You are on page 1of 21

Terapi Anti Agregasi Platelet

pada SNH

M. Adi Wardana
05.48868.00269.09

PEMBIMBING :
dr. Susilo Siswonoto, Sp.S
LABORATORIUM/SMF NEUROLOGI
FK UNMUL RSUD A. W. SJAHRANIE
SAMARINDA
PENDAHULUAN
STROKE
Defisit neurologi fokal/global
Mendadak
>24 jam /berakhir dengan kematian
oleh karena gangguan vaskuler.
Penyebab morbiditas & mortalitas utama hampir
di seluruh RS di Indonesia.
Satu dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dan
dari 1.000 orang Indonesia, 8 di antaranya
pernah mengalami stroke baik ringan maupun
berat. (Depkes, 2012)
Beberapa obat telah terbukti bermanfaat untuk
pengobatan spesifik penyakit serebrovaskular.
1. Obatobatan anti trombotik: anti koagulan, anti
platelet dan trombolitik;
2. Obat yang melindungi sel saraf (nerve cell
protectants): calsium channel blockers (nimodipine).
PENDAHULUAN
TERAPI ANTI TROMBOTIK
Proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap, yaitu:
1. Aktifitas tromboplastin;
2. Pembentukan trombin dari protrombin;
3. Pembentukan fibrin dari fibrinogen.
SISTEM ANTI KOAGULAN DAN FIBRINOLITIK >> Penghentian pembekuan
darah
1. Larutnya faktor pembekuan darah dalam darah yang mengalir.
2. Metabolisme bentuk aktif faktor pembekuan darah oleh hati.
3. Mekanisme umpan balik di mana trombin menghambat aktifitas faktor V &
VIII.
4. Adanya mekanisme anti koagulasi alami terutama oleh antitrombin III,
protein C dan S.

TERAPI ANTI TROMBOTIK
Mempengaruhi proses trombosis atau mempengaruhi pembentukan bekuan
darah (clot) intravaskular, yang melibatkan platelet dan fibrin.
bekerja mencegah perlekatan (adesi) platelet dengan
dinding pembuluh darah yang cedera atau dengan
platelet lainnya
mencegah pembentukan fibrin
OBAT ANTI
PLATELET
mempercepat degradasi fibrin dan fibrinogen oleh plasmin
sehingga membantu larutnya bekuan darah.
OBAT
TROMBOLITIK
TUJUAN
ANTI TROMBOSIT
menghambat agregasi trombosit
terhambatnya pembentukan trombus
(terutama sering pada sistem arteri)
Obat anti trombosit yang telah
terbukti efektifitasnya dalam
pencegahan stroke:
Aspirin (Asetosal, Asam Asetil-Salisilat)
Dipirimadol
Tiklopidin
Klopidogrel
Cilostazol
Trifusal (Grendis)
ASPIRIN (ASETOSAL,
ASAM ASETIL-SALISILAT)
mengasetilasi enzim siklooksigenase dan
menghambat pembentukan enzim cyclic
endoperoxidase.
menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di
dalam trombosit menghambat agregasi trombosit.
menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit
tersebut secara permanen -- pencegahan stroke dan
TIA (Transient Ischemic Attack).
Farmakokinetik : Mula kerja : 20 menit -2 jam. Kadar
puncak dalam plasma: kadar salisilat dalarn plasma tidak
berbanding lurus dengan besarnya dosis.
Waktu paruh: asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asam salisilat 2-20
jam tergantung besar dosis yang diberikan.
Bioavailabilitas: tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan
lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.
ASPIRIN (ASETOSAL, ASAM
ASETIL-SALISILAT)
Metabolisrne : sebagian dihidrolisa menjadi
asam salisilat selama absorbsi dan
didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan
tubuh dengan kadar tertinggi pada plasma, hati,
korteks ginjal , jantung dan paru-paru.
Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam
salisilat dan oksidasi serta konyugasi metabolitnya.
ASPIRIN (ASETOSAL,
ASAM ASETIL-SALISILAT)
Farmakodinamik: Adanya makanan dalam lambung memperlambat
absorbsinya; pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi
lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 %
asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma.
Efek samping: nyeri epigastrium, mual, muntah ,
perdarahan lambung.
Tidak dianjurkan:
Pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12
tahun (sindrom Reye).
Pada trimester terakhir kehamilan
Pada wanita menyusui.
ASPIRIN (ASETOSAL, ASAM ASETIL-SALISILAT)
Dosis : FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari dibagi
2 atau 4 kali pemberian. Sebagai anti trombosit dosis 325
mg/hari cukup efektif dan efek sampingnya lebih sedikit.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf merekomendasikan dosis
80-320 mg/hari untuk pencegahan sekunder stroke iskemik.
Kontra indikasi: hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay
fever, polip hidung, anemi berat, riwayat gangguan pembekuan darah.
lnteraksi obat: obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium
bikarbonat, alkohol clan, angiotensin -converting enzymes.
ASPIRIN (ASETOSAL, ASAM
ASETIL-SALISILAT)
10% pasien mengalami flushing dan nyeri kepala, maka sering diberikan dosis dipirimadol
yang lebih kecil bersama aspirin atau antikoagulan oral.
Dipiridamol sering digunakan bersama heparin pada pasien dengan katup jantung buatan.
Obat ini juga banyak digunakan bersama aspirin pada pasien dengan TIA untuk mencegah
stroke.
Efek samping yang paling sering yaitu nyeri kepala. Bioavailabilitas obat ini
sangat bervariasi. Lebih dari 90% dipiridamol terikat protein dan mengalami
sirkulasi enterohepatik. Masa paruh eliminasi bervariasi 1-12 jam.
DIPIRIMADOL
Eritrosit &sel
endotel
Adenosine
Adenosine
dlm plasma
Adenilat
siklase
Trombosit
vasodilator
Uptake &
metabolism
inhibitor agregasi platelet yang bekerja menghalangi ikatan
antara platelet dengan fibrinogen yang diinduksi oleh ADP
(Adenosin Di Pospat) secara irreversibel, serta menghalangi
interaksi antara platelet yang mengikutinya. Proses ini
menyebabkan penghambatan pada agregasi platelet dan
pelepasan isi granul platelet.
Pilihan pertama pencegahan stroke pada wanita yang pemah
mengalami TIA serta pada pria dan wanita yang pernah
mengalami stroke non kardioembolik.
Pilihan kedua bila tidak ada intoleransi terhadap aspirin.
Awal kerja: diabsorbsi cepat.
Kadar puncak dalam plasma: 2 jam.
Waktu paruh : 4-5 hari.
Bioavailabilitas : > 80%.
Metabolisme : terutama di hati
Ekskresi : 60% melalui urine dan 23% melalui feses
Farmakokinetik
:
TIKLOPIDIN
inhibitor agregasi platelet yang bekerja menghalangi ikatan
antara platelet dengan fibrinogen yang diinduksi oleh ADP
(Adenosin Di Pospat) secara irreversibel, serta menghalangi
interaksi antara platelet yang mengikutinya. Proses ini
menyebabkan penghambatan pada agregasi platelet dan
pelepasan isi granul platelet.
Pilihan pertama pencegahan stroke pada wanita yang pemah
mengalami TIA serta pada pria dan wanita yang pernah
mengalami stroke non kardioembolik.
Pilihan kedua bila ada intoleransi terhadap aspirin.
Awal kerja: diabsorbsi cepat.
Kadar puncak dalam plasma: 2 jam.
Waktu paruh : 4-5 hari.
Bioavailabilitas : > 80%.
Metabolisme : terutama di hati
Ekskresi : 60% melalui urine dan 23% melalui feses
Farmakokinetik
:
TIKLOPIDIN
bioavailabilitas oral meningkat 20% bila diminum setelah
makan ; pemberian bersama makan dianjurkan untuk
meningkatkan toleransi gastrointestinal. 98% terikat
secara reversibel dengan protein plasma terutama
albumin dan lipoprotein.
Farmakodinamik
Mengurangi resiko stroke trombotik pada penderita yang
pemah mengalami prekursor stroke atau pemah
mengalami stroke merupakan pilihan bila terjadi
intoleransi terhadap aspirin.
Indikasi
Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah
(misalnya netropeni, trombositopeni), gangguan
pembekuan darah, perdarahan patologis aktif (misalnya
perdarahan lambung, perdarahan intrakranial), gangguan
fungsi hati berat.
Kontraindikasi
TIKLOPIDIN
Interaksi obat:
aspirin, antasida, simetidin, digoksin, teofilin, fenobarbital,
fenitoin, propanolol, heparin, antikoagulan oral, obat tibrinolitik.
Efek samping :
diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal, netropeni, purpura, pruritus,
dizziness, anoreksia, gangguan fungsi hati. Kadang-kadang ecchymosis,
epistaksis, hematuria, perdarahan konjunktiva, perdarahan gastrointestinal,
perdarahan perioperatif, perdarahan intraserebral, urtikaria, sakit kepala,
asthenia, nyeri, tinnitus.
Dosis:
Dewasa dan orang tua : 2 x 250 mg/hari diminum bersama makanan.
TIKLOPIDIN
KLOPIDOGREL
obat penghambat agregasi trombosit
yang memiliki efek yang baik dan sering
dipakai pada pasien dengan TIA untuk
mencegah terjadinya stroke.

Pada pasien dengan resistansi aspirin
dapat dibantu dengan pemakaian
clopidogrel karena efek peningkatan
sensitivitasnya terhadap ADP (adenosin
difosfat).

KLOPIDOGREL
Efek samping :
perdarahan, ketidaknyamanan saluran
cerna, diare, ruam, Trombotic
Thrombbocytopenic Purpura (TTP).

Dosis: 75mg/hari

secara cepat diabsorbsi dan mencapai puncak konsentrasi plasma dalam waktu 2,4 jam
setelah pemberian secara oral
Pemberian cilostazol yang direkomendasikan adalah 100 mg sebanyak dua kali sehari
atau 50 mg sebanyak dua kali sehari. Pasien biasanya respon selama dua atau empat
minggu setelah pemberian terapi
Efek samping yang muncul adalah nyeri kepala, dizzines dan takikardia
Kontraindikasi pemberian cilostazol pada kondisi gagal jantung, kelainan hemostasis
atau pasien yang mengalami perdarahan seperti perdarahan lambung dan perdarahan
intrakranial
CILOSTAZOL
derivat quinolone menghambat enzym phosphodiaterase III (PDE III),
meningkatkan konsentrasi cAMP dan akibatnya adalah menghambat
agregasi platelet.
memiliki efek vasodilator yang menghambat proliferasi otot polos vaskular
dan melindungi dinding vaskular serta endothelium
Cilostazol juga menghambat lipopolisakarida yang dapat menginduksi
apoptosis pada sel endothelium.
merupakan turunan dari asam salisilat yang menghambat agregasi platelet.
merupakan pilihan yang baik dalam pengobatan dan pencegahan iskemia otak karena
memiliki efek antithrombogenic serta efek neuroprotective.
Obat mengganggu
proses thrombogenesis
dengan menghambat
sintesis tromboksan dan
meningkatkan cAMP
dan nitric oxide. Efek
neuroprotective adalah
hasil dari efek
antioksidan dan efek
antiinflamasi pada
jaringan otak.
Dosis: Dewasa
sampai usia
lanjut : 600
mg/hari dalam
dosis tunggal
atau terbagi
atau 900
mg/hari dalam
dosis tunggal
atau terbagi.
Kontra indikasi:
Pasien dengan
riwayat tukak
lambung atau
tukak aktif,
perdarahan,
pasien dengan
resiko
perdarahan,
pasien lemah
ginjal atau hati,
hamil-
menyusui,anak
usia kurang dari
18 tahun.
Efek
samping:
Dispepsia,
sakit kepala,
nyeri
abdominal,
nausea,
sembelit,mun
tah,
kembung,an
oreksia.
TRIFLUSAL (GRENDIS)
Aktivasi dan agregasi trombosit memegang peranan penting
dalam pembentukan trombosis arteri yang menyebabkan
stroke

Aterosklerosis adalah penyebab paling sering dari penyakit
arteri koroner dan penyakit serebrovaskular. Pecahnya plak
aterosklerotik dan pembentukkan thrombus memegang
peranan penting dalam perkembangan sindroma sroke.
Setelah plak pecah, trombosit memulai sebuah proses
kompleks, terdiri dari adhesi, aktivasi, dan agregasi trombosit.
Hal ini menyebabkan antiagregasi sebagai salah satu terapi
dalam stroke.
KESIMPULAN

You might also like