You are on page 1of 46

By

UJI SIGIT
EKO YULIANTO

ASUHAN KEPERAWATAN
PERIANESTESI
PADA TNM DENGAN
DIAGNOSA EPIDURAL
HAEMATOMA ( EDH )
TINDAKAN
CRANIOTOMY DENGAN
GENERAL ANESTESI
DI OK IGD RSUD
Prof.DR. MARGONO
SOEKARJO
PURWOKERTO

EDH
Pengertian
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan
intracranial yang paling sering terjadi karena fraktur
tulang tengkorak. Pada epidural hematom terdapat
pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan
duramater akibat pecahnya pembuluh darah/cabangcabang arteri meningeal media yang terdapat di
duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup
sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi
dalam beberapa jam sampai 1 2 hari. Lokasi yang
paling sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.

ETIOLOGI
EDH

sebagai akibat perdarahan pada lapisan otak


yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari
tengkorak.
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja
dan umur berapa saja, beberapa keadaan yang
bisa menyebabkan epidural hematom adalah
misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan
motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma
kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur
tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.

Tanda dan gejala


Pasien

dengan EDH seringkali tampak memar di sekitar mata dan di


belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran
hidung atau telinga.
Penurunan kesadaran, bisa sampai koma
Bingung
Penglihatan kabur
Susah bicara
Nyeri kepala yang hebat
Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
Nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.
Mual
Pusing
Berkeringat
Pucat
Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

Penatalaksanaan
Intubasi

dan hiperventilasi agar tercapai


hipokapnia sedang (PCO2 33-35 mmHg) hingga
volume darah di otak menurun dan tekanan
intrakranial juga menurun untuk sementara.
Obat sedative (penenang) : diazepam,
penitoin.
Cairan infus dibatasi jangan sampai over load,
kalau perlu diberikan diuretik.
Posisi head up 20o 30 dari tempat tidur
setelah dipastikan tidak ada cedera spinal.

Lanjutan
Dexametazon

sebagai pengobatan anti oedema


serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya
trauma diberikan dengan dosis awal 10 mg dan
dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam untuk dilanjutkan 4
mg setiap jam untuk mengatasi oedema serebri
yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK).
Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonik
yaitu manitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) dan
atau glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barier darah otak
(penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazole.

lanjut
Pemasangan

NGT
Craniotomy (Indikasi tindakan
kraniotomi yaitu bila terdapat hematom
pada daerah otak lebih dari 30 ml)

Tinjuan kasus
A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada hari minggu, 09 juni 2013, Pukul 10.00 wib
1. Identitas
Nama
: Tn. M
Umur
: 40 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: Menikah
Suku / bangsa
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Alamat
: Adiraja 02/ 06,Adipala,Cilacap
Pekerjaan
: buruh
Diagnose Medis
: Epidural Haematoma ( EDH )
No. RM
: 27.84.57
Klasifikasi ASA
:3E
BB
: 80 kg

B. Riwayat Penyakit
1.

Riwayat penyakit sekarang

Pasien jatuh dikamar mandi jam 01.30 wib,tiba - tiba


tak sadarkan diri,sempat sadarkan diri,muntah >3x
dibawa ke RSMS IGD Jam 4.30 wib GCS 6 : E1M4V1,TD :
160/90mmHg, N : 84X/mnt, S : 36,7 C, RR : 32x/ mnt,
sekret (+), stridor/ngorok (+). Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, data penunjang,laboratorium,
Rontgen dan CT scan dengan hasil EDH. Therapy yang
didapat O2 10 Liter/menit NRM, mayo tube no 4,
pasang DC no 18, NGT no 16, NaCl 20 tpm, ceftriaxone
1 x 2 gr, antrain 2 x 1 amp, ranitidin 2 x 1, kalnex 3 x
500 mg, citicolin 2 x 250 mg, manitol 4 x 200 cc

2. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit


berat sebelumnya.
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal.
Riwayat penyakit asma disangkal.
Riwayat operasi sebelumnya disangkal.
Riwayat alergi disangkal

C. PENGKAJIAN SISTEM
BREATH
Jalan nafas bagian atas tidak clear, sekret, bentuk thoraks normal,
RR 32 x per menit,terpasang mayo no 4, NRM 10 liter/menit,
stridor / ngorok (+), wheezing (-), ronchi (-)
BLOOD
TD : 160 / 90 mmHg, Nadi : 84 x /mnt, capillery refiil < 2 detik,
akral hangat
BRAIN
GCS 6, E1M4V1, gelisah
BLADDER
Terpasang DC no 18, produksi urine 600 cc (pre anestesi urine
dibuang)
BOWEL
Peristaltik (+), distensi abdomen (-)
BONE
Tidak terdapat kelainan di muskuloskeletaL, brill hematom.

Pemeriksaan Fisik
Kepala

Bentuk mechocephal,rambut sudah dicukur


gundul
Mata
Mata pasien simetris, pupil isokor 3 mm/4 mm,
reflek cahaya () konjungtiva tidak anemis,
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, brill
hematom.
Telinga
Bentuk daun telinga simetris, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran,
serumen dalam batas normal.

Lanjutan..
Hidung
Terpasang NGT,Tidak terdapat devisiasi septum, cukup
bersih, terdapat rambut hidung, lubang hidung sama
besar, tidak terdapat polip.
Mulut
Bibir dan mukosa mulut lembab,tidak menggunakan
gigi palsu,malampati sulit dinilai karena penurunan
GCS, sekret, terpasang mayo no 4
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan nodul limfe
pada kedua sisi leher, tidak terdapat peningkatan vena
jugularis pressure (JVP), jarak menthal hyoid > 6,5 cm.

Lanjut
Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada ketinggalan
gerak antara yang sebelah kanan dan kiri,
tidak ada benjolan tulang costa saat pasien
bernafas, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen
Abdomen supel, tidak terdapat acites, hepar
tidak membesar, tidak ada distensi abdomen.
Genetalia
Terdapat rambut pubis, tidak ada penyakit
kulit, normal, terpasang DC / cateter.

LANJUT..
EKSTREMITAS
ATAS: turgor kulit elastic, tidak ada
odema, tak ada kelemahan gerak
,sebelah kiri terpasang IVFD NACL 0.9%
20 tts/mnt
BAWAH:tidak ada kelemahan gerak, tak
tampak oedema

Pemeriksaan Penunjang
laboratorium 9 Juni 2013
Darah
Hb
: 13,6 gr/dl
Ht
: 42 %
Leukosit
: 14120/ l
Eritrosit
: 5,1 Juta/ l
Trombosit
: 247.000/ l
450.000
PT
: 14,1 Detik
APPT
: 30,1Detik
GDS
: 130mg/ dl

14.0 18,0
42 - 52
4800 10.800
4,7 6,1 juta
150.000
10,8 14,
24 36
< 200

Elektrolit..
Natrium
Kalium
Klorida
Kalsium

10,

: 136 mmol/l
: 3,4 mmol/l
: 98 mmol/l
: 9,2 mm0l/l

137 - 145
3,5 5,1
98 107
8,6

Lanjut..
CT

SCAN
EDH
Foto thorak
kelainan

: Terdapat gambaran
: pulmo tak tampak

Riwayat Operasi
Operasi dilakukan tanggal 09 juni 2013 pukul 10.30
sampai 12.30 dengan General Anestesi. Obat yang
digunakan adalah :
Fentanyl

100g
Profofol 100 mg
Roculac 40 mg
Lidokain40 mg
Presedek 32 g/jam via syring pump.
Kalnek 500mg.
Vit K 2 amp

ANALISA DATA pre


ANESTESI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

2.

Gangguan perfusi jaringan otak


berhubungan dengan adanya perdarahan
intra cerebral
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan obstruksi jalan nafas oleh
sekret

Kebutuhan Cairan
TN.M BB : 80Kg
Maintenence. 10x4=40
10x2=20
60x1=60
M= 120cc
Puasa= lama puasa x Maintenanc
8x120=960cc
Operasi,kecil,sedang,berat(4,6,8) X BB
O= 8x80= 640cc
Jam I.(10.30 s/d 11.30) = M+O+1/2P = 1240cc
Jam II (11.30 s/d 12.30) =M+O+1/4P=1000cc
Jam III (12.30 s/d 13.3.)=M+O+1/4P=1000cc
Jam IV dst M+O

EBV = 75x80=6000
ABL= jumlahHt%xEBVx3
(39-30) X3x6000
100
=1.620cc

PERENCANAAN
DIAGNOSA 1 Gangguan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan adanya perdarahan intra
cerebral
NOC :
Circulation

status
Tissue perfussion cerebral
Status neurologis

Indikator :

Menunjukkan status sirkulasi yaitu Tanda vital stabil


Kesadaran menngkat
Pupil simetris
Tak ada tanda tanda peningkatan TIK

LANJUT

NIC:
Peningkatan perfusi cerebral
Perawatan sirkulasi
Peningkatan status neurologi
Pemantauan respirasi
pantau tanda vital dan Lakukan penilaian sirkulasi perifer
( cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna dan
suhu ekstremitas
Monitor ukuran,bentuk dan -kesimetrisan pupil
Monitor tingkat kesadaran
Pantau tanda peningkatan TIK
atur posisi dengan bantal tipis
kolaborasi therapy sesuai program
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

Diagnosa 2 Ketidakefektifan bersihan jalan


napas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekret
NOC:
bersihan jalan nafas efektif
Indikator
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saat auskultasi
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal

lanjutt
NIC :
Pemantaun respirasi dan sirkulasi
Aktifitas;
Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan
sekresi
Posisikan tubuh sejajar dan kepala tidak menekan.
Penghisapan sekresi dengan suction
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan
napas setiap 4 jam
lakukan fisioterapy dada
Kolaborasi :
Berikan oksigenasi sesuai advis
pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

Implementasi..
/Jam
Minggu,
09/06/2013
10.15
Dx 1

Implementasi

Evaluasi

1. memantau tanda vital dan melakukan penilaian S : sirkulasi perifer ( cek nadi perifer, edema, O :
pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas Tgl
2.Memonitor
pupil

ukuran,bentuk

dan

Ku
lemah,
kesadaran
sopor,GCS:
6
E1M4V1,terpasang mayo
- TD :130/90 mmHg
MAP: 80
N : 90x / menit
RR: 32x / menit
SpO2 : 97 %
S : 37,5

-kesimetrisan

3.Memonitor dan catat status neurologis dengan


menggunakan metode GCS
4.memantau tanda peningkatan TI.K adanya batuk
yang berlebihan, muntah, mengedan, kejang,
panas.

Kulit tak tampak


sianosis,turgor cukup

5.mengatur posisi dengan tinggi kepala 30

Tak ada rangsangan batuk,muntah

6.kolaborasi therapy sesuai program

atau kejang
Posisi kepala sejajar
A :

perfusi jaringan serebral belum

efektif
P:
-

Pertahankan

dan

intervensi
-

Management airway

Pemantauan sirkulasi

lanjutkan

INTRAANESTESI
Persiapan Alat
Mesin anestesi beserta monitornya
ETT no. 6,5 7- 7,5 masing-masing 1 bh
Konektor ETT
Magil forcep
Laringoskope dengan blade no 2
Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc
Mayo
Stetoskop
Plester
Gunting
Suction yang berfungsi dan kanulanya.
Nasal kanul untuk oksigen
Standar infuse
Ambu bag
Stilet

Persiapan obat

Obat premedikasi :
Sulfas Atropin 0,25 mg 2 ampul
Midazolam 5 mg/5ml 1 ampul
Fentanyl 100 mcg 1 ampul
Ondansetron 4mg/2ml
Obat induksi :
Propofol 100 mg
Roculac 50 mg/ml
Obat untuk maintenance
Agen inhalasi Sevoflurane,Isoflurane oksigen dan N2O
Obat analgetika
Ketorolak 30 mg 1 ampul
Presedex 200 mikro
Cairan kristaloid dan koloid
Ringer Laktat
Nacl
HES
Obat-obat emergensi 1 paket
Prostigmin sebagai reversal

Data fokus intra anestesi

Pasien dibawa masuk ke ruang operasi jam 09.50 wib,


ditidurkan di meja operasi dengan posisi supine pakai
bantal di kepala.
Alat
monitoring
tanda
vital
dipasang,
untuk
mengetahui status tanda vital pre anestesi, dinyalakan,
dan dilakukan pengukuran jam 09.55 wib, dengan
hasil : TD 130/90 mmHg, Nadi 90 x /menit, SpO2 99 %.
Jam 10.00 wib, dilakukan pengukuran tanda vital
kembali. Diberikan premedikasi fentanil 100mc,,
oksigen deberikan 10 lpm lewat NRM
Jam 10.05 wib, alat-alat anestesi didekatkan, oksigen
NRM diganti dengan oksigen masker sambil melakukan
tes terhadap kebocoran sirkuit anestesi.

lanjut

Jam 10.30 wib, TD 110/70 mmHg, Nadi 87 x/mnt, SpO2 100%,


induksi dengan Recofol 100mg IV (dosis 1-2,5 mg/kgbb), dimasukkan
pelan-pelan sekitar 3 detik/cc, setelah obat semuanya masuk,
dilakukan tes terhadap jalan napas dengan memompakan oksigen
4liter/menit 2 kali sehingga terlihat dada kiri kanan terangkat,
kemudian disusul pemberian Roculac 40 mg IV (dosis 0,6-1,2
mg/kgbb).
Mempertahankan jalan napas tetap adekuat sambil memberikan
ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100 % lewat face mask
dengan frekuensi sekitar 12 kali per menit, pernapasan abdominal.
Gas N2O dibuka dengan aliran 1 liter/menit, O2 diturunkan 1
liter/menit dan isofluranc dibuka dengan dial 2 volume %, dengan
tujuan memperdalam stadium anestesi.
Memberikan injeksi lidocain 40mg iv pelan-pelan

Setelah

3 menit sejak Roculac diberikan, agent anestesi


dimatikan, berikan oksigen 100 % , lalu dilakukan intubasi ET
dengan laringoskop, ukuran blade no 3 dengan posisi kepala
ekstensi, mulut dibuka dengan cross finger, bilah blade
dimasukkan dengan hati-hati dan gentle.
Menggeser lidah ke arah bucalis kiri, blade terus dimasukkan
menelusuri dasar lidah, terlihat uvula, hipo faring sampai
terlihat epiglotis, ujung blade arahkan ke falecula lalu dorong
ke depan dengan tumpuan lengan dan bukan dicongkel
sampai terlihat pita suara yang sudah membuka. Karena
trakea terdesak ke kiri, maka asisten membantu melakukan
selick manuvre sampai jalan napas menjadi satu garis lurus,
lalu ET no. 7,5 dimasukkan melewati tengah pita suara
sampai kedalaman angka 21 sejajar dengan deretan gigi.

Lanjut..
Kemudian cuff ET diisi dengan udara 10 cc
menggunakan spuit 10 cc, sambungkan ET
dengan konektor curogated mesin anestesi.
Selanjutnya cek kedalaman ET apakah
sudah tepat di atas carina dengan
mendengarkan suara napas menggunakan
stetoskop, apakah suara napas pada kedua
paru sudah sama sambil terus dibagging.
Posisi ET sudah benar-benar baik, ET diberi
tanda plester tanpa mengfiksasi.
Sambil memasang infus di kaki kiri dengan
iv cath no 18,memasang syring pump untuk
obat presedek 32mc/jam.

Lanjut..
Jam 10.35 wib, TD 115/75 mmHg, Nadi 92 x/mnt, SpO2
99 %, gas anestesi diberikan secara titrasi sambil terus
diventilasi secara teratur kira-kira 12 x/menit sampai
kedalaman anestesi mencapai stadium pembedahan
yaitu Stadium III plana 3, cek tanda vital, jika normal,
operator dipersilahkan mulai pembedahan.
Jam 10.45 dimulai incisi, Nadi 84 x/menit, SpO2 99 %,
suara napas bersih, Infus diganti RL 500 cc sekitar 20
tetes/menit.
Jika setelah incisi respon tanda vital pasien tetap stabil,
menandakan kedalaman anestesi telah tercapai sesuai
kebutuhan, maka gas anestesi (isofluran) idialnya
diturunkan sampai pada 0,8 volume %, ventilasi
dipertahankan dengan control.

Jam

09.50 wib, TD 110/60


SpO2 100 %, suara napas
Jam 09.55 wib, TD 112/65
SpO2 100 %, suara napas
Jam 11.00 wib, TD 108/60
SpO2 100 %, suara napas
Jam 11.15 wib, TD 100/60
SpO2 100 %, suara napas
Jam 11.30 wib, TD 100/60
SpO2 100 %, suara napas
Jam 11.45 wib, TD 110/65
SpO2 100 %, suara napas
Jam 12.00 wib, TD 100/60
SpO2 100 %, suara napas

mmHg, Nadi 88
bersih.
mmHg, Nadi 90
bersih.
mmHg, Nadi 89
tetap bersih.
mmHg, Nadi 80
tetap bersih
mmHg, Nadi 82
tetap bersih
mmHg, Nadi 84
tetap bersih
mmHg, Nadi 75
tetap bersih

x/menit,
x/menit,
x/menit,
x/menit,
x/menit,
x/menit,
x/menit,

Lanjut..
Jam

12.15 wib, TD 100/60 mmHg, Nadi 60


x/menit, SpO2 100 %, suara napas bersih.
N2O dimmatikan dan O2 dinaikkan 5 liter.
Jam 12.30 wib, operasi selesai, TD 110/70
mmHg, Nadi 80 x/menit, SpO2 100 %, napas
spontan adekuat, perdarahan operasi
diperkirakan 70 cc.
Jam 12.40 pasien dipindahkan ke ICU,masih
terpasang ETT dengan menggunakan juction
rise dan diberi oksigen 5 liter/menit,
diselimuti agar tidak kedinginan dan
dilakukan pengawasan ketat terhadap ,
pernapasan, kesadaran dan suhu tubuh

ANALISA DATA INTRA ANESTESI

HARI /
TANGGAL
JAM

NO

DATA

MASALAH

ETIOLOGI

Minggu,09

DS :

Pola pernapasan tidak Disfungsi

juni 2013
Jam 10.30

adekuat

DO :
-

Induksi propofol 100 mg intravena dan

obat anestesi

Roculac 40 mg.

(propofol dan

Penurunan tekanan inspirasi dan

Roculac)

Pasien tidak dapat bernapas spontan.

Pasien tidak sadar

Pernapasan control dengan bagging 12


kali/menit.
Terpasang oral ET No.7,5 mm, dengan
cuff.

Kedalaman anestesi pada stadium


pembedahan

neuromuskuler
dampak skunder

ekspirasi.

Diagnosa keperawatan
Pola

pernapasan tidak adekuat


b.d Disfungsi neuromuskuler
dampak skunder obat anestesi
(propofol dan Roculac)

intervensi
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30
menit, pernapasan adekuat, dengan kriteria hasil :
-

Tekanan inspirasi dan ekspirasi normal.

Pasien dapat bernapas spontan.

RR antara 12 20 x/menit

Tidak ada sianosis

Bernapas tidak menggunakan otot bantu napas.

SpO2 : 96 100 %.

INTERVENSI
Bantu pernapasan pasien dengan kontrol jika

RASIONAL
Membantu proses inspirasi dan ekspirasi dalam

belum spontan dan assisted jika sudah spontan

proses pengambilan oksigen dan pembuangan

secara periodic,dengan melakukan pemompaan

karbondioksida dalam alveoli.

balon pernapasan 10 12 x/mnt.

Posisi ETT yang tepat memungkinkan jalan napas

Pertahankan posisi ETT sesuai ukuran

adekuat.

kedalamannya, lakukan auskultasi suara napas

di dada kiri dan kanan.


Pompa balon pernapasan sesuai tidal volume

Tidal volume yang sesuai mencegah terjadinya

hiperventilasi dan baro trauma paru.

pasien.

Efek agen anestesi dapat mendepresi


pernapasan.

Dosis gas anestesi disesuaikan dengan

kebutuhan pasien selama pembedahan.

Lakukan napas control dan assisted sesuai irama

respirasi pasien.

proses difusi gas yang optimal.


-

Mencegah terjadinya kerusakan jaringan organ


vital yang ireversibel.

Pantau perubahan tanda vital khususnya SpO2.

Irama napas control yang teratur, menghasilkan

Kolaborasi dengan medis jika diperlukan obat


anti dotum atau reversal.

Obat antidotum atau reversal member efek


antagonis terhadap efek obat sebelumnya.

implementasi
-

Membantu pernapasan pasien dengan kontrol jika

S:

belum spontan dan assisted jika sudah spontan secara

O:

periodik.

Napas pasien belum spontan

Kontrol : 10 12 kali/menit.

Inspirasi dan ekspirasi adekuat

Assisted : 3 5 napas spontan, 1 kali napas bantuan.

Pernapasan masih dikontrol

Mempertahankan posisi ETT sesuai ukuran

SpO2 100 %

kedalamannya, mengontrol secara periodic agar tidak

A: Tujuan tercapai sebagian.

tertekuk atau terlepas.


-

Memompa balon pernapasan sesuai tidal volum.

Menyesuaikan dosis gas anestesi dengan kebutuhan


pasien selama pembedahan ( O2 : N2O = 2 lpm : 2 lpm,
Sevoflouran 1,5 volume % maintenance )

Melakukan napas control dan assisted sesuai irama


respirasi pasien.

Memantau perubahan tanda vital terhadap indikasi


adanya hipoksia, dengan hasil :

TD : 110/65 mmHg,

Nadi 84 x/menit,

Suara napas bersih,

evaluasi

SpO2 : 99 %.

P : Lanjutkan intervensi.

ASKEP POST ANESTESI


Data fokus post anestesi :
Jam 12.40 pasien diantar ke icu,masih
terpasang ETT, dengan mengunakan O2 5
lpm, dengan juction rise,dengan
menggunakan bed pasien disertai pelindung
tempat tidur.
Jam 12.50 WIB,sampai di ICU,dipindahkan ke
tempat tidur ICU diberi penghalang tempat
tidur
TD 112 / 70 mmHg, Nadi 88 x /menit, SpO2
100 %.
KU masih lemah,belum sadar.

Analisa data
HARI /
TANGGAL
JAM

N
O

DATA

Minggu

DS :

kecelakaan
cedera
@. Ku lemah,belum sadar
@. TD 112 /70mmHg,
@. Nadi 88 x /menit,
@. SpO2 100 %,
@. Pasien masih terpasang
ETT,telah

dilakukan GA

ETIOLOGI

Resiko

09/06/2013 DO :
J 12.40

MASALAH

Efek sekunder GA

Asuhan keperawatan post anestesi


NO

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

Resiko

Setelah

Manajemen

12.45

kecelakaan

dilakukan

WIB

cedera b.d efek

tindakan

sekunder GA

keperawatan

DS :
DO :.KU lemah
.Psn blm

GA

Mengetahui

Memantau tingkat

S:

pencegahan

status

kesadaran pasien

kecelakan cedera

neurologis

Pantau tingkat

pasien

Mendampingi saat tidak

aman

terjatuh

mengantar ke ICU

sampai di ICU

menghinda

Memasang

Pasien

kesadaran

kecelakaan

pasien

ri terjadinya

pengaman tempat terpasang ETT

Dampingi

kejadian

tidur sampai di

Pasien

pasien selama

yang tidak

ICU

Sadar

pemulihan

di inginkan

A; Tujuan tercapai

Menurunkan

sebagian.

resiko jatuh

P;

cedera

Pasien
aman
tidak

.pasien
tindakan

EVALUASI

,tidak terjadi

sadar

telah dilakukan

IMPLEMENTASI

RASIONAL

jatuh

Pasien
sadar
penuh

kesadaran

Pasang
pengaman
tempat tidur

masih
masih

blm

Lanjutkan

Intervensi

THANKS YA BROOOO

You might also like