You are on page 1of 30

DIAGRAM FASA

TUJUAN KULIAH
Memberikan
pemahaman
kepada
mahasiswa
tentang
kaitan
antara
sifat-sifat
material yang berkaitan dengan
struktur mikro dan control
prosedur perlakuan pemanasan
untuk rekayasa material.

GLOSSARY
Komponen : logam murni atau senyawanya yang
merupakan penyusun alloy. Misalnya alloy brass
Copper-Zinc komponennya adalah Cu dan Zn
Alloy: campuran 2 atau lebih atom logam murni
atau senyawanya yang membentuk larutan
padatan.
Atom
logam
impurity
sengaja
ditambahkan untuk mendapatkan material
dengan spesifikasi tertentu
Solvent atom (host atoms): komponen atau
elemen dengan komposisi yang terbanyak,
Solute: elemen dengan jumlah yang lebih
sedikit.

GLOSSARY
Substitutional atom: atom impurity (solute )
yang kedudukannya menggantikan atom
solvent dalam struktur alloy
Interstitial atom: atom impurity (solute )
yang kedudukannya berada disela-sela/
sekitar atom solvent dalam struktur alloy
Batas kelarutan: konsentrasi maximum
solute atom yang memungkinkan terlarut
dalam pelarut untuk membentuk larutan
padatan

GLOSSARY
Sistem:
bagian yang menjadi pusat perhatian
beberapa alloy yg terdiri dari komponen
yang sama, tanpa memperhatikan
komposisinya, misalnya sistim besicarbon memungkinkan komposisi Fe dan
C yang bervariasi
Fasa : Bagian homogen dari suatu
sistem yang mempunyai karakteristik
fisika dan kimia yang seragam.

Struktur mikro : subyek yg berhubungan langsung


observasi mikroskopis. Pada alloy logam, struktur mikro
dikarakterisasi oleh jumlah fasa yg ada, proporsinya, dan
bagaimana fasa tersebut terdistribusi atau menyusun
alloy
Kesetimbangan fasa:
Suatu system dikatakan pada keadaan kesetimbangan
jika energi bebas system tersebut minimum pada kondisi
suhu, tekanan dan komposisi tertentu. Pada
kesetimbangan fasa, karakteristik fasa dalam sistem tidak
berubah terhadap waktu. Lihat gambar 9.1 (Callister)
Pada system padatan, keadaan kesetimbangan fasa
sangat sukar dicapai, karena laju pembentukan untuk
mendekati kondisi tersebut sangat lambat, kondisi pada
keadaan kesetimbangan fasa belum terjadi disebut
kondisi metastabil.

DIAGRAM KESETIMBANGAN FASA/

DIAGRAM FASA
menyatakan
hubungan antara suhu ,
komposisi dan kuantitas dari fasa-fasa yang
ada pada kesetimbangan. Suhu diplot sebagai
ordinat dan komposisi merupakan absis.

Sistem Biner Isomorf :


system alloy yang terdiri dari campuran 2
macam logam yang mampu mencapai
kesetimbangan
fasa
sehingga
dapat
dikatakan berhasil membentuk larutan cair
dan padatan dengan komplit dari 2 komponen
atau istilahnya isomorf.

Absis
menunjukkan
komposisi, bawah
dalam
persen
berat, bagian atas
dalam
persen
atom Ni. Rentang
komposisi
paling kiri adalah
0 % Ni ( 100 %
Cu), paling kanan
adalah 100 % Ni
(0 % Cu)
Ada 3 daerah fasa
:
daerah
fasa
alpha (), daerah
fasa liquid (L) dan
daerah fasa
( + L)

DAERAH FASA LIQUID, L :


merupakan daerah larutan cairan yang
homogen dengan komposisi Cu dan Ni

DAERAH FASA ALPHA ( ):


merupakan daerah larutan padatan yang
terdiri dari
Cu dan Ni dan mempunyai
struktur FCC. Pada suhu dibawah 1080 oC, Cu
dan Ni saling larut satu sama lain dengan baik
pada keadaan padat. Kelarutan tersebut dapat
terjadi karena: Cu dan Ni mempunyai struktur
kristal yang sama yaitu FCC, mempunyai
radius
atom
yg
hampir
sama,
keelektronegatifan
yang
sama,
juga

Larutan fasa padat diberi notasi dengan


huruf Yunani kecil (,,), larutan fasa cair
dengan huruf latin besar (L).
Garis yg membatasi daerah fasa L dan fasa
( + L) disebut liquidus line, sedang garis
yang membatasi daerah fasa dan fasa ( +
L) disebut solidus line.
Diatas liquidus line adalah daerah fasa cair
L untuk berbagai suhu dan komposisi,
sedangkan dibawah solidus line adalah
daerah fasa padatan .
Solidus dan liquidus line berpotongan pada
2 titik extrim yg dikenal sebagai titik leleh
untuk masing-masing komponen murni.
Cu murni pada suhu 1085 oC dan Ni murni

Transformasi dari padat cair terjadi pada


suhu / titik leleh, pada kondisi ini jika logam
dikenai pemanasan lanjut suhu tidak akan
naik sebelum semuanya leleh.
Untuk komposisi yang tidak murni,
fenomena meleleh akan terjadi pada daerah
suhu diantara garis solidus dan liquidus, yang
mana baik fasa padat maupun fasa cairnya
akan berada dalam kesetimbangan pada
daerah suhu tersebut
Misalnya alloy dengan komposisi 50 % Ni
50 % Cu, maka pelelehan akan mulai terjadi
pada suhu kurang lebih 1280 oC , ratio fasa
cairnya akan makin besar jika suhu
bertambah, sampai pada suhu kurang lebih

Interpretasi Diagram Fasa


Pada system biner, diagram fasa
memberikan informasi tentang:
fasa
komposisi pada fasa tersebut
fraksi dari fasa

Penentuan fasa:
Titik A daerah
fasa , komposisi
60 % Ni - 40 %
Cu Titik B
daerah fasa ( +
L), komposisi 35
% Ni - 65 % Cu
Penentuan
Komposisi Fasa:
perlu
diketahui
dulu
dimana
posisi
dalam
diagram
fasa.
Untuk kondisi 60
% Ni 40 % Cu
pada 1100 oC,
lokasinya dititik
A hanya fasa
saja, Tetapi
untuk
alloy
dengan posisi di

tie line, : garis


isotherm
imajiner
yang dibuat melalui
titik lokasi pada suhu
yang tertentu dan
memotong di kurva
solidus dan liquidus.
Titik potong dengan
liquidus
line
menunjukkan
komposisi fasa cair
(CL) dan titik potong
dengan solidus line
menunjukkan
komposisi fasa padat
(C). Melalui titik B
dibuat garis isotherm
imajiner, titik potong
dengan
kurva
liquidus -> CL =
31.5 % Ni 68.5 %

Penentuan Kuantitas Relatif Fasa


(yang berada di dua daerah fasa)
Digunakan prinsip Lever Rule sbb:
Buat tie line pada suhu yang sudah
ditentukan memotong kurva di dua titik.
Komposisi over-all alloy terletak pada tie line
Fraksi fasa dihitung dengan mengukur panjang
tie line dari titik komposisi overall ke titik
potong batas fase yang berlawanan dibagi
panjang total tie line.
C C
S
WL
WL
RS
C C

42.5 35
WL
0.68
42.5 31.5

MICROSTRUCTURE ALLOY ISOMORF


KESETIMBANGAN PENDINGINAN
Sebuah
alloy
dengan komposisi
35 % Ni 65 % Cu
didinginkan
dari
suhu 1300 oC (titik
a ) alloy cair,
komposisi 35 % Ni
65 % Cu ,
struktur
mikro
lihat
gambar.
Ketika pendinginan
dimulai
hingga
mencapai titik b
suhu 1260 oC ,
solid

mulai
terbentuk, dengan
komposisi 46 % Ni
54 % Cu , ditulis
sebagai ( 46 %

Pendinginan
diteruskan, pada
1250 oC (titik c),
komposisi fasa
dan
liquid
L
masing2
adalah
43 % Ni- 57 % Cu
{ (43Ni)} dan 32
% Ni 68 % Cu
{L(32 Ni)}
Proses solidifikasi
akan
sempurna
pada suhu 1220 oC
(titik
d)
pada
komposisi

mencapai 35 % Ni
-65 % Cu, sedang
komposisi cairan
24 % Ni- 76 % Cu.
Ketika
lewat
solidus line (titik

SISTEM BINER EUTECTIC

Diagram fasa Cu-Ag, Fasa larutan solid


kaya/konsentrasi Cu tinggi, Ag merupakan solut
dengan struktul kristal FCC

Dibawah garis BEG adalah daerah solid dan


( + ).
Batas kelarutan fasa dibatasi oleh kurva CBA
dengan daerah fasa / ( + ) dan / ( +
L ) dengan konsentrasi maks { 8% Ag pada
779 oC } di titik B . Titik A adalah titik leleh Cu
murni , 1085 oC
Kelarutan fasa padat yang membatasi daerah
fasa / ( + ) garis batasnya disebut :
SOLVUS LINE (kurva CB) , yang membatasi
daerah fasa / ( + L) disebut : SOLIDUS LINE
(kurva BA)
Untuk fasa , garis solidus dan solvus juga ada
yaitu kurva FG dan GH, dengan kelarutan max
Cu dalam fasa adalah pada posisi titik G (8,8

Garis AE:
penurunan
titik leleh
Cu /alloy Cu
akibat
penambaha
n Ag
Garis FE :
Penurunan
titik leleh
Ag/ alloy Ag
akibat
penambaha
n Cu
AE dan FE
berpotonga
n di E
titik
invariant

Reaksi EUTECTIC yang terjadi:


cooling

L(C E ) (CE ) (CE )


heating

Pada
proses
pendinginan,
fasa
liquid
L
bertransformasi menjadi dua fasa padat dan atau
pada proses pemanasan dua fasa padat dan
bertransformasi menjadi satu fasa Liquid L
CE dan TE adalah cooling
Konsentrasi dan Suhu Eutectic

L(71,9 wt % Ag ) (8wt % Ag ) (91,2 wt % Ag )


heating

Garis yg melewati TE isoterm EUTECTIC

SISTEM BESI-KARBON
Lihat Fig 9.24 (Callister)
Besi murni ketika dipanaskan mengalami
dua perubahan struktur kristal sebelum
meleleh : pada suhu kamar stabil dalam
bentuk ferrite atau iron kristal BCC
Pada suhu 912 oC ferrite mengalami
transformasi FCC austenite atau
iron hingga suhu 1394 oC.
Pada suhu 1394 oC berubah kembali
menjadi BCC kristal ferrite atau ferrite
yang akhirnya meleleh pada suhu 1538 oC

Pada
konsentrasi
karbon
6,70%
cementite
(Fe3C)
terbentuk

komposisi steel /besi baja


Semua steel dan besi cast mempunyai
kandungan karbon kurang dari 6,70%
Carbon merupakan interstitial impurity
pada besi dan membentuk larutan
padat dalam bentuk , , dan iron
Austenite bersifat nonmagnetit

ALLOY LOGAM fig 12 .1


(Callister)
TEKNIK FABRIKASI LOGAM

FORMING
OPERATION

Extructi
San
Forgin
d
g
Rollin on
Drawi
g
ng

CASTING

MISCELLANEOUS

Investm
Powder
ent
Di
Continuo metallur
gy
e
us

Weldin
g

ALLOY BESI
Besi merupakan solvent
Merupakan bahan konstruksi yang
banyak digunakan
Teknik pembuatan beragam
Kelemahannya : dapat mengalami
korosi

BESI BAJA /STEEL


Alloy besi dengan carbon yang juga
mengandung beberapa senyawa lain.
Kadar C kurang dari 1%
Berdasarkan kadar C terbagi menjadi
3 : low, medium dan high steel
Plain carbon steel, impuritynya kecil,
terdapat campuran Mn
Lihat Fig 12.4 (Callister)

STAINLESS STEEL
Alloy yang tahan terhadap korosi,
terutama pada suhu kamar
Untuk mempertahankan terhadap
korosi, impurity yang ditambahkan Cr
11 wt % atau Ni dan Mo
Beberapa
jenis
steel
banyak
digunakan untuk suhu tinggi
steam boiler, turbin gas, furnace

ALLOY NONBESI
Copper alloy brass (kuningan) ; dengan
Zn sebagai impurity substitusional
Cu alloy bronze (perunggu) ; dengan
Al,Si dan Ni
Al alloy : densitas rendah ringan, tetapi
titik leleh rendah, digunakan untuk kaleng
minuman, bagian dari pesawat, pesawat
ruang angkasa, dll
Mg alloy : untuk bagian dari pesawat,
missil, koper, mobil
Ti alloy : sangat kuat, tetapi reaktif
dengan material lain pada suhu tinggi

You might also like