You are on page 1of 36

Laporan kasus

Hernia Inguinalis Lateralis


OLEH: I PUTU ADITYA INDRA ARDANA
09700170

BAB I
PENDAHULUAN
Batasan
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.

Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya:
-Hernia kongenital:
Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempattempat tertentu.
Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal
(kelainan belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempattempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intra abdominal.
-Hernia akuisita

Berdasarkan klinis:
Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat
direposisi tanpa operasi.
Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali
ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada
keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami
perlekatan organ disebut hernia akreta.

Hernia

strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan


vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi
hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi
pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai
dari bendungan sampai nekrosis.
Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai
tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak
bisa lewat).

Berdasarkan arah hernia:


Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya
ke arah luar, misalnya:
Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
Hernia femoralis
Hernia umbilicalis
Hernia epigastrika
Hernia lumbalis
Hernia obturatoria
Hernia semilunaris
Hernia parietalis
Hernia ischiadica

Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax,
bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum
abdomen.
Pada cavum abdominalis:
Hernia epiploica Winslowi
Hernia bursa omentalis
Hernia mesenterika
Hernia retro peritonealis

Pada cavum thorax:

Hernia diafragmatika traumatika


Hernia diafragmatika non-traumatika:
Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia Morgagni
Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus

Hernia Regio Inguinalis


Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui. Menurut

patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis


lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis (HIM). Ada juga yang
membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia inguinalis
indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu
herniotomi dan herniorafi, tapi penting untuk mengetahui
perbedaannya karena akan mempengaruhi pada teknik operasinya
nanti.

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus

internus sehingga organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus)


masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan di lipat
paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis timbul
karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu.
Biasanya terjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra
operatif antara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa epigastrika
inferior. HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM
terletak di bawahnya

Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran
yang normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi
descensus testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di
rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus
vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian
hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.

Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah

tersebut ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan


peningkatan tekanan intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang
lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab
hernia pada orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga
bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang tinggi
lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.

Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan

semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi


hernia medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat
juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau
hipertrofi prostat.

Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang
timbul, muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk
terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi)
terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi,
sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan
ini.

2. Pemeriksaan Fisik

Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum


inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (+),
transluminasi (-).

Teknik pemeriksaan
Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.

Pemeriksaan Finger Test :


Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan Ziemen Test :


Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test :


Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Diagnosis Banding
Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat
menonjol di fosa ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan
penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian

Penatalaksanaan
Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.

Reposisi dengan posisi trendelenburg

Bantalan penyangga (sabuk Truss)


Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena
mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis
karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung
pembuluh darah dari testis.

Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia


inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang
terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari
omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak
timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang
sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata.
Mual, muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia
strangulata.

Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. P
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Gedangsewu, Pare
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Tanggal MRS
: 21 Juli 2014
Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2014

ANAMNESIS
Keluhan Utama: Keluar benjolan sampai di scrotum kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu muncul
benjolan sampai di scrotum kanannya, awalnya benjolan tersebut kecil.
Jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat
berbaring dapat masuk lagi. Benjolan tidak pernah nyeri dan tidak
pernah merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak pernah
menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang
keras. BAB biasanya 2 hari sekali. Pasien tidak merasa mual, tidak
muntah, dan masih bisa kentut.

Riwavat Penyakit Dahulu:

Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, DM,


tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti
pasien.
Riwayat Pengobatan: Riwayat Sosial:
Pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan dan sering
mengangkat beban berat

PEMERIKSAAN FISIK
KU: Sedang
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign:
TD : 120/80 x/menit
N : 88 x/menit

RR
t

: 20 x/menit
: 36,4C

Status generalis:
Kepala:
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung
: tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga
: tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut
: sianosis(-), tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:

Dalam batas normal

Thoraks:

Cor:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS IV MCL sinistra
Perkusi: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
Auskultasi: S1S2 tunggal
Pulmo:
Inspeksi: Simetris, tidak ada retraksi
Palpasi: Fremitus raba normal
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-

Abdomen:

Inpeksi: flat
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: soepel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: tympani
Ekstremitas:

Akral hangat + +
+ +

Oedem

Status Lokalis:
Inspeksi: terdapat benjolan di scrotum dextra, diameter 8 cm x 4 cm,
permukaan rata, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, dapat
dimasukkan, transluminasi(-), tidak nyeri.
Auskultasi: bising usus (+).
ASSESMENT
Hernia inguinalis lateralis dextra reponible

PLANNING
Infus RL 1000 cc/24 jam
injeksi Ceftriaxon 1x2 gr
injeksi Antrain 1x1 ampul
Pro herniotomi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
Hematologi
Hb
: 17,3 gr/dl
Lekosit
: 9,7 x 109/L
Hematokrit
: 50,6 %
Trombosit
: 295 x 109/L

(13-18 gr/dL)
(4,3-10,3 x 109/L)
(45-50%)
(150-400 x 109/L)

Faal Hati

SGOT
SGPT
Faal Ginjal
Serum Kreatinin
BUN
Urea

: 7,4 u/L
: 10 u/L

(6-37 u/L)
(6-42 u/L)

: 1,2 mg/dL
: 11 mg/dL
: 23

(0,6-1,2mg/dl)
(4-20 mg/dl)
(10-50 mg/dl)

You might also like