You are on page 1of 19

ANOREXIA NERVOSA

BARBIE NURDILIA - 1420221129

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 16 tahun menderita anorexia


nervosa. Meskipun dia tidak pernah megalami kelebihan berat badan
namun ia selalu melakukan kebiasaan diet dan semangat berolahraga,
khususnya sejak menstruasi pertama saat umur 13 th. Perubahan tubuh
yang diharapkannya berada di luar kendali kehendaknya. Pasien merasa
senang dengan kebiasaannya tersebut. Pasien merupakan murid teladan
dengan perilaku yang baik. Pasien seorang gadis yang pemalu, ia
memiliki beberapa teman namun lebih memilih berolahraga dan belajar
sendirian.

Orang tua pasien dibesarkan di warsaw dan ketika remaja bertahan


hidup di perkemahan nazi. Atahnya seorang pebisnis sukses yang sibuk
bekerja dan sering melakukan perjalanan bisnis. Ibunya seorang ibu
rumah tangga.

Berkurangnya berat badan pasien membuat orangtua pasien marah,


terkejut dan takut. Mereka marah karena pasien menolak untuk makan
dan menolak usaha mereka untuk menlong pasien. Mereka juga
ketakutan melihat kondisi fisik pasien seperti korban bencana. Pasien
memiliki kakak prempuan yang pernah memakai narkoba dan memiliki
prilaku seks yang buruk, orangtuanya menganggapnya sebagai
troublemaker.

Pasien kehilangan 30% dari berat tubuh idealnya dan menderita kakeksia
serta harus dirawat serta dikonsulkan untuk memenejemen nutrisinya.
Pasien berkeras untuk menambah bert badannya dengan menghabiskan
seluruh makanannya saat jam makan. Pasien sering kali erlihat
melakukan banyak gerkan tubuh dan melakukan pull up di bar ortopedi
dekat tempat tidurnya.

Meskipun pemasukan kalori ditingkatkan secara nyata dan perawat telah


melakukan usaha untuk membatasi aktivitas fisik pasien, pasien tetap gagal
untuk menambah berat badannya di rumah sakit. Setelah 3 minggu bahkan
pasien kehilagan beberapa pound dari berat badannya.

Pasien dikonsulkan ke pskiatri. Staff medis percaya bahwa pasien sebenarnya


hanya memerlukan perhatian dan dukungan emosional. Sebagian perawat
meyakini bahwa makanan yang diberikan telah dibuang atau dimuntahkan
kembali oleh pasien. Mereka pun mulai merasa bahwa nutrisi secara
parenteral dibutuhkan. Psikiater mengatakan bahwa perbedaan pendapat
semacam itu umum di kalangan tenaga medis yang berusaha untuk
membantu pasien anorexia nervosa. Karena pasien juga memiliki konflik
terhadap otonomi dan kemandirian yang ingin diperhatikan namun takut
terlalu dikontrol oleh orang tua dan ingin mandiri namun dselimuti oleh rasa
takut akan kesepian.

Pasien dikirim ke ruangan pskiatri dimna dia diperlakukan sesuai dengan


protokol modifikasi perilaku berdasarkan pada prinsip-prinsip pengkondisian
operan. Berat badannya lalu bertmbah dengan cepat, karena dengan begitu
menurut pasien, pasien dapat keluar dari rumah sakit. Pasien mengatakan
karena ia tidak memiliki pilihan selain makan (jika pasien tidak mau makan
pasien akan diberikan nutrisi secara parenteral melalui NGT).

Setelah keluar dari rumah sakit, pasien kembali kehilangan berat badan yang
diperolehnya dengan cepat dan kembali dirawat di ruangan pskiatri dalam
kurun waktu kurang dari 6 bln. Meskipun ia sangat amat kurus namun ia
membenci dirinya sendiri karena merasa dirinya gendut. Dia berkata mekipun
orang-orang mengatakan dirinya kurus namun ia tetap erasa gendut. Pasien
juga mengatakan bahwa pasien tidak memiliki kesempatan untuk memelihara
berat badannya dengan cranya sendiri setelah mendapatkan terapi perilaku
dengan protokol modifikasi.

Selama perawatan yang kedua kalinya di rumah sakit, pasien lebih


responsif dan lebih intensif dalam menjalani psikoterapi. Dia merasa
didukung atas ausahanya untuk mengerti otonomi personalnya dan
mengidentifikasi bahwa kendalinya terhadap makanan dan bentuk
tubuh merupakan otonomi yang salah. ia kecenderungannya untuk
membagi anggota staf menjadi pengasuh "semua baik" dan "semuanya
buruk, terkait ini ia cenderung untuk melihat orang umumnya dengan
cara ini dan kesulitan dalam bertoleransi dan memilah perasaan yang
campur aduk.

Pasien juga mengungkapkan bahwa ia marah kepada orangtuanya,


khususnya pada ibunya yang kadang mengatakan menyayanginya
namun kadang juga mengatakan membencinya. Ia kadang ingin berada
jauh dari ibunya namun merasakan kekosongan dan kesepian. Sebuah
pemikiran bahwa anorexia nervosa yang diidapnya dapat
menyelesaikan konfliknya tersebut. Dengan melaparkan dirinya dan
membuat dirinya seperti kakeksia ia bisa mengidentifikasi ibunya, yang
sebagai seorang remaja dipenjara di kamp konsentrasi Jerman dan
memelihara ibunya yang panik tentang penurunan berat badan nya.

Sepanjang proes terapi, pasien juga dilaporkan menyukai kematian dan


melakukan beberapa ritual yang menghibur dirinya seperti setiap
malam sebelum tidur pasien melompat di papan, jika ia berhail lompat
diatas 5 kaki dia akan senang dan dia merasa tidak akan mati saat tidur.
Ritul lain adalah menggerak-gerkan tubuh untuk melawan hal-hal
mengerikan yang ia bayangkan akan terjadi. Pasien juga mengatakan
takut bertambh tua dan takut mati

Terapi keluarga juga dilakukan. Orang tua seharusnya dapat


mendiskusikan konflik-konflik di dalam keluarga secara terbuka. Ibunya
mengatakan bahwa ia sangat merindukan orangtuanya yang tewas saat
bencana dan menyadari bahwa tindakannya terlalu terlibat dengan
anak-anaknya adalah bentuk kompensasi dari hal tersebut.

Pasien memperoleh kembali berat badannya dan tetap berada di rumah


akit selama 4 minggu untuk melaukan latihan pemeliharaan. Dalam
follow up 6 bulan kemudian pasien mampu memelihara berat badannya
ke berat badan ideal.

Anoreksia Nervosa
Rasa takut berlebih akan kenaikan BB yang
mengakibatkan kurangnya minat untuk makan dan
menjaga BB dalam rentang normal

Epidemiologi

Prevalensi di dunia 0,3-1% pada wanita dan 0,1-0,3% pada pria

Banyak pada orang berkulit putih

Paling banyak usia dewasa muda atau remaja (13-18 tahun) serta
ekonomi menengah keatas

Rasio laki:perempuan = 1:10-20

Faktor predisposisi
Faktor biologis
penekanan fungsi tiroid, amenore, yang mencerminkan penurunan kadar
hormonal. Kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian makanan kembali.

Faktor social
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang
menekankan kekurusan dan latihan.

Faktor psikologis dan psikodinamis


Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha
untuk meraih pengakuan sebgai orang yang unik dan khusus.

Faktor presidosisi
Perempuan
Riwayat gangguan makan pada keluarga
Kepribadian perfeksionis
Ganguan mengontrol diri

1. Penolakan untuk menjaga berat badan pada rentang normal sesuai


umur dan TB yang menyebabkan adanya perubahan BB yang hanya
85% dari BB yang ditargetkan
2. Ketakutan berlebih akan peningkatan BB, dan gemuk, walaupun sudah
kurus
3. Ketidaknyamanan terhadap bentuk tubuh atau BB
4. Terjadi amenorhea pada wanita postmenarke (tidak menstruasi selama
3 siklus berturut-turut)

DSM-IV Kriteria Diagnostik

Klasifikasi

Restricting type : Pasien menolak untuk makan dan tidak ada


kebiasaan muntah dengan sengaja

Binge-eating type : pasien makan namun ada kebiasaan untuk


muntah dengan sengaja

Diagnosis multiaxial

Axis 1 : 307.1 Anorexia Nervosa

Axis 2 : Butuh eksplorasi

Axis 3 : kakeksia, malnutrisi

Axis 4 : masalah dengan primary support group (keluarga)

Axis 5 :GAF HLPY 80-71,


GAF current 70-61

Tatalaksana
1.

Terapi kognitif

2.

Terapi Interpersonal

3.

Family therapi

4.

Assestment nutrisi dan Refeeding

5.

Edukasi dan modalitas keluarga, edukasi pasien

6.

Farmakoterapi : Fluoxetine/SSRI

7.

Monitoring

Prognosis

Prognosis pada usia dibawah 11 tahun : lebih buruk

Bergantung dari IMT pasien, keterlibatan organ

Adanya komorbid berupa gangguan psikiatri lain dapat memperburuk


prognosis

Hubungan dengan keluarga yang baik dapat membantu prognosis

You might also like