You are on page 1of 30

AUDIT DAN MANAJEMEN

LINGKUNGAN

OLEH:
DIAH RAHMAWATI

Latar Belakang

Perkembangan pembangunan mengakibatkan terjadinya permasalahan


lingkungan. Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat
modern berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan
jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.
Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa
memperdulikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang
terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang.
Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada
persaingan yang ketat, Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan
jasa menuju pada suatu sistem yang mempertimbangkan aspek
keunggulan dan kepuasan konsumen.
Masih banyak perusahaan industri yang limbahnya mencemari lingkungan
walaupun perusahaan tersebut telah mempunyai dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) sebagai bagian dari dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dan sebagai pedoman melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan di sekitar perusahaan industri tersebut.

Permasalahan
AMDAL hanya sekedar dokumen, sekedar
memenuhi peraturan perundangan, pengelolaan
lingkungan seperti yang tertuang dalam RKL/RPL
tidak dilaksanakan. Lemahnya pengawasan
(surveillance) dan penegakan (enforcement)
terhadap hasil studi AMDAL menjadikan
kerusakan lingkungan khususnya pencemaran
lingkungan
tetap
menjadi
permasalahan
lingkungan utama. Disinilah seharusnya Audit
lingkungan diperlukan sebagai instrument yang
mengontrol pelaksanaan RKL/RPL suatu AMDAL

Lanjutan
Namun audit lingkungan hanya merupakan
piranti yang bersifat sukarela sehingga
membutuhkan
kesadaran
pemrakarsa
kegiatan/usaha akan pentingnya pengelolaan
lingkungan. Yang sering terjadi adalah
pemrakarsa ataupun pemerintah tidak menaruh
perhatian yang besar terhadap masalah ini,
sehingga ketika masyarakat
sudah terkena
dampak kegiatan/usahanya dan mengajukan
tuntutan, barulah pemerintah turun tangan
memaksa
pihak
pemrakarsa
untuk
melaksanakan audit lingkungan

Pengertian Audit Lingkungan


Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan
untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. (UUPPLH no. 32 tahun 2009)
Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang
meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi,
periodic dan obyektif tentang bagaimana suatu kerja
organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan
memfasilitasi control manajemen terhadap pelaksanaan
upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian
penataan kebijakan usaha dan/atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
(Kep.Men LH no.42 tahun 1994).

Lanjutan
Proses yang sistematik dan terdokumentasi dalam
memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif
untuk menentukan apakah suatu kegiatan yang sedang
berlangsung telah melaksanakan pengelolaan lingkungan
sesuai dengan criteria audit, dan menyampaikan hasil proses
tersebut kepada nasabah atau penanggung jawab usaha (ISO
14001)
Suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi isitematis,
terdokumentasi, periodic, dan obyektif tentang bagaimana
kinerja suatu organisasi, sistem manajemen, dan peralatan,
dengan tujuan memfasilitasi control manajemen terhadap
pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian pentaatan terhadap peraturan perundangundangan tentang pengelolaan lingkungan hidup (EMAS,
1998)

Macam Audit Lingkungan


Audit Sukarela (Voluntary Audit)
Kesadaran untuk meningkatkan kinerja
perusahaan
Audit Wajib (Mandatory Audit)
Audit
wajib
dilakukan
bila
adanya
ketidakpatuhan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.

PENANGGUNG JAWAB
KEGIATAN

DIUSULKAN

MANAJEMEN
DISETUJUI

MENUNJUK TIM AUDIT


(Internal / Eksternal)
MENENTUKAN
RUANG LINGKUP
PELAKSANAAN
AUDIT LINGKUNGAN
LAPORAN HASIL
AUDIT LINGKUNGAN

DIPUBLIKASIKAN
MENGAJUKAN ENV.MANAGEMENT STANDARD (mis.ISO 14000)

Prosedur Audit Wajib


USUL DARI PIHAK
YG BERKEPENTINGAN

MENTERI L.H.
MEMERINTAHKAN

GUB / BPT / WK
MENGUSULKAN
KEPADA MENTERI
TIM EVALUASI
REKOMENDASI KEPADA MENTERI

TIDAK DISETUJUI

SETUJU UTK DIAUDIT

MENUNJUK AUDITOR (30 hari)


PELAKSANAAN AUDIT
MEN.LH MEMBENTUK TIM VERIFIKASI (Bila Perlu)
Men. LH MENGELUARKAN SURAT PERINTAH PERBAIKAN (Terbuka)

Bentuk Audit Lingkungan

Audit Manajemen Lingkungan


Audit Penataan Lingkungan
Audit Fasilitas Teknis
Audit AMDAL
Audit Jaminan Kerusakan Lingkungan
Audit Pemasaran
Audit Lingkungan Menyeluruh

Manfaat Audit Lingkungan


Mengidentifikasi resiko lingkungan
Menjadi dasar dalam pelaksanaan kebijakan
lingkungan
Menghindari kerugian financial
Mencegah tekanan sanksi hukum yang berkaitan
dengan kelalaian dalam pengelolaan lingkungan
Dokumen audit lingkungan dapat dipergunakan untuk
pembuktian pelaksanaan pengelolaan lingkungan
Dokumen audit lingkungan berisi berbagai informasi
tentang kualitas lingkungan, teknik pengelolaan
lingkungan, kelembagaan dan kualitas sumberdaya
lingkungan

Hubungan AMDAL dengan Audit


Lingkungan
Keduanya
merupakan
instrument
untuk
menciptakan
pembangunan
berwawasan
lingkungan untuk mencioptakan pembangunan
yang berkelanjutan.
Keberhasilan pelaksanaan RKL dan RPL dapat
dilihat dari hasil audit lingkungan. Audit
lingkungan
dibuat
untuk
mengetahui
keberhasilan kinerja pengelolaan lingkungan.
Apabila kinerja pengelolaan lingkungan itu baik,
berarti perencanaan yang tertera dalam RKL dan
RPL serta pelaksanaanya juga baik.

Keengganan industri melakukan audit


lingkungan
Program audit lingkungan memerlukan biaya
yang cukup besar, terlebih jika menggunakan
tenaga auditor dari luar perusahaan (eksternal
auditor).
Adanya kekhawatiran dari perusahaan
mengenai transparansi data perusahaan.

Rekomendasi
Adanya kebijakan mengenai transparansi data
perusahaan yang diperlukan dalam audit
Adanya jaminan bahwa data perusahaan
tersebut tidak disebarluaskan
Akan lebih baik jika setiap perusahaan
memiliki tim audit sendiri sehingga dapat
melakukan internal audit atau self audit.

Lanjutan
Selain itu diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara industri dan
pemerintah. Seringkali kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dianggap
merugikan pihak industri. Seharusnya semua industri tunduk dan patuh
terhadap peraturan pemerintah baik pemerintah daerah maupun pusat
dan dikenakan sanksi bagi yang melanggar. Untuk itu, diperlukan
kompromi antara pemerintah dan industri. Mungkin apa yang telah
dilakukan oleh industri-industri di Belanda dapat kita jadikan contoh.
Disana, 14 jenis industri yang berpotensi besar sebagai sumber pencemar
membentuk suatu perjanjian kesepakatan diantara masing-masing industri
dan mitra bisnisnya. Kemudian kesepakatan tersebut dikonsultasikan
kepada pemerintah, dan jika kesepakatan tersebut disetujui, pemerintah
melalui kementrian lingkungan dan pemerintah daerah ikut
menandatangani kesepakatan tersebut. Dengan demikian perusahaan
harus menyesuaikan prosedur kegiatannya dengan standar yang telah
disepakati, dan pemerintah melakukan pengawasan, sampai sejauh mana
perusahaan mematuhi kesepakan tersebut. Hal ini mengakibatkan
membaiknya hubungan antara pemerintah dan industri. Industri secara
aktif meningkatkan manajemen lingkungannya dan mempublikasikan hasil
yang telah dicapai.

Lanjutan
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
insentif bagi industri yang secara aktif meningkatkan
manajemen lingkungannya, seperti yang dilakukan di
Australia, pemerintah bisa memberikan insentif hingga 50%
dari biaya produksi perusahaan
Sanksi yang diberikan kepada perusahaan/industri yang
melanggar sebaiknya tidak berupa kurungan/penjara. Hal
ini kurang efektif melihat sistem hukum di Indonesia yang
masih bisa dimanipulasi. Akan lebih baik jika sanksi yang
diberikan berupa usaha-usaha perbaikan lingkungan baik di
kawasan industrinya, atau di wilayah lain, misalnya dengan
membuat/menata hutan kota di kawasan industrinya,
pemeliharaan dan biaya pengelolaannya dibebankan
kepada industri tersebut, misalkan selama 5 tahun.

Lanjutan
Masyarakat harus bertindak sebagai pengawas dan
mengontrol kegiatan suatu industri dan segera melaporkan
penyimpangan yang terjadi.
Masyarakat juga harus meningkatkan pemahaman/
pengetahuannya tentang kegiatan industri, baku mutu,
AMDAL, dan instrument lingkungan lainnya sehingga tidak
mudah dipengaruhi/diprovokasi oleh pihak lain.
Masyarakat sebagai konsumen harus kritis terhadap produk
yang beredar dipasaran. Hendaknya mulai memilih produkproduk yang memiliki ekolabel, sehingga membuat industry
tidak punya pilihan selain harus menyesuaikan dengan
tuntutan masyarakat akan produk yang tidak mencemari
lingkungan.

Manajemen lingkungan
Agar dapat beroperasi secara efektif dalam lingkungan
ini, organisasi-organisasi ini kini dituntut untuk
memperlihatkan manajemen proaktif terhadap
dampak-dampak lingkungan kegiatan bisnis mereka
Sistem Manajemen Lingkungan adalah suatu kerangka
kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam proses-proses
bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola
dan mengontrol dampak-dampak lingkungan secara
efektif. Sistem Manajemen Lingkungan juga
menciptakan alat untuk meningkatkan prestasi kinerja
dan bergerak menuju ke kelestarian lingkungan melalui
praktek terbaik seperti ISO14001.

Manajemen Lingkungan di Eropa


Selain ISO 14001, Eropa memiliki standar EMAS (EcoManagement Audit Scheme) sebagai standar sistem
manajemen lingkungan
Pada dasarnya EMAS sama dengan ISO 14001, tetapi
EMAS memiliki persyaratan yang lebih ketat dalam
penerapannya.
EMAS telah diadopsi oleh 15 negara Eropa. Industri
yang memilih untuk berpartisipasi dalam EMAS harus
menerapkan sistem manajemen lingkungan yang
sesuai dengan ISO 14001 dan membuat laporan
tentang performa lingkungannya dan laporan tersebut
telah diverifikasi oleh publik.

Perkembangan paradigma industri


Pada awalnya, dalam pengelolaan pencemaran, industri
sebagai penyumbang polutan/ zat pencemar menerapkan
teknologi yang disebut end-of-pipe treatment yaitu mengolah
limbah yang terbentuk selama proses industri sehingga ketika
limbah dibuang ke lingkungan, tidak mencemari
Banyak kendala yang timbul dari penerapan metode end-of
pipe
Pada era 1990-an strategi pengolahan lingkungan berubah
dari upaya pengolahan limbah pada akhir buangan suatu
proses produksi (end-of-pipe treatment) menjadi upaya yang
bersifat preventif (pencegahan) dengan mengefisiensikan
proses pada semua rantai pada proses produksi (front-ofprocess / cleaner production/ pendekatan from cradle to
grave)

Definisi produksi bersih


Menurut Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 1997, Environment
Ministerial Meeting on Sustainable Development in Toronto, Canada:
Cleraner production covers both processes, products and services and all
impacts, including their design, utilization and usage of raw materials and
energy. It covers all wastes-hazardous/toxic or not-whether emitted into
the air, water and onto land. The term acknowledges that cleaner
production requires not only improving efficiency and material
substitution using tools such as technology and know-how but new
managerial skills and policies as well. It also acknowledges the importance
of design and the use of products as well as services.
Produksi bersih meliputi proses, produk, service, dan semua dampak,
termasuk perancangan, pemanfaatan bahan baku dan energy termasuk
semua limbah baik yang berbahaya/beracun maupun tidak yang
mencemari udara, air, dan tanah. Produksi bersih tidak hanya
membutuhkan peningkatan efisiensi dan penggantian bahan baku
menggunakan teknologi dan keterampilan tetapi juga membutuhkan
kemampuan manajerial dan kebijakan.

lanjutan
Definisi menurut UNEP:
Cleaner production is the continuous application
of an integrated, preventive strategy to process,
products and services to increase efficiency and
reduce risk to humans and the environment
Produksi bersih merupakan penerapan secara
kontinyu dari suatu strategi pencegahan dan
menyeluruh terhadap proses, produk, dan servis
untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi
resiko bagi manusia dan lingkungan.

Produksi Bersih (Cleaner Production)


Produksi bersih meliputi pencegahan,
pengurangan,
dan
atau
penghilangan
terbentuknya limbah atau pencemar di
seluruh daur hidup produk (product-life cycle
analysis), sehingga dapat melindungi sumber
daya alam serta meningkatkan kualitas
lingkungan melalui penggunaan sumberdaya
alam dan energy yang lebih efisien.

Ekolabel
Pada dasarnya ekolabel adalah suatu bentuk
sertifikasi berupa pemberian tanda (label)
pada suatu produk dengan maksud ingi
menggambarkan bahwa produk tersebut telah
dihasilkan dengan memenuhi syarat-syarat
ramah lingkungan yang ditetapkan oleh
lembaga sertifikasi yang memberikan sertifikat
tersebut.

Ekolabel merupakan salah satu tujuan sistem


manajemen lingkungan yang dapat dilakukan
dengan sistem Produksi Bersih. Tuntutan pasar
akan produk yang ramah lingkungan
menjadikan
perusahaan
berusaha
mendapatkan sertifikasi ekolabel untuk
produknya.

Pencegahan polusi /minimasi limbah

Awal dari pemahaman mengenai konsep pencegahan


polusi adalah hirarki dari manajemen limbah yang
dikembangkan dalam Pollution Prevention Act tahun
1990, dinyatakan bahwa:
Polutan harus dicegah atau dikurangi pada sumbernya
sebisa mungkin (Source reduction)
Polutan yang tidak dapat dicegah harus di daur ulang
pada situasi yang memungkinkan (In-process recycle)
Polutan yang tidak dapat dicegah atau didaur ulang
harus diolah seaman mungkin (Waste treatment)
Buangan atau hal lain yang akan terlepas ke lingkungan
harus diolah seaman mungkin

Hubungan Sistem Manajemen Lingkungan dengan


Pencegahan Polusi
Pencegahan polusi merupakan bagian dari tujuan
sistem manajemen lingkungan. Pencegahan polusi
bukan sistem, tetapi merupakan sekumpulan teknik
dan alat financial yang dapat membantu suatu
perusahaan untuk mendapatkan kondisi lingkungan
yang dapat diraih. Jika sistem manajemen lingkungan
focus pada manajemen strategi dan pendekatan
sistem, maka pencegahan polusi focus pada
teknologi dan aplikasi terbaik yang dapat diterapkan
pada suatu industri

Penerapan Produksi Bersih di


Kawasan Industri
Untuk mengembangkan Kawasan Industri
Berwawasan Lingkungan dimulai dari tingkatan
perusahaan secara terus menerus dengan cara
meningkatkan kinerja lingkungannya. Produksi
Bersih dapat diterapkan secara bersama-sama
dengan melibatkan pihak manajemen kawasan,
atau dengan asosiasi industri di suatu kawasan,
sehingga penerapan Produksi Bersih di suatu
kawasan industri akan memberikan manfaat yang
lebih besar dibanding dengan penerapan pada
industri yang berlokasi atau berdiri sendiri.

Penerapan Produksi Bersih pada


Industri
Penerapan Produksi Bersih pada industri
secara individual merupakan salah satu
langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri
Berwawasan Lingkungan. Tahapan penerapan
meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian
produksi bersih, penentuan prioritas dan
analisis kelayakan, implementasi, monitoring
dan
evaluasi,
dilanjutkan
dengan
keberlanjutan.

You might also like