERUPA HALUSINASI PENDENGARAN
DAN PENGLIHATAN.
2. HALUSINASI
Erna Herawati - 2013 13
WANDERING 10 %. DAPAT PULA
TERJADI DENGAN ADANYA ANSIETAS
DAN WAHAM. PASIEN BERKELANA
MENINGGALKAN RUMAHNYA.
AKTIVITAS TANPA TUJUAN. TIDAK
DAPAT MENYELESAIKAN AKTIVITAS
ATAU GERAKAN SAMPAI SELESAI. MIS:
MENYIMPAN & MENGELUARKAN
PAKAIAN BERULANG, PERTANYAAN
ATAU PERKATAAN BERULANG.
AKTIVITAS YANG TIDAK SESUAI.
MENEMPATKAN ATAU
MENYEMBUNYIKAN SESUATU TIDAK
PADA TEMPATNYA.
3. GANGGUAN AKTIVITAS
Erna Herawati - 2013 14
PERILAKU AGRESIF SECARA ORAL: MAKIAN
PERILAKU AGRESIF SECARA FISIK
PEMUKULAN, PENENDANGAN SAMPAI MENGGUNAKAN ALAT
Spt: TONGKAT, SAPU, PISAU.
4. PERILAKU AGRESIF
YAITU: GANGGUAN IRAMA TIDUR.
5. GANGGUAN IRAMA DIURNAL,
MUDAH MENANGIS, PIKIRAN TTG KEMATIAN.
6. GANGGUAN AFEK:
ANSIETAS TERHADAP HAL YANG AKAN DATANG
KECEMASAN FINANSIAL, KESEHATAN, DAYA INGAT.
KETAKUTAN AKAN DITINGGALKAN SENDIRI
KETAKUTAN AKAN KERAMAIAN, PERJALANAN JAUH.
7. ANSIETAS DAN FOBIA
Penyakit degeneratif otak primer
Etiologinya tidak diketahui
Gambaran neuropatologis dan neurokimia
yang khas
Biasanya onset dan berkembang secara
lambat laun tetapi pasti dalam beberapa tahun
(2 atau 3 tahun, dapat lebih lama)
Erna Herawati - 2013 15
Erna Herawati - 2013 16
Pedoman diagnosis penyakit Alzheimer
Terdapat gejala demensia seperti di atas
Onset yang tersembunyi dengan deteriorasi lambat
Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari
penyelidikan khusus bahwa kondisi mental dapat
disebabkan penyakit otak atau sistemik lain yang
dapat menimbulkan demensia (mis : hipotiroidi,
hematoma subdural, hiperkalsemia)
Tidak adanya serangan apopleptik mendadak,
hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek
lapangan pandang mata dan inkoordinasi dalam
masa dini dari gangguan itu (walau fenomena ini
dikemudian hari dapat bertumpang tindih)
Erna Herawati - 2013 17
Demensia
pada
penyakit
Alzheimer
Onset
dini
Mulai sebelum usia 65 tahun
Relatif deteriorasi yang cepat
Gangguan multipel yang nyata
dari fungsi kortikal luhur
Afasia, agrafia, aleksia,
apraksia- terjadi relatif dini
Onset
lambat
Sesudah usia 65 tahun, biasa
akhir 70-an
Kemerosotan yang lamban
Gambaran utama : gangguan
daya ingat
Erna Herawati - 2013 18
Dibedakan dari demensia pada
penyakit Alzheimer dalam hal ;
-riwayat
onset
-
gambaran
klinis
-
perjalanan
penyakit
Yang khas adanya riwayat iskemia sepintas (T.I.A) dengan
gangguan kesadaran sepintas
Paresis yang sejenak atau hilangnya penglihatan
Hendaya daya ingat dan daya pikir menjadi nyata
Dapat mendadak, biasa pada usia lanjut sesudah satu
episode iskemik yang jelas
Etiologi : infark otak karena penyakit vaskular termasuk
penyakit hipertensif serebrovaskular
Infark kecil - efek kumulatif
Erna Herawati - 2013 19
Erna Herawati - 2013 20
Gejala demensia
Hendaya fungsi kognitif biasanya
tidak merata
Insight dan J udgement relatif
baik
Onset mendadak atau deteriorasi
bertahap, terdapat tanda dan
gejala neurologis fokal
Pada beberapa kasus
penetapan hanya dengan C.T Scan
atau pemeriksaan neuropatologis
Pedoman diagnostik
Demensia Vaskuler
Mulanya mendadak 2
Progresinya bertahap 1
Perjalanan berfluktuasi 2
Malam hari bengong atau kacau 1
Kepribadian terpelihara 1
Depresi 1
Keluhan somatik 1
Inkontinensia emosional 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat stroke 2
Ada bukti aterosklerosis 1
Keluhan neurologi fokal 2
_______________________________________________
___
Demensia vaskular atau demensia multi-infark: skor > 7
Kemungkinan menderita penyakit Alzheimer : skor < 7
Erna Herawati - 2013 21
F02.0 DEMENSIA PADA PENYAKIT PICK
F02.1 DEMENSIA PADA PENYAKIT CREUTZFELDT-
JAKOB
F02.2 DEMENSIA PADA PENYAKIT HUNTINGTON
F02.3 DEMENSIA PADA PENYAKIT PARKINSON
F02.4 DEMENSIA PADA PENYAKIT HIV
F02.8 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDT YDK
Erna Herawati - 2013 22
Erna Herawati - 2013
23
Erna Herawati - 2013 24
Sindroma ini
ditandai dg ggn
daya ingat jangka
pendek dan
jangka panjang
yg amat
menonjol
Namun daya
ingat segera
(immediate
recall) masih baik
Kemampuan
belajar materi
baru jelas
terganggu
Amnesia
anterograde
Disorientasi
waktu
Konfabulasi,
sikap tak acuh,
emosi yg
hambar
Fungsi persepsi dan kognitif lain biasanya baik
Erna Herawati - 2013 25
Misalnya : trauma
kapitis, tindakan
pembedahan, infarct
pd daerah a. serebro
post, ensefalitis
Proses patologik
yg merusak
secara bilateral
struktur
diencephalon dan
medial temporal.
karena defisiensi
tiamin (Korsakoffs
syndrome)
Yang paling sering
adalah :
Erna Herawati - 2013 26
Adanya hendaya daya ingat
berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek (lemahnya kemampuan
belajar materi baru);
amnesia anterograde dan retrograde;
menurunnya kemampuan utk mengingat dan megungkapkan
pengalaman yg telah lalu
Adanya riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pd otak
Tidak berkurangnya daya ingat segera
(misalnya diuji utk mengingat deretan angka).
Tidak adanya ggn daya perhatian dan kesadaran serta hendaya
intelektual menyeluruh
Erna Herawati - 2013 27
Bergantung pd
perjalanan penyakit
yg mendasarinya
Namun pd prinsipnya
kesembuhan
sempurna mungkin
terjadi
Erna Herawati - 2013 28
Delirium
Demensia

Erna Herawati - 2013 29
Erna Herawati - 2013 30
Definisi
delirium:
suatu
gangguan
mental organik
dengan ciri
khas
penurunan
kesadaran
yang
mengakibatkan
gangguan
fungsi kognitif
Delirium merupakan
kelainan yang sering
terjadi, dengan angka
prevalensi pada
masyarakat umum
adalah 0,4% untuk
usia 18 tahun keatas
dan 1,1% untuk usia
55 tahun keatas (DSM-
IV-TR).
Sekitar 10-30% penderita yang dirawat di rumah
sakit memberikan gejala delirium. Kira-kira 30%
penderita pada unit perawatan intensif bedah dan
unit perawatan intensif jantung serta 40-50%
penderita yang sedang dalam pemulihan dari
tindakan bedah karena fraktur pada panggul
mengalami episode delirium. Yang terbanyak
menderita delirium adalah post kardiotomi (90%),
luka bakar (20%), AIDS (30-40%) dan penyakit
terminal (80%).
Penyebab delirium post
operatif meliputi stres
pembedahan, nyeri post
operatif, insomnia, terapi
nyeri, gangguan elektrolit,
infeksi, demam, dan
kehilangan banyak darah.
Usia lanjut merupakan faktor resiko utama
berkembangnya delirium. Kira-kira 30-40%
penderita usia di atas 65 tahun mengalami
episode delirium. Faktor predisposisi lain
adalah kerusakan otak yang telah ada
sebelumnya (misalnya demensia, diabetes,
kanker, gangguan sensorik (misal: kebutaan,
dan malnutrisi)
Erna Herawati - 2013 31
Erna Herawati - 2013 32
Etiologi DELIRIUM:
Intra kranial :
epilepsi,
cedera otak,
infeksi,
neoplasma,
gangguan vaskuler
Ekstra kranial :
obat,
racun (CO2, zat kimia),
disfungsi endokrin,
penyakit hati, ginjal, paru,
kardiovaskuler,
defisiensi vitamin,
Infeksi sistematik,
gangguan keseimbangan
elektrolit,
keadaan paska operasi,
trauma kepala / tubuh
Etiologies - I WATCH DEATH

I = Infection

W = Withdrawal
A = Acute Metabolic
T = Trauma
C = CNS Pathology
H = Hypoxia

D = Deficiencies
(especially vitamin)
E = Endocrinopathies
A = Acute Vascular
T = Toxins
H = Heavy metals

Erna Herawati - 2013 33
Gejala yang
secara umum
terjadi :
Awitannya
akut.
Hampir
sebagian
besar
delirium
diawali :
Perubahan pola tidur
Kelelahan yang sulit
dijelaskan
Mood yang berfluktuasi
Fobia terhadap tidur
Gelisah
Cemas
Sering mimpi buruk
Erna Herawati - 2013 34
Menurut PPDGJ III, pedoman diagnostik untuk delirium
yang bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya (F.05) :
Gangguan kesadaran dan perhatian
Dari taraf kesadaran berkabut sampai koma
Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan,
mempertahankan dan mengaihkan perhatian
Gangguan kognitif secara umum
Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi seringkali visual
Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham
yang bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi ringan
Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, sedang daya ingat
jangka panjang relatif masih utuh
Disorientasi waktu. Pada kasus berat, terdapat juga disorientasi tempat
dan orang.
Erna Herawati - 2013 35
Gangguan Psikomotor
Hipo atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari
satu ke yang lain
Waktu bereaksi yang lebih panjang
Arus pembicaraaan bertambah atau berkurang
Reaksi terperanjat meningkat
Gangguan siklus tidur-bangun :
Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama sekali, atau
terbaliknya siklus tidur-bangun; mengantuk pada siang hari
Gejala memburuk pada malam hari
Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi
halusinasi setelah bangun.
Gangguan emosional :
Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euphoria, apatis
atau kehilangan rasa akal.
Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul
sepanjang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6
bulan
Erna Herawati - 2013 36
Demensia (F00-F03)
Gangguan psikotik akut & sementara (F23)
Skizofrenia akut (F20)
Gangguan afektif dengan gambaran kebingungan
(F30-39)
Delirium yang disebabkan alkohol / zat psikoaktif lain
(F1x.4).
Erna Herawati - 2013 37
Gambaran klinis Delirium Demensia
Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses pikir +++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Major attention deficits +++ +
Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari) +++ +
Disorientasi +++ ++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur-bangun ++ +
Eksaserbasi nokturnal ++ +
Insight/tilikan ++ +
Awitan akut/subakut ++ -
Erna Herawati - 2013 38
Awitan delirium yang akut, gejala
prodromalnya seperti gelisah &
perasaan takut mungkin muncul
pada awal awitan.
Bila penyebabnya telah diketahui
dan dapat dihilangkan maka
gejala-gejalanya akan menghilang
dalam waktu 3 7 hari dan akan
hilang seluruhnya dalam waktu 2
minggu.
Erna Herawati - 2013 39
Erna Herawati - 2013 40
Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak
atau penyakit fisik sistemik yang diketahui
berhubungan dengan salah satu sindrom
Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu
atau bulan) antara perkembangan penyakit yang
mendasarinya dengan timbulnya sindrom mental
Kesembuhan dari gangguan jiwa setelah
dihilangkan penyebab yang diduga mendasarinya
Tidak ada bukti yang mengarah pada penyebab
alternatif dari sindroma mental ini (riwayat keluarga
yang memperkuat/stres yang mempercepat)
Didukung oleh hal di bawah Ini
Erna Herawati - 2013 41
Kriteria umum F06
Harus ada bukti halusinasi dari segala
bentuk yang menetap atau berulang
Tiada kesadaran yang berkabut
Tiada penurunan fx intelektual yang nyata
Tiada gangguan mood yang menonjol
Tiada waham yang nyata
Pedoman diagnostik :
Erna Herawati - 2013 42
Kriteria umum F06
Disertai salah satu
keadaan di bawah
ini:
Stupor
(berkurangnya atau hilangnya
sama sekali gerakan spontan
dengan mutisme, negativisme,
dan sikap yang kaku total atau
parsial)
Gaduh gelisah
(hipermotilitas yang nyata
dengan atau tanpa
kecenderungan untuk
menyerang)
Keduanya
(silih beganti, secara cepat dan
tak terduga dari hipo ke
hiperaktivitas)
Fenomena katatonik
lain yang
memperkuat
kepastian diagnosis :
stereotipi, fleksibilitas
serea, dan tindakan
impulsif
Erna Herawati - 2013 43
Kriteria umum
F06
Waham yang menetap /
berulang (waham kejar,
tubuh yang berubah,
cemburu dll.)
Halusinasi,
gangguan
proses pikir,
katatonik
Kesadaran dan
daya ingatnya
harus tidak
terganggu
Diagnosis jangan dibuat jika penyebab
organik yang diduga tidak khas atau
terbatas pada penemuan seperti ventrikel
otak yang melebar (CT-Scan) atau gejala
neurologis yang halus (soft neurological
signs)
Erna Herawati - 2013 44
Contoh : depresi pasca infeksi
(influensa)
Kriteria umum F06
Kondisi ini harus memenuhi prasyarat untuk
salah satu diagnosis dari gangguan F30 -39.
Pedoman diagnosis:
Erna Herawati - 2013 45
F06.4
Gangguan Anxietas Organik
F06.5
Gangguan Disosiatif Organik
F06.6
Gangguan Astenik Organik
F06.7
Gangguan Kognitif Ringan
Erna Herawati - 2013 46
Erna Herawati - 2013 47
Gangguan
kepribadian
organik
Riwayat
penyakit,
kerusakan
atau
disfungsi
otak
Disertai 2
atau lebih
gambaran
berikut:
a. Penurunan yang konsisten dalam kemampuan
untuk mempertahankan aktivitas yang bertujuan,
terutama yang memakan waktu lebih lama dan
pemuasan yang tidak segera
b. Perubahan perilaku emosional, ditandai labilitas
dangkal dan kegembiraan yang tak beralasan
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa
mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman
sosial
d. Gangguan proses pikir, curiga atau pikiran
paranoid dan atau preokupasi berlebihan pada satu
tema yang biasanya abstrak (Tuhan, benar atau
salah)
e. Kecepatan dan arus pembicaraan berubah
dengan nyata (berputar-putar), bicara banyak, alot
(viscocity), hipergrafia
f. Perilaku seksual yang berubah
Erna Herawati - 2013 48
Erna Herawati - 2013 49
Sindrom
Pasca-
kontusio
Terjadi setelah trauma kepala
(hilangnya kesadaran)
Beberapa gejala :
nyeri kepala,
pusing (tdk seperti gejala
vertigo),
kelelahan,
iritabilitas,
sulit berkonsentrasi dan
melakukan tugas mental,
hendaya daya ingat,
insomnia,
menurun kesadaran
terhadap stres,
gejolak emosional
Disertai rasa depresi dan
cemas
Peran sebagai pasien terus
menurun
Sebab dari gejala tidak jelas
organik dan psikologis

Erna Herawati - 2013 50
Erna Herawati - 2013 51
Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif
Penggunaan yang merugikan
Pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak
kesehatan , kerusakan tersebut dapat berupa fisik
(kasus hepatitis karena penggunaan obat melalui
suntikan diri sendiri)
Untuk menegakkan diagnosis harus ada cedera
nyata pada kesehatan jiwa atau fisik pengguna
Erna Herawati - 2013 52
Sindrom ketergantungan
Diagnosa ketergantungan ditegakkan jika ada 3
atau lebih gejala di bawah ini (setahun
sebelumnya)
Keinginan yang kuat / dorongan yang memaksa
(kompulsi) untuk menggunakan zat
Kesulitan dlm mengendalikan perilaku
menggunakan zat sejak awal, usaha
penghentian / tingkat penggunaannya
Keadaan putus zat secara fisiologis
Erna Herawati - 2013 53
Adanya bukti toleransi berupa penambahan
dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama (dengan dosis
rendah)
Secara progresif mengabaikan alternatif
menikmati kesenangan karena penggunaan zat
psikoaktif lain , meningkatkan jumlah waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan /
menggunakan zat
Terus menggunakan zat meskipun sadar
akibatnya (seperti gangguan fungsi hati,
depresi)
Erna Herawati - 2013 54
Keadaan putus zat (KPZ)
merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan, diagnosis sindrom ketergantungan
zat harus dipertimbangkan
KPZ dicatat sebagi diagnosis utama bila merupakan
alasan rujukan dan cukup parah sehingga perlu
perhatian khusus
Gejala fisik bervariasi sesuai zat yang digunakan
Erna Herawati - 2013 55
Gangguan psikotik
Fenomena psikotik yang terjadi
selama atau segera sesudah
penggunaan zat psikoaktif dan
ditandai halusinasi (khas auditorik),
kekeliruan identifikasi, waham /
gagasan menyangkut diri sendiri
(paranoid, kejaran)
Gangguan psikomotor, afek abnormal
Kesadaran pada umumnya jernih
Erna Herawati - 2013 56
Erna Herawati - 2013 57
(berkurangnya) kejernihan kesadaran/awareness terhadap
lingkungan dalam rangkaian taraf kesadaran berkabut
sampai koma.
Berkurangnya kemampuan untuk memusatkan
mempertahankan & mengalihkan perhatian terhadap
stimulus luar (auditorik, sensorik)
a. Gangguan atau penurunan
kesadaran
(mis : daya ingat, disorientasi, gangguan berbahasa) atau
gangguan persepsi yang tidak disebabkan oleh demensia
yang telah ada sebelumnya atau demensia yang sedang
berkembang
b. Gangguan daya kognitif
c. Gangguan ini berkembang dalam waktu
yang cepat (beberapa jam/hari), sering
berfluktuasi sepanjang hari
d. Terbukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik atau laboratorium
bahwa gangguan ini disebabkan langsung oleh
akibat fisiologis dari gangguan medis/fisik,
akibat intoksikasi obat/zat, atau timbul selama
terjadi sindrom putus zat
Erna Herawati - 2013 58
Biasanya pasien akan mengeluh kelelahan,
cemas, menjadi iritabel, mengalami gangguan
tidur.
Prodromal
Penurunan kejernihan tingkat kesadaran
terhadap lingkungan (kesadaran berkabut)
Gangguan
kesadaran
Hiperaktivitas kaitannya dengan sindrom
putus zat, mis flushing, berkeringat, takikatdi,
nausea, hipertermia, dan sebagainya.
Hipoaktivitas, seluruh aktivitas menurun
sehingga sering dikatakan sebagai depresi.
Kewaspadaan
Ditandai oleh adanya kesilitan
mempertahankan, memusatkan dan
mengalihkan perhatian.
Gangguan
pemusatan
perhatian
Erna Herawati - 2013 59
Ringan : Gangguan orientasi waktu sering terjadi.
Berat : gangguan orientasi tempat & orang.
Orientasi
Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa &
terjadi inkoherensi.
Daya ingat & fx kognitif umum mungkin terjadi.
Bahasa &
kognitif
Halusinasi visual & auditorik.
Persepsi
Marah, mengamuk, ketakutan yang tak beralasan.
Perubahan mood dapat berfluktuasi sepanjang
hari
Mood
Sundowning : agitasi di malam hari & masalah
perilaku saat waktu tidur.
Gangguan
tidur bangun
Disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, &
inkontinensia urin
Gejala
neurologi
Erna Herawati - 2013 60

You might also like