Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
TTL
: Nn. D
: 19 tahun
: Perempuan
: Purbalingga, 7 Desember 1996
Alamat
: Jakarta Timur
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Batuk berdarah sejak 5 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Lemas, pusing, tidak nafsu makan, demam, sering berkeringat
di malam hari, penurunan berat badan
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan dan
obat-obatan disangkal
Riwayat Psikososial
Riwayat Pengobatan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
Status Gizi
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 68 x/menit
BB sebelum sakit : 47 Kg
Suhu
: 36.7o C
BB ketika sakit
Pernapasan
TB
: 44 Kg
: 157 Cm
: 25 x/menit
Status generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
: CA +/+, SI -/-
Hidung
Telinga
: Normotia
Mulut
THORAX
PARU
Inspeksi: dinding dada simetris
Batas kanan
Batas kiri
JANTUNG
ABDOMEN
Inspeksi: Datar
Auskultasi: BU (+) normal
Palpasi: Supel, nyeri tekan
Perkusi: Timpani 4 kuadran abdomen.
EKSTREMITAS
Atas
Akral
hangat
Edema
CRT
< 2 detik
Bawah
hangat
/
< 2 detik
RESUME
Perempuan berusia 29 tahun datang dengan keluhan hemoptisis sejak 5 hari SMRS. Darah
yang keluar berwarna merah segar dan banyak seukuran aqua gelas. Semakin hari darah yang
keluar semakin sedikit namun selalu ada. Pasien jadi merasa lemas, pusing, pandangan
berkunang-kunang, dan tidak nafsu makan. Pasien juga mengeluh sesak dan lebih nyaman
menggunakan bantal tinggi jika tiduran. Pada malam hari pasien sering berkeringat sehingga
pakaian menjadi lembab, dan terjadi penurunan berat badan akhir akhir ini. Keluhan ini baru
pertama kali dirasakan. Riwayat konsumsi OAT disangkal. Riwayat kontak dengan orang sekitar
yang menderita gejala sama disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran composmentis, TTV normal. Status generalis didapatkan konjungtiva
anemis +/+, auskultasi paru VBS+/+, ronkhi -/-, wheezing -/-. Pemeriksaan fisik lainnya dalam
batas normal. Pada pemeriksaan sputum BTA didapatkan BTA negative. Pemeriksaan hematologi
rutin
Hasil
Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
12.2
8.89
38
228
5.11
L 75
L 24
L 32
g/dL
103/L
%
103/L
106/L
fL
pg
g/dL
Nilai
Rujukan
11.7 15.5
3.60 11.00
35 47
154 386
3.80 5.20
80 100
26 34
32 36
Metode
SLSHemoglobin
Flow
Cytometry
CPHD Method
Flow
Cytometry
Flow
Cytometry
Calculation
Calculation
Calculation
Pemeriksaan
Hasil
Mikrobiologi
Pulasan tahan
asam
Sputum 1
Spesimen
29-08-2016
Spesimen diterima tgl 7:52
Hasil
BTA (-) negatif
Mikrobiologi
Pulasan tahan
asam
Sputum 2 18:52
Spesimen
29-08-2016
Spesimen diterima tgl BTA (-) negatif
Hasil
Mikrobiologi
Pulasan tahan
Sputum 3 14:55
asam
30-08-2016
Spesimen
(-) negatif
Spesimen diterima tgl BTA
Hasil
Metode
Pewarnaan Ziehl
Nelsen
Pewarnaan Ziehl
Nelsen
Pewarnaan Ziehl
Nelsen
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Diet TKTP
Free flow oxygen by nasal canule 2L
Medikamentosa
IVFD RL
Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)
3 tablet 4KDT
Curcuma
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bersifat sistemik sehingga
dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar kasus TB dan kematiannya terjadi di negara-negara
berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49
tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi, maka lebih
dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi
di Asia
ETIOLOGI
Mycobacteriu
m
M.
tuberculosi
s
M.
africanum
M. bovis
MOTT
(Mycobacterium
Other Than TB)
M. leprae
etc
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
Demam
Batuk / batuk darah
Sesak nafas
Nyeri dada
Malaise
PEMERIKSAAN FISIK
Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
(subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.
Dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka di dapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronchial.
Suara napas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring.
Bila infiltrate ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi
vesicular melemah.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.
Atrofi dan retraksi otot-otot interkostal, pada Tb lanjut dgn fibrosis luas
Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang
sehat lebih menjadi hiperinflasi.
Didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardia,
sianosis, right ventricular lift, right arterial gallop, murmur Graham-steel, bunyi P2 yang
mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, asites dan edema.
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali. Dalam penampilan klinis, TB paru sering
asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatnya kelainan radiologis dada pada
pemeriksaan rutin atau uji tuberculin yang positif.
DIAGNOSIS
Dalam upaya pengendalian TB secara nasional, maka dx TB paru pada orang
dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan bakteriologis yg dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis
langsung, biakan, dan tes cepat.
Apabila pemeriksaan secara bakteriologis (-), maka dx berdasarkan Klinis dan
foto thorax
Pada sarana terbatas, dx secara klinis setelah pemberian terapi AB spectrum
luas (Non OAT dan Non Kuinolon) yang tidak memberikan perbaikan klinis
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdaarkan pemeriksaan foto toraks
saja.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologis
2. Pemeriksaan Darah
3. Pemeriksaan Sputum
4. Tes Tuberkulin
Sifat
3xseminggu
Isoniazid (H)
Bakterisid
5 (4-6)
10 (8-12)
Rifampicin (R)
Bakterisid
10 (8-12)
10 (8-12)
Pyrazinamide (Z)
Bakterisid
25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomycin (S)
Bakterisid
15 (12-18)
15 (12-18)
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
15 (15-20)
30 (20-35)
Berat Badan
30 37 kg
38 54 kg
55 70 kg
71 kg
Tahap Intensif
tiap hari selama 56
hari
RHZE
(150/75/400/275)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu
RH (150/150)
2
3
4
5
tablet
tablet
tablet
tablet
2KDT
2KDT
2KDT
2KDT
Berat Badan
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
71 kg
Tahap Intensif
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Selama 56 hari
2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin
inj.
3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin
inj.
5 tab 4KDT
+ 1000mg Streptomisin
Selama 28 hari
2 tab 4KDT
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) +
E(400)
selama 20 minggu
2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
3 tab 4KDT
3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol
5 tab 4KDT
5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol
Berat Badan
30 37 kg
2 tablet 4KDT
38 54 kg
3 tablet 4KDT
55 70 kg
4 tablet 4KDT
71 kg
5 tablet 4KDT
Efek Samping
Penyebab
Penatalaksanaan
Rifampisin
Nyeri Sendi
Pirasinamid
Beri Aspirin
INH
Rifampisin
Penyebab
Penatalaksanaan
Ikuti petunjuk
penatalaksanaan dibawah *).
Tuli
Streptomisin
Streptomisin dihentikan.
Gangguan keseimbangan
Streptomisin
Hampir semua
OAT
Hampir semua
OAT
Etambutol
Hentikan Etambutol.
Hentikan Rifampisin.
KOMPLIKASI
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi terbagi atas komplikasi dini
dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,
Poncets arthropathy.
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindroma gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
PENCEGAHAN
Vaksinasi BCG pada bayi / anak
Terapi pencegahan Kemoprofilaksis pada Penderita HIV/AIDS
INH dosis 5 mg/ kg BB ( tdk lebih 300 mg) sehari selama
minimal 6 bulan
Pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan