You are on page 1of 35

OBAT-OBAT PSIKOTROPIK

Usmar A. Madjid
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

Definisi

Psikotropik (Psychotropic) dari kata Yunani :


Psyche = Jiwa dan Tropos = membalik/mengubah

Psikotropik = membalik/mengubah jiwa ???

DEFINISI
Obat yang mempengaruhi mood dan perilaku.
(Rang and Dale, 2007)
Obat yang bekerja pada atau mempengaruhi
fungsi psikik, kelakuan, atau pengalaman
(WHO, 1966 dalam Ganiswarna, 1995)
Psikofarmakologi = cabang farmakologi yang
mempelajari psikofarmaka
Psikofarmaka = psikotropik
Obat yang bekerja scr selektif pada susunan
saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek efek
utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.

Psikotropik :
Mempengaruhi :
Proses pikir
Alam perasaan/emosi
Tingkah laku
Penghayatan pribadi manusia

Efek Psikotropik
Efek Primer
Merupakan efek klinis terhadap target
Timbul lebih lambat (dibanding efek
sekunder)
Digunakan untuk tujuan terapi,
disesuaikan dengan gejala yang mjd
sasaran terapi.

Efek Psikotropik
Efek Sekunder
Merupakan efek samping penggunaan
psikofarmaka
Muncul lebih dahulu dibanding efek primer
Digunakan untuk tujuan terapi,
disesuaikan dengan gejala yang mjd
sasaran terapi.

Prinsip Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menggunakan
prinsip titrasi dosis
Respon terhadap obat psikotropika
bersifat individual dan perlu
pengaturan secara empirik

Prinsip Titrasi Dosis


Pengaturan dosis dilakukan :
Dosis awal (dosis anjuran)
Dosis efektif (dosis yg mulai berefek
supresi gejala sasaran)
Dosis optimal (dosis yg mampu
mengendalikan gejala sasaran)
Dosis pemeliharaan (dosis terkecil yg
masih mampu mencegah kambuhnya
gejala)

Prinsip Titrasi Dosis..

Bila sampai jangka waktu tertentu


dinilai sudah cukup mantap hasil
terapinya, dosis diturunkan secara
gradual sampai berhenti pemakaian
obat.

Asas Psikofarmaka

Dalam penggunaan klinis obat


psikotropik selalu mempertimbangkan
asas manfaat dan resiko

Asas Manfaat dan


Risiko

Penggunaan obat yg rasional


gejala sasaran dapat diredam
memberi peluang untuk integrasi
bio-psiko-sosial (dengan terapi
psikososial) pemulihan dari
keadaan sakit.
Penggunaan obat tidak rasional
Ketergantungan obat desintegrasi
bio-psiko-sosial disabilitas/cacat
yang makin lama makin berat.

Penggolongan
Berdasarkan penggunaan klinik :
1. Antipsikosis = neuroleptik =
major tranquillizer
2. Antiansietas = antineurosis =
minor tranquillizer = anxiolitika
3. Antidepressan
4. Psikotogenik

PSIKOSIS
Psikosis (Psychosis) = simptoma penyakit
mental yang ditandai dengan suatu perilaku
menyimpang terhadap realitas.
Etiologi bermacam-macam, masing-masing
perlu pendekatan perlakuan yang unik
Gangguan psikotik yang umum meliputi
gangguan mood (depressi major atau
mania), terinduksi suatu substansi,
demensia, delirium, delusi, SKIZOFRENIA.

Gangguan Psikosis
Sindroma klinis
Gangguan perasaan realitas
Gangguan pikiran dan emosi
Halusinasi (audio atau visual)
Delusi
Kebingungan

Skizofrenia

SKIZOFRENIA
(schizophrenia)
Prevalensi 1 % untuk seluruh dunia
Kelainan prototipe untuk memahami fenomenolofi
psikosis
Pasien schizophrenia memperlihatkan perilaku
yang luar biasa dibandingkan pada penyakit
psikotik yang lain
Halusinasi
Delusi
Bicara tak teratur
Perilaku dan teratur atau cenderung
mengganggu

SKIZOFRENIA (schizophrenia)
(cont.)
Mula-mula terjadi pada akhir remaja atau
awal usia dewasa
Sifat kronik dan membuat pasien tidak
berdaya
Memiliki komponen genetik yang kuat,
kemungkinan mencerminkan abnormalitas
biokimiawi yang fundamental
Disfungsi jalur saraf dopaminergik
mesolimbik atau mesokortikal.

HIPOTESIS DOPAMIN (DA)


Perkembangan pemahaman atas neurobiologi
dan farmakoterapi psikosis bermula dari
sintesis klorpromazin (1950) dan haloperidol
(1958)
Hipotesis DA tentang psikosis diturunkan dari
penemuan yang secara kebetulan atas efikasi
klorpromazin pada schizophrenia
Dilanjutkan dengan penjelasan Carlsson bahwa
antagonisme DA D2 pascasinpas merupakan
mekanisme yang umum dari antipsikotik

ANTIPSIKOTIK (antipsikosis)
Oabt antipsikotik (juga disebut neuroleptika atau major
tranquilizers) terutama digunakan untuk mengatasi
schizophrenia, tetapi juga efektif untuk keadaan psikotik
yang lain
Keadaan psikotik termasuk mania dengan simptoma
psikotik seperti perasaan hebat, paranoia, halusinasi dan
delirium
Penggunaan obat antipsikosis melibatkan pertimbangan
yang sulit antara khasiat dalam menghilangkan gejala
psikotik dan resiko yang luas akan efek merugikan
Antipsikotik tidaklah mengobati (tidak bersifat kuratif) dan
tidak menghilangkan gangguan kronik, tetapi hanya
terkadang menurunkan intensitas halausinasi dan delusi,
serta memungkinkan pasien schizophrenia berfungsi
normal pada lingkungan yang mendukung

ANTIPSIKOTIK (antipsikosis)
Obat antipsikotik dapat mengurangi gejala psikotik
dalam berbagai kondisi, termasuk schizophrenia,
gangguan bipolar, depresi psikotik, psikosis pikun, dll
Juga dapat meningkatkan mood dan mengurangi gelisah
dan gangguan tidur
Bukan pilihan jika gejala-2 tersebut bukan gangguan
primer pada pasien nonpsikotik
Neuroleptic = salah golongan obat antipsikotik yang
menghasilkan efek samping ekstrapiramidal yang
sangat sering pada dosis efektifnya atau katalepsi pada
hewan coba
Obat antipsikotik atypical lebih banyak digunakan.

ANTIPSIKOTIK (antipsikosis)
Digolongkan atas GENERASI
PERTAMA dan GENERASI
KEDUA
GENERASI PERTAMA lebih
lanjut disebut sebagai kelas
potensi rendah dan potensi
tinggi, tidak menunjukkan
efektivitas klinisnya, tetapi
menunjukkan afinitasnya
terhadap reseptor dopamin
D2

Obat-obat antipsikotik
Derivat FENOTIAZIN
Klorpromazin
Triflupromazin
Tioridazin
Flufenazin
Proklorpenzin
trifluoperazin

Derivat TIOXANTIN
Klorprotiksen
Tiotiksen

Derivat DIHIDROINDOLON
Molindon
Derivat DIBENZOKSAZEPIN
Loksapin
Derivat DIBENZODIAZEPIN
Klozapin

Derivat BUTIROFENON
Haloperidol

Antipsikotik Generasi
Pertama

Disebut juga antipsikosis konvensional, tipikal,


atau tradisional
Inhibitor kompetitif terhadap berbagai reseptor,
efek antipsikotik melalui blokade kompetitif
reseptor D2
Lebih banyak dihubungkan dengan gangguan
pergerakan, khususnya untuk obat-obat yang
berikatan kuat dengan neuroreseptor
dopaminergik, seperti haloperidol, dan obat yang
kurang kuat berikatan seperti chlorpromazine.
Tidak ada obat yang lebih efektif secara klinis
dari yang lain

Antipsikotik Generasi Kedua


Sering disebut sebagai antipsikotik atipikal
Memiliki efek ekstrapiramidal yang lebih
kecil, dihubungkan dengan resiko tinggi
dari efek samping metabolik seperti
diabetes, hiperkolesterolemia, kenaikan
BB.
Memperlihatkan aktivitas memblokade
reseptor serotonin dan dopamin, dan
mungkin juga reseptor yang lain

NEUROLEPTIKA
CIRI PENTING :
1. Berefek antipsikosis
2. Dosis besar tidak sebabkan koma
3. Timbul gejala ekstrapiramidal rev atau irev
4. Tdk ada kecenderungan ketergantungan

Terutama untuk pengobatan


SKIZOFRENIA

Hambat reseptor DA dlm otak


Hambat reseptor serotonin dlm otak

MEKANISME AKSI
Aktivitas menghambat
reseptor dopamin di otak
Aktivitas menghambat
reseptor serotonin di otak

Sites of action of antipsychotic agents and Li +. In


varicosities ("terminals") along terminal arborizations
of dopaminergic neurons projecting from midbrain to
forebrain, DA is synthesized and stored in vesicles.
Following exocytotic release, DA interacts with
postsynaptic receptors (R) of D1 and D2 types, and
presynaptic D2 and D3 autoreceptors.
Termination of DA action occurs primarily by active
transport of DA into presynaptic terminals via the DA
transporter DAT, with secondary deamination by
mitochondrial monoamine oxidase (MAO).
Stimulation of postsynaptic D1 receptors activates the
Gs-adenylyl cyclase-cAMP pathway. D2 receptors
couple through Gi to inhibit adenylyl cyclase and
through Gq to activate the PLC-IP3-Ca2+ pathway.
Activation of the Gi pathway can also activate K+
channels, leading to hyperpolarization. Lithium inhibits
the phosphatase that liberates inositol (I) from inositol
phosphate (IP). Li+ can also inhibit depolarizationevoked release of DA and NE, but not 5-HT. D2-like
autoreceptors suppress synthesis of DA by diminishing
phosphorylation of rate-limiting TH, and by limiting DA
release.
In contrast, presynaptic A2 adenosine receptors (A2R)
activate AC and, through cyclic AMP production, TH
activity. All antipsychotic agents act at D 2 receptors
and autoreceptors; some also block D1 receptors
(Table 162). Stimulant agents inhibit DA re-uptake by
DAT, thereby prolonging the dwell time of synaptic DA.
Initially in antipsychotic treatment, DA neurons
release more DA, but following repeated treatment,
they enter a state of physiological depolarization
inactivation, with diminished production and release of
DA, in addition to continued receptor blockade. Red
line, inhibition or blockade; +, elevation of activity; ,
reduction of activity.

BLOKADE RESEPTOR
DOPAMIN

Semua antipsikotik generasi pertama


dan sebagian besar generasi kedua
memblok reseptor dopamin di otak
dan di perifer
Efektivitas klinis dari antipsikotik
tipikal berhubungan erat dengan
kemampuan relatifnya untuk
memblokade reseptor D2 di sistem
mesolimbik otak
Aksi antipsikotik diantagonis oleh
obat yang meningkatkan konsentrasi
dopamin sinaptik (levodopa,
amfetamin) atau meniru dopamin
pada sisi ikatan pascasinaptik
(bromokriptin).

BLOKADE RESEPTOR
SEROTONIN
Kebanyakan obat generasi kedua

beraksi melalui penghambatan reseptor


serotoin (5-HT), terutama reseptor 5HT2A .
Klozapin memiliki afinitas yang tinggi
untuk reseptor D1, D4, 5-HT2
muskarinik, and -adrenergik, tetapi
juga antagonis lemah untuk reseptor
D2
Risperidon memblok reseptor 5-HT2A
lebih kuat dibanding pada reseptro D2.
Demikian olanzapin.
Aripiprazol (generasi kedua)
merupakan agonis parsial pada
reseptor D2 and 5-HT1A, namun
menghambat rreseptor 5-HT2A
Quetiapin memblok reseptor D2 lebih
kuat dibanding 5-HT2A

Aktivitas terhadap reseptor

KERJA NEUROLEPTIKA
1. Antipsikotik
* hambat reseptor dopamin sistem mesolimbik, kurangi skizofrenia
(halusinasi agitasi)
* tenangkan & kurangi gerakan fisik spontan
* tidak tekan fungsi intelektual
2. Efek Esktrapiramidal
* gejala Parkinson,
* akatisia (gelisah motorik)
* diskinesia tardif
karena pengobatan kronis
3. Efek antiemetik
4. Efek antimuskarinik / antikolinesterase
* visual kabur
* mulut kering
* sedasi
* konstipasi

Kegunaan terapetik
Pengobatan skizofrenia
Pencegahan mual dan muntah yang
parah
Lain-lain

Absorbsi dan Metabolisme


Setelah pemberian oral, absorbsi bervariasi tidak
dipengaruhi oleh makanan, kecuali ziprasidon
dan paliperidon, yg absorbsinya ditingkatkan
oleh makanan
Cepat melintas masuk ke otak
Volume distribusi besar
Ikatan kuat dengan plasma
Dimetabolisme menjadi bermacam zat,
umumnya melalui sistem sitokrom P450 di hati,
khususnya isoenzim CYP2D6, CYP1A2, dan
CYP3A4

Efek merugikan (adverse


effects)
1.
2.
3.
4.

Efek samping ekstrapiramidal


Diskinesia tardif
Sindroma malignan antipsikotik
Efek lain

Anti Psikotik
Efek Samping :
- Sedasi dan Inhibisi Psikomotor
- Gangguan Otonomik
- Gangguan Ekstrapiramidal
- Ggn Endokrin, metabolik, hematologik,

Efek merugikan/efek samping


dari antipsikotik

You might also like