You are on page 1of 17

ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
PASIEN DWARFISME
Kelompok V

Definisi
Gangguan pertumbuhan somatic akibat
insufesiensi pelepasan Growth Hormone
dikarenakan adanya kelainan hipofungsi
kelenjar hipofisis. Kelainan Dwarfisme
dapat
mengakibatkan
beberapa
gangguan keseimbangan tubuh. Pada
pria
dewasa
terjadi
gangguan
seks,penurunan pertumbuhan rambut dan
berkurangnya kekuatan otot sedangkan
pada
wanita
berhentinya
siklus
menstruasi atrofi payudara dan genitalia
eksterna.

Klasifikasi Dwarfisme
Pituitary dwarfism
Dwarfisme
diikuti
kekurangan
hormon
ACTH,
TSH
dan
gonadotropin.
Foto
rontgen
menunjukkan penutupan epifisisepifisis terlambat.
Primordial dwarfism
Kekurangan pada hormon
somatotropin tidak disertai
keterlambatan penutupan epifisis

Pathway Dwarfisme

Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Diabetes insipidus
Stenosis spinal
Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
Nyeri sendi dan osteoarthritis
Palate sumbing dan malformasi dari gigi
dan rahang
6. Masalah Pernapasan
7. Masalah neuropsikologi

Perbedaan Dwarfisme dan


Kretinisme

Kretinisme
yaitu
perawakan
pendek
akibat
kurangnya hormon tiroid oleh kelenjar tiroid
Penyebab akibat kurangnya bahan baku pembuat
(yodium). Kretinisme terjadi bila kekurangan berat
unsur yodium terjadi selama masa kehamilan hingga
tiga tahun pertama kehidupan bayi.
Dwarfism yaitu gangguan pertumbuhan akibat
gangguan growth hormone yang diproduksi oleh
somatrotop (bagian dari sel asidofilik) yang ada di
kelenjar hipofisis. Hormon ini merupakan hormon
yang penting untuk pertumbuhan setelah kelahiran
dan metabolisme normal karbohidrat, lemak,
nitrogen serta mineral

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hormon pertumbuhan dan
somatomedin
Pemeriksaan X-Ray tulang epifis dan
pergelangan tangan
X Ray sella tursica
Pemeriksaan kadar gula darah
kolesterol
Pengukuran kadar IGF-1

Penatalaksanaan
Terapi pengobatan dengan
memberikan hormon pertumbuhan
Operasi pengangkatan tumor dan
sinar radiasi
Pengobatan hipopituitarisme

Studi Kasus
Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke poli
klinik RS dengan keluhan mudah lelah,
lemas, pucat, berat badan dirasakan turun
drastis dan pengurangan masa otot, rambut
rontok sudah 2 minggu, sulit konsentrasi,
mudah lupa, sensitive terhadap dingin dan
penglihatan mulai kabur dan pasien juga
mengeluh mengalami penurunan nafsu sek
(libido) sejak 2 minggu ini.

Pengkajian
Keluhan utama
Pasien menyatakan mudah lelah dan lemas
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menyatakan sejak dua minggu yang lalu
merasa cepat lelah. Pasien menyatakan tidak
mempunyai nafsu terhadap kebutuhan sek. Pasien
menyatakan merasa mengalami penurunan massa
otot dan berat badan saat ini mengalami
penurunan. Pasien menyataka sering ada rontok
pada rambut, sering merasa kram otot
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien menyatakan pernah menderita penyakit
tumor.

Lanjutan pengkajian
TD : 100/70 mmHg
RR : 16x/menit
N: 120x/menit
S : 36,5o C
BB pada biasa : 53kg
BBSMRS : 30kg
TB : 150 cm

Pola managemen koping stress


Klien mengatakan bahwa ia jarang bergaul
dengan orang Sekitarnya kecuali keluarganya
sendiri dan pasien selalu terlihat murung.
Kondisi spiritual klien
Klien selama sakit tidak pernah melaksanakan
ibadah karena klien tidak terima atas
penyakit yang diberikan Tuhan padanya saat
ini.
Interaksi sosial klien dengan lingkungan
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya.

Pemeriksaan Lab
Jenis
pemeriksa
an
T3
T4
TSH
Thytoglobu
lin

Hasil

0,39
3,18
148,7
0,49

Nilai
normal
0,58-1,59
5,1-14,10
0,27-4,2
1,4-78,0

Interpre
tasi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah

Pengkajian Sistem
B1 (Breathing)
RR 16x/mnt.Penggunaanotot bantu nafas(-) sesak nafas (-) nafas
tambahan(-)
B2 (Blood)
TD 100/70. Nadi 120 kali per menit. Terdengar suara S1 dan S2
secara teratur
B3 (Brain)
Penurunan kesadaran(-). Pasien lemah dan lesu,nafsu seks(-)
B4 (Bladder)
Urin pasien kuning pekat. Pasien menyatakan jarang b.a.k agak
sakit.
B5 (Bowel)
BAB lunak feses tidak terdapat darah ikut serta dalam feses.
B6 (Bone and Integumen)
Pasien menyatakan cepat merasa lelah. Pasien menyatakan ototnya
lebih kecil dan cepat pegal.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan citra diri berhubungan dengan
perubahan struktur tubuh.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan sekunder penurunan laju
metabolisme tubuh.

Intervensi Dx 1
Amati mekanisme biasa klien
Tujuan : Pasien mampu
mengatasi selama masa
menerima dan beradaptasi
pengobatan yang ekstrim
dengan perubahan struktur
Akui penolakan , kemarahan ,
tubuh setelah dilakukan
atau depresi sebagai perasaan
tindakan keperawatan.
normal saat menyesuaikan diri
Kriteria hasil:
dengan perubahan dalam tubuh
Pasien tidak merasa malu
dan gaya hidup.
Identifikasi hal positif yang
dengan orang lain
masih ada pada diri pasien
Pasien menyatakan tahu
Hindari terjadinya konflik
tentang hal positif dalam
dengan orang lain
dirinya
Dorong klien untuk melanjutkan
Pasien mau bersosialisasi
rutinitas perawatan pribadi
dengan lingkungan sekitar
yang sama yang diikuti sebelum
tanpa adnya gangguan citra perubahan citra tubuh.
diri.

Intervensi Dx 2

respons emosi dan spiritual


Tujuan: Mentoleransi Kaji
terhadap aktivitas.
aktivitas yang biasa Evaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan
dilakukan setelah
aktivitas.
dilakukan tindakan Pantau respons kardiorespiratori
keperawatan.
terhadap aktivitas.
Kriteria hasil: Pasien Pantau asupan nutrisi untuk
memastikan sumber-sumber
mampu menunjukkan energy yang adekuat.
toleransi aktivitas dan Instruksikan kepada pasien
mendemonstrasikan dan keluarga tindakan untuk
penghematan energy. menghemat energi,

Rencanakan aktivitas
bersama pasien dan
keluarga yang dapat
meningkatkan kemandirian

You might also like