You are on page 1of 21

Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan


Meningitis

Muhammad Muslih
Diploma Program
Health Science Faculty, University of Muhammadiyah Malang
2013

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Meningitis adalah peradangan yang mengenai selaput otak
(meningen).

ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri (Piogenik)
2. Miicobacterium Tubekulosa
3. Infeksi Virus

KALSIFIKASI

MENINGITIS BAKTERI/PURULENTA
Peradangan pada selaput otak yang mengenai arachnoid yang
menimbulkan eksudasi.
Etiologi:
Haemophilus Influeza
Streptococcus pneumonia
Neisseria Meningitis
E. Coli
Streptococcus Beta Hemoliticus.

Patologi anatomis
Tampak serbukan sel radang akut yang terdiri dari sel
polimorfonukleus yang memenuhi rongga subarachnoid disertai
pelebaran pembuuh darah setempat yang mengandung kuman
Gejala klinis
- Gejala infeksi akut
- Gejala peningkatan tekana Intra
Kranial
- Gejala Rangsang Meningeal

Therapie
Islasi pencegahan
Terapie antimikroba awal :kombinasi Ampycylin
dan Chloromycetin IV
Pemeliharaan ventlasi
Pemeliharaan hidrasi optimum
Mengurangi peningkatan TIK
Kontrol kejang
Kontrol Suhu
Koreksi Anemia
Penanganan Komplikasi

KLASIFIKASI(LANJUTAN)
MENINGITIS TUBEKULOSA/SEROSA
Radang pada selaput otak akibat komplikasi dari
TBC primer
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosa
Patologi Anatomi
Tampak kelainan pada pembuluh darah sperti
arteritis dan flebitis yang menimbulakan
penyumbatan. Akibat penyumbatan ini tmbul infark
otak yang kemudian akan mengakibatkan
perlunakan otak.

lanjutan

GEJALA KLINIS
1. Stadium Prodromal
Apatis, peningkata suhu tubuh, sakit kepala,
irritabilitas, anoreksia muntah da konstipasi
2. Stadium Transisi
Kesadaran menurun, peningkata suhu tubuh,
kaku kuduk, opistonus, refleks tendon
meningkat, stabismus, nistagmus,ubun2besar
menonjol (pada bayi.
3. Stadium terminal
Koma, hiperpireksia, pupil dilatasi, refleks pupil
negatif, kelumpuhan, nadi da pernafasan tida
teratur, cheyne stokes.

Evaluasi Diagnostik
CSS: Warna opalesen-xantkrom, sel lymposit,
protein meningkat, glukosa dan khorida
menurun, pelikel
Uji tubekulin positif
X-Ray thorax positif.
Therapie
Dasar pengobatan meningitis TBC adalah
pemberian kombinasi obat anti TBC,
Kortikosteroid dan pengobatan symtomatik bila
kejang, koreksi dehirasi dan fisiothrapie.
Pemberian obat Sterptomicyn, PAS, INH.

Kasifikasi lanjutan
MENINGITIS VIRUS
Suatu syndroma infeksi virus susunan syaraf pusat yang akut dengan
gejala rangsang meningeal, pleiositosis dan sef limited tanpa
komplikasi.
Etiologi
Sejumlah agen-agen terutama virus yang menyerta penyakit campak,
gondongan dan herpes. Enterovirus dan Virus godonga merupakan
penyebab terbanyak.

Lanjutan meningitis virus

Gejala klinis
Peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri
abdomen, mual, muntah, nyeri tenggorokan,
tanda kernig, Brudzinsky positif, kesadaran
menurun, fotofobia, parestesi, mialgia.
Evaluasi diagnostik
1. CSS ; Warna jernih, sel lymposit, protein
meningkat sedikit/normal/, glukosa
meningkat/normal, biakan liquor.
2. Uji tuberkulin dan fhoto rontgen untuk
menyngkirkan diagnosa meningitis TBC.

Therapie
Pengobatan yang utama adalah istirahat da pengobatan
symtomatik. Pemberia anti mroba dan islasi di lakukan
sampai diagnosa pasti di tegakan sebagai tindakan
pencegahan bahwa penyakit ini d sebabkan oleh bakteri.

ASUHAN KEPERAWATAN
PRIORITAS KEPERAWATAN
Memaksmalkan fungsi cerebral dan pefusi
jaringan.
Mencegah komlikasi/trauma
Menghilangkan ansietas/memberkan dudungan
emosional pada pasien/keluarga.
Nyeri menurun atau minimal
Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan kebutuha aka
pengobatan.

PRIORITAS KEPERAWATAN
Memaksmalkan fungsi cerebral dan pefusi
jaringan.
Mencegah komlikasi/trauma
Menghilangkan ansietas/memberkan dudungan
emosional pada pasien/keluarga.
Nyeri menurun atau minimal
Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan kebutuha aka
pengobatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan perfusi jaringan cereral b/d Edema cerebral yang
mengubah/menghentikan alira darah arteri/vena, hipovolemia,
asdosis.
Resko tinggi terhadap trauma b/d Aktivitas kejang umum, kejang
fokal, kelemahan umum, parestese/paralysis, ataksia, vertigo.
Nyeri (akut) b/d Agen pencederabiologis, adanya proses infeksi
atau inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusaka neuro muskule, penurunan
kekuatan/ketahanan, kerusakan persepsi kognitif, Nyeri/ketidak
nyamaman, tirah baring.
Perubahan persepsi sensori b/d perubahan transmisi atau
integrasi.
Ansietas b/d Krisis situasi, ancaman kemaatian/perubaha dalam
staus kesehtan (infeksi otak) pemisahan dalam system pendukung.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyebab
infeksi dan kebutuhan pengobatan b/d kesalaha interpretasi
informasi, kurang mengingat, keterbatasn kognitif.

PERENCANAAN
Perubahan perfusi jaringan cereral b/d Edema
cerebral yang mengubah/menghentikan alira darah
arteri/vena, hipovolemia, asdosis.
Intervensi :
Tentukan factor-faktor yang berhubunga dengan
keadaan tertentu atau yang menyebabkan
koma/penurunan pefusi jaringa otak dan potensial
peningkatan TIK
Pantau atau catat status neurologist secara teratur dan
bandingkan dengan nilai standart (GCS)
Kaji respo motorik terhdap perinta yang sederhana.
Pantau tekanan darah,
Catat adanya hipertensi sistlik yang terus menerus da tekana nad yang
semakin berat

Lanjutan intervensi

Pantau frekwensi jantng, catat adanya bradikardi, takikardi atau


bentuk disritmia lainnya.
Pantau pernafasan meliputi pola da iramanya
Pertahankan posisi tirah baring dengan posisi kepala datar dan
pantau tanda vital sesuai indikasi.

Resiko tinggi terhadap trauma b/d


Aktivitas kejang umum, kejang fokal,
kelemahan umum, parestese/paralysis,
ataksia, vertigo.
Intervensi :

Pantau adanyaaa kejang/kedutan pada tangan, kaki


dan mulut atau otot wajah lainnya.
Berka keaman pada pasien dengan memberi
bantalan penghalang tempat tidur

Pertahnakan tirah baring selama fase akut.


Pindahkan/gerakkan dengan bantuan sesuai
membaiknya keadaan.
Kolaborasi

Berka obat sesuai denga ndikasi, seperti fenitoin


(dilantin, Diazepam (valium), Fenobarbital(luminal).

Nyeri (akut) b/d Agen pencederabiologis,


adanya proses infeksi atau inflamasi,
toksin dalam sirkulasi
Intervensi:
Berkan lngkunga yang tenang ruanga agak
gelap sesuai indikasi.
Tingkakan tirah nbaring, bantulah kebutuhan
perawta diri yang penting
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara
tepat dan mssage otot daerah leher/bahu.
Kolaborasi

Berikan analgesic seperti acetaminophen atau


kodein

Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusaka neuro muskule,


penurunan kekuatan/ketahanan, kerusakan persepsi
kognitif, Nyeri/ketidak nyamaman, tirah baring.
Intervensi:

Periksa kembali kemampuan da eadaan secara


funsional pada kerusakan yang terjadi.
Kaji tngkat immobilitas pasien dengan
menggunakan skal ketergantungan (0-4).
Letakan pasien dalam posisi tertentu untuk
menghindari kerusakan karena tekanan.

Lanjutan intervensi DX3

Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional seperti: bokong,


kaki, tangan
Berikan/Bantu untuk melakukan latihan gerak.
Berikan perawatan mata, air mata buatam tutup mata sesuai
kebutuhan.
Beri matras udara/air teapi kinetic sesuai mdengan kebutuhan

You might also like