You are on page 1of 18

Asuhan Keperawatan

pada klien dengan gangguan Tiroid


Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan


terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid
dihubungkan oleh istmus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H
atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak
terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, kita dapat
merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah
atau di samping jakun.

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan


kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh
melalui 2 cara:

Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan


protein

Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih
cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan
yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.
Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon
tiroid.
Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon
kembali ke kelenjar tiroid dan di daur-ulang untuk kembali menghasilkan
hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar
hormon tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak)
menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan
kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH).
Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka
kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika
kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa
mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:


Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki
efek yang ringan terhadap kecepatan
metabolisme tubuh.
Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ
lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodotironin (T3). Perubahan ini menghasilkan
sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan
20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid
sendiri.

Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ


lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein
tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat
pada protein ini.
Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon
tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan
metabolisme tetap stabil.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka
berbagai faktor harus bekerjasama secara benar: hipotalamus - kelenjar hipofisa - hormon tiroid
(ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan
T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).

Gejala-gejala penyakit tiroid


Hipertiroidisme

Hipotiroidisme

Denyut jantung yg cepat

Denyut nadi yg lambat

Tekanan darah tinggi

Suara serak

Kulit lembat & berkeringat banyak

Berbicara menjadi lambat

Gemetaran

Alis mata rontok

Gelisah

Kelopak mata turun

Nafsu makan bertambah disertai penambahan


berat badan

Tidak tahan cuaca dingin

Sulit tidur

Sembelit

Sering buang air besar & diare

Penambahan berat badan

Lemah

Rambut kering, tipis, kasar

Kulit diatas tulang kering menonjol & menebal

Kulit kering, bersisik, tebal, kasar


Kulit diatas tulang kering menebal & menonjol

Mata membengkak, memerah & menonjol

Sindroma terowongan karpal

Mata peka terhadap cahaya

Kebingungan

Mata seakan menatap

Depresi

Kebingungan

Demensia

Pendekatan Diagnosis
A. Anamnesis.
Pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak maupun
ganas, biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau
takut timbulnya keganasan.
Sebagian besar keganasan tiroid tidak menimbulkan
keluhan, kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat
membesar dalam beberapa minggu saja.
Pasien biasanya mengeluh adanya gejala penekanan
pada jalan napas (sesak) atau pada jalan makanan (sulit
menelan). Pada nodul dengan adanya perdarahan atau
disertai infeksi, bisa menimbul keluhan nyeri. Keluhan
lain pada keganasan tiroid yang mungkin timbul adalah
suara serak.

B. Pemeriksaan fisik.
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas.
Yang jinak, dari riwayat keluarga: nodul jinak,
strumadifus, multinoduler. Pertumbuhannya relatif
besarnya tetap. Konsistensinya lunak, rata dan tidak
terfiksir. Gejala penekanan dan penyebarannya tidak
ada.
Sedangkan yang ganas, dari riwayat keluarga:
karsinoma medulare, nodul soliter, Usia kurang dari 20
tahun atau di atas 60 tahun. Pria berisiko dua kali
daripada wanita dan riwayat terekspos radiasi leher.
Pertumbuhannya cepat membesar. Konsistensi, padat,
keras, tidak rata dan terfiksir. Gejala penekanan, ada
gangguan menelan dan suara serak. Penyebarannya
terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.

C. Pemeriksaan penunjang.
pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status fungsi
dengan memeriksa kadar TSH dan hormon tiroid, pemeriksaan
Ultrasonografi, sidik tiroid, CT scan atau MRI, serta biopsi
aspirasi jarum halus dan terapi supresi Tiroksin untuk
diagnostik.
Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh
hasil pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun
hipotiroid tidak menyingkirkan kemungkinan keganasan.
Pemeriksaan TSH yang meningkat berguna untuk tiroiditis.
Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase dan
antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto yang sering timbul nodul uni/bilateral.
Sehingga masih mungkin terdapat keganasan.

Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk


kanker tiroid jenis medulare, sedangkan pemeriksaan
kadar tiroglobulin cukup sensitif untuk keganasan tiroid
tetapi tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada
keadaan lain seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.
Pemeriksaan Ultrasonografi. Pemeriksaan dengan
menggunakan USG merupakan pemeriksaan noninvasif
dan ideal. Khususnya dengan menggunakan ''high
frequency real-time'' (generasi baru USG). Dengan alat
ini akan diperoleh gambaran anatomik secara detail dari
nodul tiroid, baik volume (isi), perdarahan intra-noduler,
serta membedakan nodul solid/kistik/campuran solidkistik. Gambaran yang mengarah keganasan seperti
massa solid yang hiperkoik, irregularitas, sementara
gambaran neovaskularisasi dapat dijumpai pada
pemeriksaan dengan USG.

Dari satu penelitian USG nodul tiroid didapatkan 69%


solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari kista tersebut
hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid
atau campuran berkisar 20%.
Pemeriksaan sidik tiroid.
Pemeriksaan tersebut dapat memberikan gambaran
morfologi fugsional, berarti hasil pencitraan merupakan
refleksi dari fungsi jaringan tiroid. Bahan radioaktif yang
digunakan I-131
Pada sidik tiroid 80-85% nodul tiroid memberikan hasil
dingin (cold), sedangkan 10-15% mempunyai risiko
ganas. Nodul panas (hot) dijumpai sekitar 5% dengan
risiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat (warm)
10-15% dari seluruh nodul dengan risiko ganas kurang
dari 10%.

Pemeriksaan CT scan dan MRI.


Pemeriksaan CT scan (Computed
Tomographic scanning) dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging) tidak
direkomendasikan untuk evaluasi
keganasan tiroid.
Karena disamping tidak memberikan
keterangan berarti untuk diagnosis, juga
sangat mahal. CT scan atau MRI baru
diperlukan bila ingin mengetahui adanya
perluasan struma substernal atau terdapat
kompresi/penekanan pada jalan nafas.

Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus.


Pemeriksaan ini dianggap sebagai metode yang
efektif untuk membedakan nodul jinak atau
ganas pada nodul tiroid yang soliter maupun
pada yang multinoduler.
Dilaporkan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum
halus ini mempunyai sensitivitas sebesar 83%
dan spesifisitas 92%. Angka negatif palsu sekitar
1-6% dan positif palsu sekitar 1%.
Ini bisa karena kesalahan pengambilan sampel
(nodul kurang 1 cm atau lebih 4 cm). Hasil
biopsi aspirasi jarum halus dapat digolongkan
dalam 4 kategori, yakni jinak, mencurigakan,
ganas dan tidak adekuat.

Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik).


Rasionalisasi dari tindakan ini adalah bahwa TSH
merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjar
tiroid dan pertumbuhannya.
Tes ini akan meminimalisasi hasil negatif palsu
pada biopsi aspirasi jarum halus. Dengan cara
ini diharapkan dapat memilah nodul yang
memberi respon dan tidak. Kelompok terakhir ini
lebih besar kemungkinan ganasnya. Tetapi
dengan adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid,
terapi tersebut akan memberikan pengecilan
nodul pada 13-15% kasus.

Fungsi Hormon tiroid


T4 (Tiroksin) : Mengatur katabolisme Protein, lemak, karbohidrat di
seluruh sel
T3 (Triiodotironin):
a. Mengatur kecepatan metabolik semua sel
b. Antagonis insulin
c. Mempertahankan sekresi GH, maturasi skelet
d. Mempengaruhi perkembangan SSP
e. Perlu untuk tonus dan kekuatan otot
f. Mempertahankan kecepatan denyut, kekuatan dan out put
jantung
g. Mempengaruhi kecepatan pernafasan dan penggunaan O2
h. Mempertahankan mobilisasi kalsium
i. Mempengaruhi produksi SDM
j. Menstimulasi perubahan lemak, pelepasan asam lemak bebas,
sintesa kolesterol
3. Tirokalsitonin
Menurunkan kadar Ca dan P serum

You might also like