You are on page 1of 24

REFLEKSI KASUS

PENANGANAN ASMA DALAM UNIT GAWAT


DARURAT

Cakupan Pembahasan

Kasus
Pembahasan
Simpulan

Kasus
Nama
Jenis

: KBC

Kelamin : Laki-laki

Umur

: 8 tahun

Alamat

: Sidan Kaja, Gianyar

Agama

: Hindu

Suku

: Bali

Ruang
No

RM

Rawat : Abimanyu
: 465829

Resume Kasus

Keluhan utama : Sesak

Pasien datang dengan keluhan sesak sejak pagi


hari pukul 05.00 wita. Sesak napas dikatakan
memberat dan tidak berubah dengan perubahan
posisi. Pasien juga mengalami keluhan batuk
sejak 1 hari yang lalu, batuk dikatakan berdahak,
dahak (+) dikatakan berwarna putih. Pasien tidak
mengalami keluhan lain seperti demam, pilek,
mual, muntah, dan mencret.

2. Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien dikatakan memang mempunyai riwayat sesak dan
1 bulan yang lalu pasien sempat opname dengan infeksi
paru. Pasien sudah sempat datang ke ugd pukul 20.00
wita dan sudah membaik, namun kembali sesak pukul
05.00 wita.
3. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak ditemukan ada yang


menderita keluhan yang sama. Riwayat
penyakit kronis seperti asma, diabetes mellitus,
ataupun penyakit kronis lainnya pada pasien
dan keluarga disangkal.
4. Riwayat Pribadi/Lingkungan/Sosial
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Pasien sehari-hari diasuh oleh orang tuanya.

5. Riwayat Persalinan
Lahir dengan UK dikatakan cukup
bulan, BBL 3.200 gram, dengan
panjang badan lupa, LK/Lila lupa.
Dikatakan segera menangis setelah
lahir.
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dikatakan sudah lengkap.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran

: compos mentis

TD

: 110/80

Nadi

: 120 x/menit

suhu
Laju

aksila

: 36,6 C,

napas : 45 x/menit.

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : normocephali
Mata: konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-),
hiperemis (-/-), RP (+/+ isokor)
THT:
Telinga: sekret (-)
Hidung
: sekret (-) nafas cuping
hidung (-)
Tenggorok : faring hiperemis (-), T1/T1

STATUS GENERALIS

Thoraks:
Inspeksi
: Simetris (+) saat statis
dan dinamis
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tak nampak
Auskultasi: S1S2 normal reguler,
murmur (-)
Paru :
Palpasi
: Gerakan dada simetris
Auskultasi: B. Vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (+/+)

STATUS GENERALIS

Abdomen:
- Inspeksi : Distensi (-)
- Auskultasi : BU (+) meningkat
- Palpasi
: hepar-lien tidak teraba
- Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : Hangat
<2 detik

CRT :

DIAGNOSIS
Asma persisten
sedang derajat
serangan sedang

Penatalaksanaan

MRS

Nebul Ventolin 0,1 mg/kg/x~3,1mg/x


diencerkan dengan Nacl 0,9% s/d 4mg/x
diberikan @4jam

O2 sungkup 3 Lpm

IVFD D5 NS1720ml/hari ~ 24 tpm makro

Ambroxol syr1,2mg/kg/hari ~ 32,2mg ~


3xcth II

Metyl Prednisolon tab 0,1mg/kg ~ 3,1 mg


~ 3 x tab I

Pembahasan

Patofisiologi asma sebagai


dasar terapi

Inflamasi kronik adalah


dasar dari penyakit asma,
oleh karena itu obat-obat
anti inflamasi merupakan
obat yang tepat

Short Acting -Agonis


dalam terapi Asma di UGD

Inhalasi 2-agonis dipercaya dapat memberikan efek


bronkodilatasi yang lebih baik

Short Acting -Agonis dalam


terapi Asma di UGD

Obat simpatomimetik selektif


2 ini memiliki manfaat
yang besar dan bronkodilator
yang paling efektif
dengan efek samping
yang minimal pada terapi
asma.

Pemberian langsung melalui


inhalasi akan meningkatkan
bronkoselektifitas,
memberikan efek yang lebih
cepat dan memberikan efek
perlindungan (dibandingkan
sistemik)

Ketepatan dosis
2 -Agonis

Dosis pemberian
Salbutamol yang
seharusnya adalah 2 mg
setiap 6-8 jam untuk anak
usia 6-12 tahun

Dosis yang tidak tepat dari


Salbutamol akan
membahayakan pasien
mengingat obat tersebut
diberikan bersama obat
golongan kortkosteroid.
Kedua obat ini dapat
memperparah kondisi
hypokalemia

Corticosteroid dalam terapi


asma

Methylprednisolone lebih dipilih karena merupakan preparat


oral golongan steroid yang bersifat short actings, efek
mineralokortikoidnya minimal, masa kerjanya pendek sehingga
efek sampingnya lebih sedikit serta efeknya terbatas pada otot.

Ketepatan dosis
corticosteroid

Untuk kesesuaian dosis


yang diterima pasien
sudah sepenuhnya tepat
dosis

methylprednisolone pada
anak menurut Depkes RI
tahun 2007 adalah 0,142 mg/kgBB/hari dalam
empat dosis terbagi
setiap 6 jam

Mukolitik dalam terapi


asma

Mukolitik merupakan obat


batuk yang bekerja dengan
cara mengencerkan sekret
saluran pernafasan dengan
jalan memecah benangbenang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum.

Meskipun banyak digunakan,


obat ini bukanlah terapi utama
pada asma melainkan terapi
tambahan untuk mengurangi
batuk yang merupakan salah
satu gejala asma yang muncul
pada anak.

Ketepatan dosis
Mucolitic

mukolitik yaitu Ambroxol


dalam kasus juga dinilai
tepat dosis pemberian

Dosis pemberian yang


dianjurkan untuk obat ini
adalah 1,2-1,6 mg/
kgBB/hari setiap 8-12 jam.

Pemberian dosis pada setiap


pasien sudah tepat
mengingat efek samping
yang dapat ditimbulkannya.

Interval pemberian obat


Pereda asma

Interval pemberian
methylprednisolone
dengan rute oral
menurut literatur
adalah setiap 6-12
jam,

Salbutamol setiap 6-8


jam, dan;

Ambroxol setiap 6-12


jam

Seluruh pemberian
telah sesuai dengan
pustaka

Interval pemberian obat


Pereda asma

Dosis yang terlalu


tinggi atau interval
yang terlalu sering
dapat menimbulkan
efek toksis,

sedangkan dosis
terlampau rendah
atau interval yang
terlalu jarang tidak
menghasilkan efek

25

You might also like