You are on page 1of 14

Asuhan Keperawatan Kegawatan

Trauma Sistem Urinaria

TRAUMA GINJAL
Kejadian trauma terhadap ginjal baik satu

ginjal atau keduanya selalu terjadi/mengikuti


karena adanya trauma mekanis baik trauma
penetrasi atau trauma benda tumpul
terhadap punggung, flank, dan abdomen
(Ignatavicus dan Bayne:1991)

ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, trauma ginjal
dibagi atas:
Trauma tumpul (blunt trauma)
Trauma tembus (penetrating trauma):
1.
2.

Trauma tajam
Trauma tembak

KLASIFIKASI

PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

Mungkin tidak ditemukan

tanda klinis
Bengkak dan memar
daerah pinggang
Distensi abdomen akibat
penimbunan darah atau
urine
Dapat terjadi ileus
Respiratory distress akibat
penekanan diafragma
Takikardi dan hipotensi
oleh hipovolemia
Hematuria

IVP
Angiografi renal
Renal scan
CT Scan
USG Abdomen

PENATALAKSANAAN
Trauma tembus

Trauma tajam dan luka tembak harus dikerjakan laparotomi


eksplorasi, irisan transperitoneal
Trauma tumpul
Terdapat 2 macam pengelolaan, yaitu non operatif (konservatif)
dan operatif.
Merupakan indikasi operasi bila terdapat :
I. Perdarahan yang sulit diatasi secara konservatif
II. Ekstravasasi urine (urinoma)
III.Infeksi berat sehingga timbul abses
Pengelolaan konservatif pada prinsipnya sebagai berikut :
Bed rest total
Diberikan antibiotika yang broad spektrum
Diberikan penggantian cairan/darah sesuai yang diperlukan
Pemeriksaan berkala secara tetap terhadap tanda-tanda

vital, status lokalisasi, hemoglobin, hematokrit


Serial urine

TRAUMA URETER
Trauma ini jarang terjadi, gejala dini sulit,

gejala baru tampak bila sudah ada tandatanda infeksi karena ada urine infiltra, gejala
ginjal atau anuria/oliguria.
Etiologi
Eksternal : luka tembak, luka tusuk, operasi

daereh pelvis
Internal : tindakan endourologi, RPG,
ureteroskopi, stenting ureter.

Manifestasi Klinis
Nyeri abdominal
Massa abdominal
Demam yang tidak diketahui penyebabnya
Gejala gagal ginjal dengan segala

komplikasinya.

Penatalaksanaan
Tindakan tergantung pada :
Lamanya cedera
Lokasi
Kondisi ureter dan buli-buli
Kondisi umum : sepsis, abses,
perdarahaneterovaginal atau fistel uterokutan

TRAUMA BLADDER
Cedera pada bladder dapat terjadi

mengikuti fraktur pelvis dan multiple


trauma atau dari tekanan abdomen bawah
disaat kandung kemih penuh. Ruptur
dinding kandung kemih dapat terjadi baik
ekstraperitoneal ataupun intraperitoneal.
Komplikasinya berupa perdarahan, shock,
sepsis dan ekstravasasi (smeltzer dan Bare,
2000)

eTIoLoGi
Trauma tumpul pada panggul yang mengenai
buli-buli.
Trauma tembus.
Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan
operasi Trans uretral Resection ( TUR )
Tanda dan gejala
Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.
Hematuria.
Ketidakmampuan untuk buang air kecil.
Regiditas otot.
Ekstravasase urine.
Suhu tubuh meningkat.
Syok.
Tanda-tanda peritonitis

TRAUMA URETRA
Penyebab :
Batu uretra, benda asing
Instrumentasi pada uretra.
Trauma dari luar: Straddle injury,
biasanya mengenai uretra anterior, Cedera
tulang pelvis, mengenai uretra posterior.
Persalinan lama
Ruptur yang spontan (biasanya didahului
oleh striktur uretra)

Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d

Kerusakan jaringan ( trauma ),

ditandai dengan :
Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang
terkena.
Adanya nyeri tekan pada daerah yang terkena.
Ekspresi wajah meringis / tegang

Intervensi :
Kaji skala

nyeri, catat lokasi, lama, intensitas


dan karakteristiknya.
( Rasional : Perubahan dalam lokasi atau
intensitas tidak umum tetapi dapat
menunjukkan adanya komplikasi ).
Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler.
( Rasional : Mmemudahkan drainase cairan /
luka karena gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan ).

Gangguan eliminasi urine s/d trauma

bladder ditandai dengan hematuria.

Intervensi
Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya.
( Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi
ginjal dan keseimbangan cairan ).
Observasi adanya darah dalam urine.
( Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal
dapat menyebabkan sepsis ).
Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai
hematuri hilang.
( Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi
yang tersedia difokuskan untuk proses penyembuhan pada
ginjal ).
Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus
berlangsung.
( Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat
meminimalkan kecacatan ).

Gangguan pemenuhan aktifitas s/d

kelemahan fisik sekunder terhadap


trauma, ditandai dengan :
Klien tampak lemah.
Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga.

Intervensi
Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 4.
( Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas
dan bantuan yang diberikan ).
Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
( Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah
seluruh tubuh dan mencegah penekanan pada
daerah tubuh yang menonjol ).
Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.

Potensial syok hipovolemia s/d


pemutusan pembuluh darah
Intervensi
Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaran pasien.

( Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi


awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung)
Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.
( Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki
curah jantung )
Berikan O2 sesuai kebutuhan.
( Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan
kerja jantung ).
Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan.
( Rasional : Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang
sedang berlangsung ).
Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan
tindakan bedah.
( Rasional : Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan
yang lebih memburuk ).

Potensial infeksi b.d adanya luka


trauma
o Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tekhnik
cuci tangan yang baik.
( Rasional : Cara pertama untuk menghindari infeksi nasokomial ).
o Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan seperti adanya
inflamasi.
( Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk
melakukan tindakan segera dan pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya ).
o Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam dan
menggigil.
( Rasional : Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang
selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera ).
o Berikan antibiotik sesuai indikasi.
( Rasional : Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien yang
mengalami trauma / perlukaan )

You might also like