You are on page 1of 33

MORNING REPORT

Periode 28 Agustus 2016 6

IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
TTL

: Nn. D
: 19 tahun
: Perempuan
: Purbalingga, 7 Desember 1996

Alamat

: Jakarta Timur

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Batuk berdarah sejak 5 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Lemas, pusing, tidak nafsu makan, demam, sering berkeringat
di malam hari, penurunan berat badan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 5 hari SMRS.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan banyak seukuran aqua gelas.
Semakin hari darah yang keluar semakin sedikit namun selalu ada. Pasien
jadi merasa lemas, pusing, pandangan berkunang-kunang, dan tidak nafsu
makan. Pasien juga mengeluh sesak dan lebih nyaman menggunakan bantal
tinggi jika tiduran. Pada malam hari pasien sering berkeringat sehingga
pakaian menjadi lembab, dan terjadi penurunan berat badan akhir akhir ini.

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan seperti ini belum pernah dialami
sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan dan
obat-obatan disangkal

Keluhan batuk berdarah pada keluarga


disangkal

Riwayat Psikososial

Riwayat Pengobatan

Pasien sering menghirup udara


rokok di tempat kerja

Saat ini pasien tidak dalam pengobatan


apapun
dan tidak mengkonsumsi obat-obatan

Minum minuman beralkohol


disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran

: Composmentis

Status Gizi

Tanda-tanda vital
Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Nadi

: 68 x/menit

BB sebelum sakit : 47 Kg

Suhu

: 36.7o C

BB ketika sakit

Pernapasan

TB

: 44 Kg

: 157 Cm

: 25 x/menit

Status generalis
Kepala

: Normocephal

Mata

: CA +/+, SI -/-

Hidung

: Deviasi Septum (-), Sekret -/-, Darah -/-

Telinga

: Normotia

Mulut

: Mukosa oral basah

THORAX

PARU
Inspeksi: dinding dada simetris

Palpasi: vocal fremitus kuat


Perkusi: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-

Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi: Ictus cordis teraca di ICS V dextra
Perkusi:
Batas atas

= ICS II parasternal line S&D

Batas kanan

= IVS IV parasternal line D

Batas kiri

= ICS VI axila line S

Auskultasi: BJ I II murni regular, murmur (-), gallop (-)

JANTUNG

ABDOMEN
Inspeksi: Datar
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi: Supel, nyeri tekan
Perkusi: Timpani 4 kuadran abdomen.
EKSTREMITAS
Atas
Akral

hangat

Edema

CRT

< 2 detik

Bawah

hangat
/

< 2 detik

RESUME
Perempuan berusia 29 tahun datang dengan keluhan hemoptisis sejak 5 hari SMRS. Darah
yang keluar berwarna merah segar dan banyak seukuran aqua gelas. Semakin hari darah yang
keluar semakin sedikit namun selalu ada. Pasien jadi merasa lemas, pusing, pandangan
berkunang-kunang, dan tidak nafsu makan. Pasien juga mengeluh sesak dan lebih nyaman
menggunakan bantal tinggi jika tiduran. Pada malam hari pasien sering berkeringat sehingga
pakaian menjadi lembab, dan terjadi penurunan berat badan akhir akhir ini. Keluhan ini baru
pertama kali dirasakan. Riwayat konsumsi OAT disangkal. Riwayat kontak dengan orang sekitar
yang menderita gejala sama disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran composmentis, TTV normal. Status generalis didapatkan konjungtiva
anemis +/+, auskultasi paru VBS+/+, ronkhi -/-, wheezing -/-. Pemeriksaan fisik lainnya dalam
batas normal. Pada pemeriksaan sputum BTA didapatkan BTA negative. Pemeriksaan hematologi
rutin

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Hematologi Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER

12.2
8.89
38
228
5.11
L 75
L 24
L 32

g/dL
103/L
%
103/L
106/L
fL
pg
g/dL

Nilai
Rujukan

11.7 15.5
3.60 11.00
35 47
154 386
3.80 5.20
80 100
26 34
32 36

Metode

SLSHemoglobin
Flow
Cytometry
CPHD Method
Flow
Cytometry
Flow
Cytometry
Calculation
Calculation
Calculation

Pemeriksaan
Hasil
Mikrobiologi

Pulasan tahan

asam
Sputum 1
Spesimen
29-08-2016
Spesimen diterima tgl 7:52
Hasil
BTA (-) negatif

Mikrobiologi

Pulasan tahan

asam
Sputum 2 18:52
Spesimen
29-08-2016
Spesimen diterima tgl BTA (-) negatif
Hasil

Mikrobiologi

Pulasan tahan
Sputum 3 14:55
asam
30-08-2016
Spesimen
(-) negatif
Spesimen diterima tgl BTA

Hasil

Metode

Pewarnaan Ziehl
Nelsen

Pewarnaan Ziehl
Nelsen

Pewarnaan Ziehl
Nelsen

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Diet TKTP
Free flow oxygen by nasal canule 2L
Medikamentosa
IVFD RL
Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)
3 tablet 4KDT
Curcuma

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bersifat sistemik sehingga
dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar kasus TB dan kematiannya terjadi di negara-negara
berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49
tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi, maka lebih
dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi
di Asia

ETIOLOGI
Mycobacteriu
m

M.
tuberculosi
s

M.
africanum

M. bovis

MOTT
(Mycobacterium
Other Than TB)

M. leprae

etc

PATOGENESIS

GEJALA KLINIS
Demam
Batuk / batuk darah
Sesak nafas
Nyeri dada
Malaise

PEMERIKSAAN FISIK
Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
(subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.
Dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka di dapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronchial.
Suara napas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring.
Bila infiltrate ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi
vesicular melemah.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.

Atrofi dan retraksi otot-otot interkostal, pada Tb lanjut dgn fibrosis luas
Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang
sehat lebih menjadi hiperinflasi.
Didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardia,
sianosis, right ventricular lift, right arterial gallop, murmur Graham-steel, bunyi P2 yang
mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, asites dan edema.

Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali. Dalam penampilan klinis, TB paru sering
asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatnya kelainan radiologis dada pada
pemeriksaan rutin atau uji tuberculin yang positif.

DIAGNOSIS
Dalam upaya pengendalian TB secara nasional, maka dx TB paru pada orang
dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan bakteriologis yg dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis
langsung, biakan, dan tes cepat.
Apabila pemeriksaan secara bakteriologis (-), maka dx berdasarkan Klinis dan
foto thorax
Pada sarana terbatas, dx secara klinis setelah pemberian terapi AB spectrum
luas (Non OAT dan Non Kuinolon) yang tidak memberikan perbaikan klinis
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdaarkan pemeriksaan foto toraks
saja.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologis
2. Pemeriksaan Darah
3. Pemeriksaan Sputum
4. Tes Tuberkulin

JENIS, SIFAT DAN DOSIS OAT


Jenis OAT

Sifat

Dosis yang direkomendasikan


(mg/kg)
Harian

3xseminggu

Isoniazid (H)

Bakterisid

5 (4-6)

10 (8-12)

Rifampicin (R)

Bakterisid

10 (8-12)

10 (8-12)

Pyrazinamide (Z)

Bakterisid

25 (20-30)

35 (30-40)

Streptomycin (S)

Bakterisid

15 (12-18)

15 (12-18)

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

15 (15-20)

30 (20-35)

PADUAN OAT DAN KATEGORINYA


Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru

Berat Badan

30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg

Tahap Intensif
tiap hari selama 56
hari
RHZE
(150/75/400/275)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT

Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu
RH (150/150)
2
3
4
5

tablet
tablet
tablet
tablet

2KDT
2KDT
2KDT
2KDT

Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Berat Badan

30-37 kg

38-54 kg

55-70 kg

71 kg

Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Selama 56 hari
2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin
inj.
3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin
inj.
5 tab 4KDT
+ 1000mg Streptomisin

Selama 28 hari
2 tab 4KDT

Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) +
E(400)
selama 20 minggu
2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol

3 tab 4KDT

3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol

4 tab 4KDT

4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol

5 tab 4KDT

5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol

OAT Sisipan (HRZE)


Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang
diberikan selama sebulan (28 hari).

Berat Badan

Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari


RHZE (150/75/400/275)

30 37 kg

2 tablet 4KDT

38 54 kg

3 tablet 4KDT

55 70 kg

4 tablet 4KDT

71 kg

5 tablet 4KDT

EFEK SAMPING OBAT DAN PENATALAKSANAAN

Efek Samping

Penyebab

Penatalaksanaan

Tidak ada nafsu makan,


mual, sakit perut

Rifampisin

Semua OAT diminum malam


sebelum tidur

Nyeri Sendi

Pirasinamid

Beri Aspirin

Kesemutan s/d rasa ter


bakar di kaki

INH

Beri vitamin B6 (piridoxin)


100mg per hari

Rifampisin

Tidak perlu diberi apa-apa, tapi


perlu penjelasan kepada
pasien.

Warna kemerahan pada air


seni (urine)

EFEK SAMPING BERAT OAT


Efek Samping

Penyebab

Penatalaksanaan

Gatal dan kemerahan kulit

Semua jenis OAT

Ikuti petunjuk
penatalaksanaan dibawah *).

Tuli

Streptomisin

Streptomisin dihentikan.

Gangguan keseimbangan

Streptomisin

Streptomisin dihentikan, ganti


Etambutol.

Ikterus tanpa penyebab lain

Hampir semua
OAT

Hentikan semua OAT sampai


ikterus menghilang.

Hampir semua
OAT

Hentikan semua OAT, segera


lakukan tes fungsi hati.

Etambutol

Hentikan Etambutol.

Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin

Hentikan Rifampisin.

Bingung dan muntahmuntah


(permulaan ikterus karena
obat)
Gangguan penglihatan

KOMPLIKASI
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi terbagi atas komplikasi dini
dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,
Poncets arthropathy.
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindroma gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

PENCEGAHAN
Vaksinasi BCG pada bayi / anak
Terapi pencegahan Kemoprofilaksis pada Penderita HIV/AIDS
INH dosis 5 mg/ kg BB ( tdk lebih 300 mg) sehari selama
minimal 6 bulan
Pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan

You might also like