GOLONGAN HIDANTOIN JENIS • Fenitoin (prototipe dan DOC) • Mefenitoin • Etotoin FARMAKODINAMIK • Berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP • Dosis toksik menyebabkan eksitasi • Dosis letal menyebabkan rigiditas deserebrasi • Menghambat penjalaran rangsang dari fokus ke bagian lain otak • Mempengaruhi transpor ion melalui membran sel dengan menggiatkan pompa Na+ neuron • Tidak dapat menghilangkan gejala aura sensorik dan gejala prodromal lainnya secara sempurna FARMAKOKINETIK • Absorpsi oral lambat • 10% obat per oral akan diekskresi melalui feses dalam bentuk utuh • Cmax 3-12 jam • Absorpsi IM lambat, obat menetap di tempat suntikan selama 5 hari • Distribusi ke seluruh tubuh dengan kadar yang berbeda • Ikatan dengan albumin +90% • Pada penyakit hati dan ginjal ikatan protein berkurang • Ikatan kuat dengan jaringan saraf sehingga DOA lama • Biotransformasi dengan cara hidroksilasi oleh enzim mikrosom hati yang menghasilkan metabolit utama derivat parahidroksifenil • Metabolit fenitoin diekskresi melalui empedu kemudian mengalami reabsorpsi dan diekskresi melalui ginjal INTERAKSI • Kadar plasma meningkat bila diberikan bersama dengan kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, dikumarol karena biotransformasi fenitoin dihambat • Kadar plasma meningkat bila diberikan bersama dengan sulfisoksazol, fenilbutazon, salisilat, asam valproat karena mempengaruhi ikatan protein • Kadar plasma menurun bila diberikan bersama dengan teofilin karena absorpsi dihambat dan biotransformasi meningkat • Interaksi dengan fenobarbital dan karbamazepin akan menurunkan kadar fenitoin karena menginduksi enzim mikrosom hati, tetapi juga dapat meningkat karena kompetisi dalam metabolisme INTOKSIKASI & EFEK SAMPING • SSP (bila dosis >5 g sehari): diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus, sukar bicara, tremor, gugup, mengantuk, lelah, ilusi, halusinasi, psikotik • GIT: nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia, proliferasi jaringan gusi, hiperplasia gingiva, edema gusi, gingivitis • Kulit: ruam morbiliform, hiperpireksia, limfadenopati, eritema multiform hemoragik • Pada wanita muda terjadi keratosis dan hirsutisme karena meningkatnya aktivitas korteks suprarenal • Hepatotoksik • Teratogenik • Kadar plasma >20 µg/ml menyebabkan nistagmus • Kadar plasma >30 µg/ml menyebabkan ataksia • Kadar plasma >40 µg/ml menyebabkan letargia INDIKASI • Bangkitan tonik-klonik • Bangkitan parsial atau fokal • Bangkitan parsial kompleks • Neuralgia trigemina • Aritmia jantung • ECT • Kelainan ekstrapiramidal iatrogenik SEDIAAN • Kapsul 100 mg • Tablet kunyah 30 mg • Injeksi 100 mg/2 ml • Sirup 125 mg/5 ml POSOLOGI • Kadar optimal plasma 10-20 µg/ml • Per oral dosis awal dewasa 300 mg, dilanjutkan dengan dosis penunjang 300-400 mg, maksimum 600 mg sehari • Per oral dosis awal anak <6 tahun 100 mg, dilanjutkan dengan dosis penunjang 4-8 mg/kgBB, maksimum 300 mg sehari GOLONGAN BARBITURAT FENOBARBITAL • Senyawa organik pertama yang digunakan sebagai antikonvulsi • Mekanisme kerja – Membatasi penjalaran aktivitas bangkitan – Menaikkan ambang rangsang • Dosis: 2x100 mg sehari • Penghentian secara tappering off untuk mencegah rebound phenomenon • Interaksi dengan obat lain terjadi karena fenobarbital menginduksi enzim mikrosom hati PRIMIDON • Mirip fenobarbital dengan potensi yang lebih lemah • Dimetabolisme melalui: – Oksidasi menjadi fenobarbital – Dekarboksilasi oksidatif menjadi feniletil malonamid (FEMA) yang tetap aktif • Efek samping berupa gangguan SSP (kantuk, ataksia, pusing, sakit kepala, mual), kulit (ruam morbiliform, pitting edema), anoreksia, impotensi, aktivasi psikotik • Dosis dewasa dimulai 3x50 mg sehari, dinaikkan sampai 0,75-1,5 g sehari untuk 3x pemberian • Efektif untuk semua bangkitan epilepsi, kecuali lena • DOC untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan akinetik minor GOLONGAN OKSAZOLIDINDION TRIMETADION FARMAKODINAMIK • Memperkuat depresi pascatransmisi sehingga transmisi impuls berurutan dihambat • Memulihkan pola EEG abnormal pada bangkitan lena FARMAKOKINETIK • Absorpsi oral baik • Distribusi luas • Biotransformasi terutama di hati melalui demetilasi yang menghasilkan didion • Ekskresi lambat sehingga dapat terjadi akumulasi metabolit INTOKSIKASI & EFEK SAMPING • Ringan – Sedasi – Hemeralopia • Berat: – Gejala pada kulit (ruam morbiliform, kelainan akneform, dermatitis eksfoliatif, eritema multiformis) – Gejala pada darah (netropenia, anemia aplastik) – Gangguan ginjal (sindroma nefrotik) – Gangguan hati (hepatitis) INDIKASI & KONTRA INDIKASI • Indikasi: bangkitan lena murni • Kontra indikasi: – Anemia – Lekopenia – Penyakit hati – Penyakit ginjal – Kelainan N. optikus GOLONGAN SUKSINIMID ETOSUKSIMID FARMAKOKINETIK • Absorpsi oral baik • Cmax dalam 1-7 jam • Distribusi merata EFEK SAMPING • Mual • Sakit kepala • Kantuk • Ruam kulit • Agranulositosis • Pansitopenia • Efek samping lebih ringan daripada trimetadion INDIKASI • Bangkitan lena (DOC) • Bangkitan mioklonik • Bangkitan akinetik KARBAMAZEPIN FARMAKOLOGI • Awalnya digunakan untuk neuralgia trigemina • Ternyata efektif untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik • Di AS sebagai obat utama untuk berbagai bangkitan, kecuali lena • Memperbaiki kewaspadaan dan perasaan • Berefek analgesik selektif seperti tabes dorsalis dan neuropati lainnya EFEK SAMPING • Insiden cukup tinggi (25% penderita) • Akibat pemakaian jangka lama menimbulkan pusing, vertigo, ataksia, diplopia, pandangan kabur • Efek samping lainnya berupa mual, muntah, diskrasia darah, rekasi alergi (dermatitis, eosinofilia, limfadenopati, splenomegali, SJS) • Intoksikasi akut: stupor, koma, iritabilitas, kejang, depresi nafas • Pada hewan bersifat teratogenik dan karsinogenik INTERAKSI • Kadar plasma ditingkatkan oleh fenobarbital dan fenitoin • Biotransformasi dihambat oleh eritromisin • Menurunkan kadar asam valproat • Meningkatkan konversi primidon menjadi fenobarbital POSOLOGI • Dosis terapi – Anak <6 tahun : 100 mg sehari – 6-12 tahun : 2x100 mg sehari – Dewasa : 2x200 mg hari I, ditingkatkan bertahap • Dosis penunjang – Dewasa : 800-1200 mg sehari – Anak : 20-30 mg/kgBB sehari GOLONGAN BENZODIAZEPIN DIAZEPAM • Indikasi: – Konvulsi rekuren (status epileptikus) • 5-20 mg IV secara lambat, dapat diulang dengan interval 15-20 menit • Untuk bayi dan anak <11 tahun 0,5-1 mg/kgBB per rektal – Bangkitan parsial sederhana (bangkitan klonik fokal) • Efek samping: obstruksi saluran nafas oleh lidah, depresi nafas, henti nafas, hipotensi, henti jantung KLONAZEPAM • Benzodiazepin dengan masa kerja panjang • Indikasi: bangkitan mioklonik, bangkitan akinetik, bangkitan lena, spasme infantil • Efek samping: kantuk, ataksia, gangguan kepribadian • Dosis awal 1,5 mg sehari untuk 3x pemberian • Jika diperlukan dosis dinaikkan 0,5-1 mg setiap 3 hari, maksimal 20 mg sehari • Dosis anak <10 tahun atau BB <30 kg adalah 0,01-0,03 mg/kgBB sehari dosis terbagi, jika diperlukan dinaikkan 0,25- 0,5 mg setiap 3 hari NITRAZEPAM • Indikasi: – Hipsaritmia – Spasme infantil – Bangkitan mioklonik • Efek samping: – Hipersekresi lendir saluran nafas – Letargi – Ataksia • Dosis 1 mg/kgBB sehari ASAM VALPROAT FARMAKOLOGI • Efektif untuk terapi epilepsi umum dan kurang efektif untuk epilepsi fokal • Menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat membran neuron akibat peningkatan daya konduksi membran untuk kalium • Mekanisme kerja didasarkan pada meningkatnya kadar GABA di dalam otak FARMAKOKINETIK • Absorpsi oral cepat • Cmax 1-3 jam • Waktu paruh 8-10 jam • Biotransformasi berlangsung in vivo • Ekskresi melalui urin dalam 24 jam EFEK SAMPING DAN TOKSISITAS
• Gangguan saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah) • Gangguan SSP (kantuk, ataksia, tremor) • Gangguan hati (peningkatan aktivitas enzim hati, nekrosis hati) • Ruam kulit • Alopesia INDIKASI • Epilepsi umum – Bangkitan lena – Bangkitan tonik-klonik • Epilepsi parsial – Bangkitan parsial kompleks POSOLOGI • Awal 3x200 mg/hari • Jika diperlukan setelah 3 hari dosis dinaikkan menjadi 3x400 mg/hari • Dosis anak 20-30 mg/kgBB sehari INTERAKSI • Meningkatkan kadar fenobarbital karena menghambat hidroksilasi fenobarbital • Menurunkan kadar fenitoin karena biotransformasi fenitoin meningkat ANTIEPILEPSI LAINNYA FENASEMID • Mekanisme kerja: meningkatkan ambang rangsang fokus serebral • Indikasi: bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena, bangkitan parsial kompleks • Efek samping tersering adalah psikosis • Efek samping fatal: nekrosis hati, anemia aplastik, netropenia • Dosis dewasa 1,5-5,0 g sehari • Anak 5-10 tahun ½ dosis dewasa • Belum dipasarkan di Indonesia PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE ASETAZOLAMID
• Mekanisme kerja: menstabilkan influks
natrium yang patologis • Indikasi: – Bangkitan lena – Bangkitan tonik-klonik • Dosis dewasa 5-15 mg/kgBB sehari • Dosis anak 12-25 mg/kgBB sehari PRINSIP PEMILIHAN OBAT TUJUAN TERAPI • Membebaskan pasien dari bangkitan epilepsi tanpa mengganggu fungsi normal SSP agar pasien dapat menunaikan tugasnya tanpa gangguan PEDOMAN • Melakukan pengobatan kausal kalau perlu dengan pembedahan seperti pada tumor serebri • Menghindari faktor pencetus • Penggunaan antiepilepsi PENGGUNAAN ANTIEPILEPSI YANG OPTIMAL
• Diagnosis harus tepat
• Pengobatan secara teratur • Pengobatan awal dimulai dengan obat tunggal • Pilih obat tunggal yang paling sesuai untuk jenis bangkitan • Pengobatan dimulai dengan dosis kecil dan dinaikkan secara bertahap sampai efek terapi tercapai • Interval penyesuaian dosis tergantung pada obat yang digunakan • Bila obat pertama tidak menghasilkan efek terapi atau menimbulkan efek samping, harus segera diganti • Obat pertama harus diturunkan secara bertahap untuk menghindari status epileptikus • Bila perlu dapat dilakukan terapi kombinasi KEGAGALAN TERAPI • Diagnosis tidak tepat • Pemilihan obat dan dosis tidak tepat • Terlalu sering mengganti obat • Gagal memanfaatkan terapi kombinasi • Kurang memperhatikan aspek yang berkaitan dengan penyakit dan pengobatan • Ketidakpatuhan penderita