You are on page 1of 37

ABSES

PERIANAL
Hendi Anshori

Pembimbing : dr. Maman Wastaman Rodjak, Sp.B-KBD

Embriologi traktus Gl mulai berkembang pada


minggu keempat kehamilan.
Usus primitif berasal dari endoderm dan dibagi
menjadi tiga segmen: foregut, midgut, dan hindgut.
Kedua midgut dan hindgut berkontribusi pada
perkembangan kolon, rektum, dan anus.

Midgut berkembang mejadi usus kecil, kolon


asenden, kolon transversum, menerima pasokan
darah dari a. mesenterika superior
Selama minggu keenam kehamilan, midgut keluar
dari rongga abdomen, dan kemudian berputar 270
berlawanan sekitar a. mesenterika kembali ke posisi
akhir di dalam rongga abdomen pada minggu
kesepuluh kehamilan.

Hindgut berkembang menjadi kolon transversum


distal, kolon desenden, rektum, dan anus proksimal,
Kesemuanya menerima suplai darah dari arteri
mesenterika inferior
Lubang anus distal berasal dari ektoderm dan
menerima suplai darah dari arteri pudenda interna.
Garis gyrus membagi hindgut endodermal dari kanal
anus distal ectodermal.

Rektum memiliki panjang sekitar 12 -15 cm.


Bagian posterior : fascia presacral memisahkan
rektum dari pleksus vena presacral dan saraf panggul.
Bagian anterior, fascia Denonvilliers memisahkan
rektum dari prostat & vesikula seminalis pada pria
dan dari vagina pada wanita.
Panjang kanalis analis jika diukur adalah 2 - 4 cm,
umumnya pada pria lebih panjang daripada wanita.
Dimulai dari anorektal junction sampai ke ambang
analis.

Linea dentata atau linea pectinata menandai titik


transisi antara mukosa rektal kolumnar dengan
skuamosa anoderma.
1 sampai 2 cm mukosa bagian proksimal ke linea
dentata memiliki karakteristik histologis yaitu sel
kolumnar, kuboid, dan epitel skuamosa dan disebut
sebagai zona transisi dubur.
Linea dentata dikelilingi oleh lipatan mukosa
membujur, yang dikenal sebagai kolom Morgagni
(column of Morgagni) , dimana terdapat kriptus
analis yang kosong. Kriptus ini merupakan sumber
abses cryptoglandular

Pada rektum distal, otot polos bagian dalam


mengalami penebalan dan terdiri dari sfingter anal
internal yg dikelilingi oleh subkutan, superfisial &
sfingter anal eksterna bagian dalam.
Sfingter Anal eksterna bagian dalam merupakan
perpanjangan dari muskulus puborectalis.
Muskulus puborectalis, m. iliococcygeus, dan m.
pubococcygeus membentuk muskulus levator ani
pada dasar panggul

Ruang perianal mengelilingi anus & ke arah lateral


berlanjut dengan lemak pada daerah gluteal.
Ruang intersfingterik memisahkan sfingter analis
interna dan eksterna. Ini berlanjut dengan ruang
perianal distal & meluas ke dinding rektum.
Ruang iskiorektalis terletak pada lateral & posterior
dari anus dan dibatasi di sebelah medial oleh sfingter
eksternal, di sebelah lateral oleh ischium, di sebelah
superior oleh muskulus levator ani & di sebelah
inferior oleh septum transversal.

Ruang iskiorektalis berisi pembuluh darah rektalis


inferior dan limfonodus. Dua ruang iskiorektalis
menghubungkan di posterior di atas ligamentum
anococcygeal tetapi di bawah muskulus levator ani,
membentuk ruang postanal interna.
Ruang supralevator terletak di atas muskulus levator
ani di kedua sisi rektum dan berhubungan di bagian
posterior.
Anatomi ruang-ruang tersebut mempengaruhi lokasi
dan penyebaran infeksi cryptoglandular.

Arteri rektalis superior muncul dari cabang terminal


dari arteri mesenterika inferior dan suplai dari rektum
bagian atas.
Arteri rektum medial muncul dari iliaka interna.
Arteri rektalis inferior muncul dari arteri pudenda
interna, yang merupakan cabang dari arteri iliaka
interna.

Drainase vena dari rektum, paralel terhadap suplai


arteri.
Vena rektalis superior mengalir ke sistem portal
melalui Vena mesenterika inferior.
Vena rektalis medialis mengalir ke Vena iliaka
interna.
Vena rektalis inferior mengalir ke vena pudenda
interna, dan kemudian menuju Vena iliaka interna.
Pleksus submukosa yg menuju kolom Morgagni
(Column of Morgagni) membentuk pleksus
hemoroid & mengalir ke tiga vena tersebut.

Drainase limfatik pada rektum paralel terhadap


pasokan vaskularisasi.
Saluran limfatik pada rektum bagian atas dan tengah
mengalir ke arah superior menuju limfonodus
mesenterika inferior.
Saluran limfatik pada rektum bagian bawah mengalir
ke arah superior menuju limfonodus mesenterika
inferior dan ke arah lateral menuju limfonodus iliaka
interna.

Saraf simpatis dan parasimpatis


mempersarafi daerah anorektal. Serabut
saraf simpatis yang berasal dari L1-L3
bergabung dengan pleksus preaortik.
Serabut saraf preaortik memanjang ke
bawah aorta untuk membentuk pleksus
hipogastrikus, yang kemudian bergabung
dengan serabut saraf parasimpatis untuk
membentuk pleksus pelvik.

Sfingter analis interna dipersarafi oleh


serabut saraf simpatis dan parasimpatis,
kedua jenis serabut saraf tersebut
menghambat kontraksi sfingter.
Sfingter analis eksterna dan muskulus
puborectalis dipersarafi oleh cabang
rektalis inferior dari nervus pudenda
interna.

Rektum dan anus ikut berperan dalam proses


defekasi.
Defekasi adalah mekanisme yang kompleks,
terkoordinasi, yg melibatkan gerakan massa kolon,
tekanan intra-abdomen dan rektum yg meningkat,
dan relaksasi dasar pelvis.
Distensi rektum menyebabkan refleks relaksasi
sfingter ani interna (refleks penghambatan rektoanal)
yang memungkinkan terjadinya kontak dengan
kanalis analis.

Jika buang air besar tidak terjadi, rektum


berelaksasi dan refleks defekasi terlewati
(respon akomodasi).
Hasil defekasi merupakan koordinasi dari
tekanan intra-abdomen yang meningkat,
peningkatan kontraksi rektal, relaksasi otot
puborectalis, lalu terjadi pembukaan pada
kanalis analis.

Abses perianal merupakan infeksi jaringan


lunak di sekitar kanalis analis, dengan
pembentukan rongga abses. Keparahan dan
kedalaman abses cukup variabel, dan
rongga abses sering dikaitkan dengan
pembentukan saluran fistula (fistulous
tract).

Kejadian puncak dari abses anorektal pada usia


dekade ketiga dan keempat dalam kehidupan.
Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan
dominasi laki-laki berbanding perempuan yaitu 2 : 13 : 1. Sekitar 30% pasien dengan abses anorektal
memiliki riwayat abses serupa.

Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari


stasis sekresi kelenjar lalu ketika terjadi infeksi,
terbentuk supurasi dan pembentukan abses pada
glandula analis.
Organisme umum terlibat dalam pembentukan abses
termasuk Escherichia coli, spesies Enterococcus, dan
spesies Bacteroides, namun, tidak ada bakteri tertentu
telah diidentifikasi sebagai penyebab khas dari abses.

Abses perirektal merupakan gangguan anorektal


yang muncul dan didominasi akibat dari obstruksi
kriptus analis.
Anatomi normal menunjukkan terdapat 4-10
glandula analis pada linea dentata. Glandula analis
berfungsi untuk melumasi kanalis analis.
Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil dari
stasis sekresi kelenjar lalu ketika terjadi infeksi,
terbentuk supurasi dan pembentukan abses pada
glandula analis.

Abses biasanya terbentuk di ruang intersphincteric &


dapat menyebar di sepanjang ruang. Setelah infeksi
mendapat akses ke ruang intersphincteric, memiliki
akses mudah ke ruang perirectal yg berdekatan.
Perpanjangan infeksi dapat melibatkan ruang
intersfingterik, ruang iskiorektalis, ruang
supralevator. Dalam beberapa kasus, abses tetap
terkandung dalam ruang intersphincterik.
Setelah abses terdrainase, secara spontan maupun
secara bedah, komunikasi abnormal antara lubang
anus dan kulit perianal disebut fistula ani.

A = Infeksi dari usus menyerang kriptus analis atau kelenjar


analis lain. Proses primer ini terjadi pada linea dentata ; B dan C
= Infeks menyebar ke jaringan perianal dan perirektal secara
tidak langsung melalui system limfatik atau secara langsung
melalui struktur kelenjar ; D = Terbentuk abses ; E = Abses pecah
spontan, menorehkan lubang pada permukaan kulit perianal dan

Seiring membesarnya abses, abses dapat


menyebar ke beberapa arah.
Abses perianal adalah manifestasi paling
umum dan muncul sebagai pembengkakan
yg terasa nyeri di ambang analis.
Abses perianal dapat menyebar melalui
sphincter eksternal di bawah tingkat
puborectalis menghasilkan abses
iskiorektalis. Abses ini dapat menjadi sangat
besar dan mungkin tidak terlihat di daerah
perianal.

Schwartzs: Principles of Surgery 9th Edition. 2010

Pasien dengan abses perianal biasanya mengeluhkan


ketidaknyamanan di daerah perianal dan pruritus.
Nyeri perianal sering diperburuk oleh gerakan dan
tekanan perineum yang meningkat dari duduk atau
saat buang air besar.
Pasien dengan abses iskiorektalis sering
mengeluhkan dengan demam, menggigil, dan nyeri
parah dan rasa penuh di daerah perirektal

Colok dubur
Endoskopi (transrektal dan trannasal)
Laboratorium
Radiologi

Nyeri di daerah anal adalah keluhan yang


paling umum presentasi. Berjalan, batuk,
atau mengedan dapat memperberat rasa
nyeri.
Sebuah massa sering terdeteksi dengan
inspeksi daerah perianal atau dengan
pemeriksaan rektal digital.
Kadang-kadang, pasien dapat disertai
dengan demam, retensi urin, atau sepsis yg
mengancam jiwa.

Kebanyakan
abses
perianal
dapat
didrainase di bawah anestesi. Insisi kulit
dan insisi subkutan dibuat di bagian atas
yang paling menonjol dari abses dan eksisi
dog ear untuk mencegah penutupan
prematur.

Kebanyakan abses
perianal dapat
didrainase di bawah
anestesi.
Insisi kulit dan insisi
subkutan dibuat di
bagian atas yg paling
menonjol dari abses dan
eksisi dog ear untuk
mencegah penutupan
prematur

Abses intersfingterik didrainase dengan membagi


sfingter intera pada tingkat abses.
Abses intermuskular dan abses supralevator, selama
bukan perluasan dari abses iskiorektal, dapat
didrainase ke dalam rektum bagian bawah & kanalis
analis bagian atas.
Abses ischiorektal dapat dilakukan drainase lokal luas
melalui insisi cruriform (bentuk salib) melalui kulit
dan jaringan subkutan yg melapisi ruang yg terinfeksi.

Fistula anorektal terjadi pada 30-60% pasien dengan


abses anorektal. Fistula Anorectal muncul sebagai
akibat obstruksi dari kripta anal, yg teridentifikasi
dengan adanya drainase dari kanal anal atau dari kulit
disekitar perianal.
Penyebab lainnya dari fistula perianal merupakan
multi faktor, termasuk penyakit divertikular, IBD,
keganasan dan infeksi, seperti tuberkulosis dan
actinomikosis.

Bernard M. Jaffe and David H.Berger. Colon, Rectum and


Anus. Brunicardi F. Charles et all. Schwartzs: Principles of
Surgery 9th Edition. 2010.
http://www.scribd.com/doc/79580953/PERIANALABSES
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/
001519.htm
http://emedicine.medscape.com/article/191975overview
Andre Hebra and Joh Geibel. Perianal Abscess.
http://emedicine.medscape.com. November 2010.

You might also like