Korioretinitis adalah proses inflamasi yang melibatkan saluran uveal mata yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur, atau parasit. Gejalanya berupa penurunan penglihatan, injeksi mata, dan tanda klinis seperti retinitis dan koroiditis. Pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan untuk menentukan etiologinya, seperti antibiotik untuk bakteri dan antivirus untuk virus. Korioretinitis dapat men
Korioretinitis adalah proses inflamasi yang melibatkan saluran uveal mata yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur, atau parasit. Gejalanya berupa penurunan penglihatan, injeksi mata, dan tanda klinis seperti retinitis dan koroiditis. Pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan untuk menentukan etiologinya, seperti antibiotik untuk bakteri dan antivirus untuk virus. Korioretinitis dapat men
Korioretinitis adalah proses inflamasi yang melibatkan saluran uveal mata yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur, atau parasit. Gejalanya berupa penurunan penglihatan, injeksi mata, dan tanda klinis seperti retinitis dan koroiditis. Pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan untuk menentukan etiologinya, seperti antibiotik untuk bakteri dan antivirus untuk virus. Korioretinitis dapat men
uveal mata. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau protozoa bawaan pada neonatus. Toksoplasma kongenital dan cytomegalovirus (CMV) adalah etiologi yang paling sering Angka kejadian korioretinitis adalah 64 per 100.000 populasi di Amerika. Anatomi Traktus Uvealis Iris Korpus Siliaris Koroid IRIS perpanjangan korpus siliaris ke anterior terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. KORPUS SILIARIS membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris terdiri atas zona anterior yang berombak ombak, pars plicata, zona posterior yang datar, pars plana KOROID Merupakan segmen posterior uvea, di antara sklera dan retina tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid yaitu pembuluh darah besar, sedang dan kecil. Koroid di sebalah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera melekat erat ke posterior pada tepi tepi nervus optikus. Di sebelah anterior bergabung dengan korpus siliaris. RETINA RETINA jaringan saraf semitransparan yang berlapis lapis melapisi dua pertiga posterior dinding bola mata bagian dalam Pada kutub posterior terdapat makula yang merupakan daerah yang mengandung pigmen luthein dan zeaxanthin Di tengah makula, sekitar 3,5 mm dari papil saraf optik terdapat fovea, yang memberikan reflex pantulan sinar bila dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi RETINA sel kerucut u/ tajam penglihatan terbaik sentral dan untuk penglihatan warna (penglihatan fotopik). sel batang, untuk penglihatan perifer dan malam hari (penglihatan skotopik) Korioretinitis proses inflamasi yang melibatkan saluran uveal mata inflamasi yang mengenai koroid dan retina, tetapi proses peradangan koroidnya lebih menonjol daripada peradangan pada retina Definisi Epidemiologi 64 per 100.000 populasi di Amerika 29 kasus korioretinitis pada anak anak di bawah 16 tahun Eropa >> Amerika Serikat Etiologi Infeksi Non- infeksi Etiologi Candidia, Histoplasma Cryptococcus spesies Toxoplasma toxocara cysticercus onchoherca cytomegalovirus herpes simpleks herpes zoster Rubella, HIV virus epstein barr Mycobacterium tuberculosis Yersinia enterolitica Bakteri Virus Jamur Parasit Etilogi Penyakit infeksi Keganasan Patofisiologi
Manifestasi Klinis Gejala penglihatan Injeksi mata Nyeri Floaters Skotoma Fotopsia Metamorphosia Niktalopia Tanda Koroiditis Retinitis Vaskulitis Pemeriksaan Penunjang Darah Lenkap Fungsi ginjal Fungsi Hepar Pmx Lab Titer imunoglobulin Kultur Pmx Tambahan Penatalaksanaan Sesuai kausa nya Virus ganciclovir valganciclovir foscarnet cidofovir Bakteri Atovaquone 40 mg/kg/hari (KI anak anak) Azithromycin 5 mg / kg / hari Trimethoprim-sulfametoksazol (40 mg / kg / hari / sulfametoksazol, dan 8 mg / kg / hari / trimethoprim) M.Tuberculosis Rifampisin 10 20 mg/kg/hari, Isoniazid 10 30 mg/kg/hari, Pyrazinamide 30 mg/kg/hari dan Etambutol 15 mg/kg/hari Jamur fluconazole 6-12 mg per kg / hari dan amphotericin B 0.75-1 mg per kg / hari candida spesies amphotericin B 0.75-1 mg per kg / hari histoplasmosis amphotericin B 0.75-1 mg per kg / hari Cryptococcus spesies Parasit (Toxoplasmosis) Pyrimethamine Sulfadiazine 75- 100 mg dosis awal (2 hari) 25-50 mg per hari sampai lesi sembuh (biasanya 4- 6 minggu) 2.0-4.0 g dosis awal (2 hari) 0.5-1.0 g qid sampai lesi sembuh (biasanya 4- 6 minggu) Asam Folat 5 mg 3 kali seminggu selama terapi pyrimethamine Prednisone 0.5-1 mg/kg per hari selama 3-6 minggu (dimulai pada hari ketiga) Tapper off sesuai respon klinis; hindari penggunaan pada pasien immunocompromised; hitung sel darah putih dan platelet setiap minggu. Komplikasi Glaukoma sekunder Pembengkakan (edema) di daerah pusat retina (makula) Virus yang mungkin menjadi sumber penyakit yang mungkin menjadi resisten terhadap obat antivirus Prognosis rekurensi terus menerus kerusakan permanen kebutaan Korioretinitis proses inflamasi yang melibatkan saluran uveal mata Etiologi infeksi dan non infeksi. Infeksi infeksi virus, bakteri, fungi, dan parasit. Noninfeksi penyakit autoimun dan keganasan Gejala penurunan penglihatan, injeksi mata dan nyeri yang jarang, floaters, skotoma, fotopsia, metamorphosia, dan niktalopia. Tanda klinis retinitis, koroiditis serta vaskulitis Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui etiologinya, karena pengobatan pada penyakit ini didasarkan pada etiologinya. Bila penyebabnya bakteri antibiotik, penyebabnya virus antivirus, penyebabnya jamur antifungal, penyebabnya bakteri M. Tuberculosis OAT Korioretinitis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata bahkan sampai buta bila pengobatan tidak adekuat