Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Batasan
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya:
-Hernia kongenital:
Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempattempat tertentu.
Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal
(kelainan belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempattempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan intra abdominal.
-Hernia akuisita
Berdasarkan klinis:
Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat
direposisi tanpa operasi.
Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali
ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada
keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami
perlekatan organ disebut hernia akreta.
Hernia
Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax,
bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum
abdomen.
Pada cavum abdominalis:
Hernia epiploica Winslowi
Hernia bursa omentalis
Hernia mesenterika
Hernia retro peritonealis
Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran
yang normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi
descensus testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di
rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus
vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian
hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan
Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang
timbul, muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk
terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi)
terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi,
sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan
ini.
2. Pemeriksaan Fisik
Teknik pemeriksaan
Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.
Diagnosis Banding
Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat
menonjol di fosa ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan
penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian
Penatalaksanaan
Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.
Operatif
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari
omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak
timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang
sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata.
Mual, muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia
strangulata.
Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. P
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Gedangsewu, Pare
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Tanggal MRS
: 21 Juli 2014
Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Keluar benjolan sampai di scrotum kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu muncul
benjolan sampai di scrotum kanannya, awalnya benjolan tersebut kecil.
Jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut keluar, namun saat
berbaring dapat masuk lagi. Benjolan tidak pernah nyeri dan tidak
pernah merah. Nafsu makan pasien baik, berat badan tidak pernah
menurun. Pasien sering mengejan saat BAB, karena konsistensi yang
keras. BAB biasanya 2 hari sekali. Pasien tidak merasa mual, tidak
muntah, dan masih bisa kentut.
PEMERIKSAAN FISIK
KU: Sedang
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign:
TD : 120/80 x/menit
N : 88 x/menit
RR
t
: 20 x/menit
: 36,4C
Status generalis:
Kepala:
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung
: tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga
: tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut
: sianosis(-), tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
Thoraks:
Cor:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS IV MCL sinistra
Perkusi: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
Auskultasi: S1S2 tunggal
Pulmo:
Inspeksi: Simetris, tidak ada retraksi
Palpasi: Fremitus raba normal
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
Inpeksi: flat
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: soepel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: tympani
Ekstremitas:
Akral hangat + +
+ +
Oedem
Status Lokalis:
Inspeksi: terdapat benjolan di scrotum dextra, diameter 8 cm x 4 cm,
permukaan rata, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, dapat
dimasukkan, transluminasi(-), tidak nyeri.
Auskultasi: bising usus (+).
ASSESMENT
Hernia inguinalis lateralis dextra reponible
PLANNING
Infus RL 1000 cc/24 jam
injeksi Ceftriaxon 1x2 gr
injeksi Antrain 1x1 ampul
Pro herniotomi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
Hematologi
Hb
: 17,3 gr/dl
Lekosit
: 9,7 x 109/L
Hematokrit
: 50,6 %
Trombosit
: 295 x 109/L
(13-18 gr/dL)
(4,3-10,3 x 109/L)
(45-50%)
(150-400 x 109/L)
Faal Hati
SGOT
SGPT
Faal Ginjal
Serum Kreatinin
BUN
Urea
: 7,4 u/L
: 10 u/L
(6-37 u/L)
(6-42 u/L)
: 1,2 mg/dL
: 11 mg/dL
: 23
(0,6-1,2mg/dl)
(4-20 mg/dl)
(10-50 mg/dl)