You are on page 1of 41

Astronomi Bola

Dr. Suryadi Siregar


Program Studi Astronomi FMIPA
Institut Teknologi Bandung
Simposium Guru, Makasar 11-12 Agustus 2008

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Apa yang disebut dengan Astronomi


Bola?
Dalam pandangan mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada suatu
setengah bola raksasa Bola Langit
Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan arah,
bukan jarak perlu suatu tata koordinat ,
koordinat 2 dimensi pada permukaan bola
diperlukan ilmu yang mempelajari posisi benda
langit
S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Geometri Bola dan


Geometri Bidang Datar
Bidang Datar

Bidang Bola

Bila 2 garis tegak lurus


Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis
garis ke 3, maka ke 2 garis
tersebut sejajar
tersebut belum tentu
sejajar
Bila 2 garis tak sejajar,
Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu belum
maka ke-2 garis itu akan
tentu memotong di satu
memotong di satu titik
titik

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar, lingkaran


kecil, dan sudut-sudut bola
Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan
bola yang pusatnya berimpit dengan pusat bola
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan
bola, tetapi pusatnya tidak berimpit dengan
pusat bola
Titik potong garis tengah yang tegak lurus
bidang lingkaran besar dengan bola disebut
kutub
Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Geometri Bola

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh


perpotongan 2 lingkaran besar.
Jika 3 buah lingkaran besar saling
berpotongan satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk suatu bagian dengan
3 sudut, maka terbentuklah segitiga bola,
yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar
dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih
besar dari
180
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari
180
S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Sifat-sifat segitiga bolaSudut A, B, dan C adalah sudut


b

a
c

S.Siregar, F

bola; dan a, b, dan c adalah sisisisi


segitiga bola ABC.
0 < (a + b + c) < 360
180 < (A + B + C) < 540
a + b > c, a + c > b, b + c >
a
a>bA>B; a=bA=
B
Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A,
B, dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180) adalah:
E = A + B + C

Simposium Guru, Mak

Formula Segitiga Bola


.Formula Cosinus
Cosa Cosb Cosc Sinb Sinc CosA
Cosb Cosc Cosa Sinc Sina CosB
Cosb
Cosc Cosa Sinc Sina CosB
.

Formula sinus
SinA SinB SinC

. Sina Sinb Sinc


Formula
analog
Cosinus

untuk

Sina CosB Cosb Sinc Sinb Cosc CosA


.Formula

S.Siregar, F

empat bagian

Cosa CosC
Sina Cotb SinC CotB
Simposium
Guru, Mak
8

Jarak sudut antara dua titik di permukaan bola langit

Cosd Sin 1 Sin 2 Cos 1Cos 2 Cos ( 1 2 )


Contoh
Hitung jarak sudut Boo dan Vir:
Boo : = 14h15m39s,7 = 2130,9154 dan = 19o10'57
Vir : = 13h25m11s,6 = 2010,2983 dan = -11o09'41
Cos d=0,840633 d = 320,7930
Dapat diaplikasikan untuk dua titik di Bumi bila posisi
geografisnya (,) diketahui. Transformasi dan
Jika d0 maka

Cos

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

Tata Koordinat Astronomi

Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:


Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2 belahan,
kutub utara dan kutub selatan
Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub-kutub
lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar utama
Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
Koordinat I: dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar
utama
Koordinat II: dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah kutub

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

10

Tata Koordinat Bumi


Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
Koordinat I: bujur, atau , dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0 < < 180 atau 0h < < 12h ke timur dan ke barat
Koordinat II: lintang , dihitung:
0 < < 90 ke arah KU, dan
-90 < < 0 ke arah KS

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

11

Tata Koordinat Bumi

= Longitude[EW]
=[+/-] Latitude

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

12

Tata Koordinat Horison


Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir
(N)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang
melalui meridian pengamat
Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan,
Barat, dan Timur adalah titik kardinal
Koordinat I: azimut, A diukur dari :

Utara ke arah Timur 0h < A < 180 , bagi pengamat


di belahan Bumi selatan
Utara ke arah Barat 0h < HA < 180 , bagi pengamat
di belahan Bumi utara

Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari


lingkaran horison:
0 < h < 90 ke arah Z, dan
-90 < h < 0 ke arah N

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

13

Tata Koordinat Horison

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

14

Tata Koordinat Ekuatorial I (HADEC)


Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan
perpotongan meridian pengamat dengan
lingkaran ekuator langit
Koordinat I: sudut jam HA, diukur dari titik
ke arah Barat:
0h < HA < 24h
Koordinat II: deklinasi, , diukur:
0 < < 90 ke arah KUL, dan
-90 < < 0 ke arah KSL

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

15

Tata Koordinat Ekuatorial I

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

16

Tata Koordinat Ekuatorial II (RADEC)


Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan
ekuator dan ekliptika
Koordinat I: asensiorekta, , diukur dari titik ke arah
timur:
0h < < 24h
Koordinat II: deklinasi, , diukur
0 < < 90 ke arah KUL, dan
-90 < < 0 ke arah KSL

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

17

Tata Koordinat Ekuatorial II (RADEC)

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

18

Tata Koordinat Ekliptika


Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE)
dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
Titik asal: Titik
Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik
ke arah timur:
0h < < 24h
Koordinat II: lintang ekliptika, , diukur dari
bidang ekliptika ke bintang :
0 < < 90 ke arah KUE, dan
-90 < < 0 ke arah KSE

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

19

Tata Koordinat Ekliptika

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

20

Lintasan Harian Benda Langit


Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang
sejajar
ekuator dan berjarak . Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut
sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90 dan h = 0.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

21

Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah) 90 ; jika:
90 - , untuk belahan bumi utara

- 90, untuk belahan bumi selatan


Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas) 90 ; jika:
- 90 , untuk belahan bumi utara
90 - , untuk belahan bumi selatan

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

22

Senja dan Fajar


Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih
dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di
bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang.
Selang antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak
zenitnya 108
disebut sebagai fajar atau senja.
* z = 90, h = 0 terbit/terbenam
* z = 96, h = - 6 fajar/senja sipil
* z = 102, h = -12 fajar/senja nautika
* z = 108, h = -18 fajar/senja astronomis

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

23

Pergerakan Tahunan Matahari


Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu
posisi pada koordinat ekuator juga
berubah
Dalam 1 tahun, berubah dari 0h
sampai 24h dan berubah dari -23.27
sampai + 23.27
Posisi titik tetap

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

24

Posisi Matahari dalam koordinat ekuator


II dan ekliptika
Tanggal

21 Maret

h
()
0

( )
0

h
()
0

( )
0

22 Juni

+23.27

23 Sept.

12

12

22 Des.

18

18

-23.27

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

lokasi

Titik musim semi


Titik musim
panas
Titik musim
gugur
Titik musim
dingin

25

Posisi titik terhadap Matahari dalam


peredaran harian dan tahunan Matahari
Tanggal

h
(
)

h
HA
(
)

21 Maret

22 Juni

-6

23 Sept.

12

-12

22 Des.

18

-18

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

26

Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.
Cahaya yang bergerak dengan kecepatan
cahaya
akan mengubah bayangan benda yang
melewati
suatu medium.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

27

Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan
adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.

Kecepatan cahaya di udara bergantung


kepada
temperatur dan tekanannya, sehingga
indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap
lapisan
atmosfer yang berbeda.
S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

28

Refraksi Astronomi : yaitu refraksi


terhadap sinar bintang akibat atmosfer
bumi.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

29

Refraksi di dalam atmosfer :


Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2 sin r,
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

30

sini1 v0

Di batas permukaan pertama:


sinr1 v1
sini 2 v1

Di lapisan berikutnya:
, dan seterusnya.
sinr2 v 2
Tetapi dengan geometri sederhana: r1 = i2 , r2 = i3 , dan seterusnya
Sehingga kita peroleh:
v
sini1 0 sinr1
v1

v0
sini2
v1

v0

v
1

v1

sinr2
v
2

v0
sinr2
v2

= ..........
v
0 sinrn
vn

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

31

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

32

Nilai v0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yangharganyakonstan.


Tetapi vn bergantungkepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah.
Pada temperatur (0C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur.
Di dalam TheAstronomical Almanac, hargak adalah:
k = 16.27" P(millibars)/ (273+TC)
Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan
dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di
horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

33

Efek refraksi pada saat Matahari atau


Bulan terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit
dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar
adalah 9035.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari 90, maka H+H adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z = 90 , dan z = 9035.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

34

Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi


atasnya berada di horison,
51dan semi diameter
H sec.sec.cosecH
Matahari adalah 16,
maka:
15
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi

Lintang tampak

Sudut refraksi

0
3521
1
2445
2
1824
3
1424
4
1143
10
518
30
141
60
034
90 F 000 Simposium Guru, Mak
S.Siregar,

35

Efek Refraksi pada asensiorekta


dan deklinasi.
= R sec sin
= R cos
dengan adalah sudut
paralaktik.

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

36

Presesi dan Nutasi

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

37

sin
sin

'
sin n
sin 90

sin
sin
sin n
cos

n sin sec
Newcomb (vide; Van de
Kamp, 1969)
n 20".0495

0.00557 sin sec


S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

38

Koreksi Semi diameter

Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka:


jarak zenit piringan Matahari adalah: z 90 R(z=90)
tinggi pusat Matahari adalah : h 0 R(z=90)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan
mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan
sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi
oleh
semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:
z 90 R(z=90) S
h 0 R(z=90) S
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h = 050
h = +008

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

39

Koreksi ketinggian di atas muka


Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
laut
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada
ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle
of dip), ,
adalah : = 1.93l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
= 1.78l (dalam satuan menit busur).
Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:
d = 3.57l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87l (dalam km).

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

40

Lama siang dan malam;

Cost0 Tg Tg
t0 setengah busur siang
-deklinasi matahari
-lintang pengamat
Kasus;
Lokasi pengamat ekuator =00
t0= 900 busur siang = 1800=12 jam
Matahari di ekutor =00 t0= 900 busur
siang = 1800=12 jam
Di kutub =900 dan =00 t0 busur siang
tidak ada titik terbenam/terbit

S.Siregar, F

Simposium Guru, Mak

41

You might also like