Professional Documents
Culture Documents
OF RESPIRATORY SYSTEM
Farmakology
Kelompok 2 :
AWALYN PUTRI N.C
(125070218113012)
INNANI WILDANIA H.
(125070218113028)
RISSA DEVI PUTRI K.
(125070218113038)
SASMITO UTOMO
(125070218113062)
TRIREZIKA DIANINGRUM
(125070218113026)
Pembahasan
A.
B.
C.
D.
E.
Agonis Beta 2
Kortikosteroid
Golongan Xantin
Antikolijernik
Penstabil Sel Mast
1. Agonis Beta 2
Farmakodinamik
Agonist beta dikembangkan melalui modfikasi
dari molekul epineprin untuk memberikan
interaksi dengan reseptor beta-1 dan beta-2.
Modifikasi
yang
lebih
jauh
adalah
memberikan reseptor beta-2 pada otot halus
bronki untuk mendapatkan bronkodilatasi
tanpa memberikan efek takikardi dengan cara
mengaktifkan reseptor beta-1 pada otot
jantung. Agen tersedia dengan inhalasi yang
selektif untuk beta-2 reseptor adregenik yang
lebih baik digunakan untuk terapi asma.
Farmakokinetik
Sediaan
Indikasi
Kontraindikasi
Efek Samping
Cemas
Tremor, berkeringat, agitasi
Palpitasi
Meningkatkan detak jantung
Menurunkan kadar potassium dalam
darah
2. Kortikosteroid
Definisi
Kortikosteroid adalah tiga kelompok hormon
steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal
glukokortikoid, mineralokortikoid dan hormon
seks.
Kortikosteroid
sintetik
seperti
prednisolon dan deksametason digunakan
untuk mnedapat efek anti-inflamasi dan
imunosupresi yang dimilikinya (misalnya pada
asma, penyakit inflamasi usu, artritis
reumatoid, beberapa kondisi kompleks atay
setelah bedah transplantasi).
Farmakodinamik
Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid
berdifusi atau ditranspor menembus sel membran
dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik
glukokortikoid heat-shock protein kompleks. Heat
shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks
hormon reseptor ditranspor ke dalam inti, dimana
akan berinteraksi dengan respon unsur respon
glukokortikoid pada berbagai gen dan protein
pengatur
yang
lain
dan
merangsang
atau
menghambat ekspresinya. Pada keadaan tanpa
adanya hormon, protein reseptor dihambat dari
ikatannya dengan DNA; jadi hormon ini tidak
menghambat kerja reseptor pada DNA.
Farmakokinetik
Kortisol
dan
analog
sintetiknya
pada
pemberian oral diabsorpsi cukup baik. Untuk
mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam
cairan tubuh, ester kortisol dan derivate
sintetiknya diberikan secara IV. Untuk
mendapatkan efek yang lama kortisol dan
ester diberikan secara IM. Perubhan struktur
kimia sangat mempengaruhi kecepatan
absorpsi, mula kerja dan lama kerja karena
juga
mempengaruhi
afinitas
terhadap
reseptor, dan ikatan protein.
Sediaan
1. Kortikosteroid sistemik (metilprednisolon, prednisolon,
prednison)
7,5 60 mg PO per hari atau setiap 2 hari
40 60 mg PO per hari selama 3 10 hari
2. Kortikosteroid inhalasi
Beklometason
*42 g/hirup = 4 -20 semprot/hari
*84 g/hirup = 2 -10 semprot/hari
Budesonid
*200/dosis = 1-3 + inhalasi/hari
Triamsinolon
*100g/isapan = 2 -20 semprot/hari
Efek Samping
Serak
Mulut kering
Batuk
ulkus peptikum
Osteoporosis
supresi adrenal
miopati steroid
katarak.
3. Xantin
Farmakodinamik
Farmakokinetik
a. Sediaan
100-200 mg, setiap 6-12 jam, atau 1-3
mm/kg, setiap 8jam
b. ndikasi
Obstruksi saluran napas yang reversible,
dan serangan asma yang berat.
c. Kontraindikasi
Epilepsy
Infark Paru
Efek Samping
4. Antikolijernik
Farmakodinamik
Indikasi
Kontraindikasi
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
terahadap
ipratropium,
atropine, bromide
Hindari
penggunaannya
selama spassme
bronkus akut
Penggunaan hati-hati pada pasien dengan
obstruksi leher kandung kemih, hipertrofi
prostat, glaucoma atau retensi urin
Penggunaan hati-hati juga kepada passion
lansia karena dapat lebih rentan terhadap
efeknya
Efek Samping
Kekeringan mulut
Penglihatan mengabur
Berkemih anyang-anyangen
Palpitasi
Flushing
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Kontraindikasi
Ulkus peptikum
Riwayat kejang
Ibu hamil
Tidak untuk serangan akut
Efek Samping
Batuk
Bronkospasme
Iritasi tenggorokan
Mual
Muntah
Inhalasi
Pusing
Serak
Wheezing
SEKIAN TERIMAKASIH !