You are on page 1of 31

Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan

Psikososial : Post Trauma Syndrom Disorder


(PTSD)
kelompok II

WHAT IS PTSD ???

1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah


gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari
sebuah peristiwa atau pengalaman yang
menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak
menyenangkan dimana terdapat penganiayaan fisik
atau perasaan terancam (American Psychological
Association, 2004).
2. Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah
gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa
traumatik yang mengancam keselamatan anda atau
membuat anda merasa tidak berdaya (Smith &
Segal, 2008).

Faktor Penyebab PTSD

Kejadian traumatic
Trauma masa kecil
Trauma fisik
Prosedur medikasi
Jenis kepribadian
introvert
Lingkungan kerja
Tingkat spiritual
Tingkat pendidikan
Pengalaman

Faktor Penyebab PTSD (Faktor Prespitasi)

kekerasan

perang

kehilangan

Bencana alam

Faktor Penyebab PTSD (Faktor Psikodinamika)

Ego klien telah mengalami trauma berat,


sering dirasakan sebagai ancaman
terhadap integritas fisik atau konsep diri.
Hal ini menyebabkan ansietas berat yang
tidak dapat dikendalikan oleh ego dan
dimanifestasikan dalam bentuk perilaku
simtomatik. Karena ego menjadi rentan,
superego dapat menghukum dan
menyebabkan individu merasa bersalah
terhadap kejadian traumatic tersebut. Ia
dapat menjadi dominan, menyebabkan
perilaku impulsive tidak terkendali.

Faktor Penyebab PTSD (Faktor Biologis)


abnormalitas dalam penyimpanan,
pelepasan, dan eliminasi katekolamin yang
memengaruhi fungsi otak di daerah lokus
seruleus, amigdala dan hipokampus.
Hipersensitivitas pada lokus seruleus dapat
menyebabkan seseorang tidak dapat belajar.
Hiperaktivitas dalam amigdala dapat
menghambat otak membuat hubungan
perasaan dalam memorinya sehingga
menyebabkan memori disimpan dalam
bentuk mimpi buruk, kilas balik, dan gejalagejala fisik lain.

Faktor Penyebab PTSD (Faktor Dinamika Keluarga)

Tipe pendidikan formal,


kehidupan keluarga, dan gaya
hidup merupakan perkiraan
yang signifikan terjadinya
PTSD. Keberhasilan dalam
pendidikan yang di bawah ratarata, perilaku orang tua yang
negatif, dan kemiskinan orang
tua merupakan prediktor
perkembangan PTSD.

Faktor Penyebab PTSD (Faktor psikologi)


Classical conditioning terjadi pada saat seseorang yang
mengalami peristiwa trauma kembali ke tempat terjadinya
trauma maka akan timbul reaksi psikologi yang tidak
disadari dan merupakan respon refleks yang spesifik.
Takut

Sedih

Faktor Penyebab PTSD (Faktor Sosial)

Dukungan sosial yang tidak adekuat dari


keluarga dan lingkungan meningkatkan risiko
perkembangan PTSD setelah anak mengalami
kejadian traumatik.

Gejala PTSD
1

Fase-fase PTSD
Fase

Periode bencana menurut Rice (1999):


1. Periode impak hanya berlangsung selama kejadian bencana.
Pada periode ini, korban selalu diliputi perasaan tidak
percaya dengan apa yang dialami. Periode ini selalu
berlangsung singkat.
2. Periode penyejukan suasana (Recoil period) berlangsung
beberapa hari selepas kejadian. Pada periode ini, tampak
bahwa para korban mulai merasakan diri mereka lapar dan
mencari bekal makanan untuk dimakan.
3. Periode post traumatic (Recovery period) berlangsung lama,
bahkan sepanjang hayat. Periode ini berlangsung tatkala
korban bencana berjuan untuk melupakan pengalaman yang
terjadi berupa tekanan, gangguan fisiologi, dan psikologi
akibat bencana yang mereka alami.

Patofisiologi PTSD
Beberapa penelitian menunjukan bahwa bagian otak amigdala adalah kunci dari
PTSD. Amigdala dan berbagai struktur lainnya seperti hipotalamus, bagian
abu-abu otak dan nucleus,mengaktifkan neurotransmitter dan endokrin untuk
menghasilkan hormone-hormon yang berperan dari berbagai gejala PTSD.
Amigdala menerima informasi berupa rangsangan eksternal. Hal ini kemudian
memicu respon emosional termasuk fight, flight, or freezing" dan perubahan
dalam hormon stress dan katekolamin. Hipokampus dan korteks prefrontal
medial mempengaruhi respon amigdala dalam menentukan respon ketakutan
akhir. Ketika kita dalam keadaan takut dan terancam, tubuh kita
mengaktifkan respon fight or flight . Dalam reaksi ini tubuh mengeluarkan
adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah,denyut jantung,
glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang makatubuh akan
memulai proses inaktivasi respon stress dan proses ini menyebabkan
pelepasan hormon kortisol. Jika tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup
untuk menginaktivasi reaksi stress maka kemungkinan kita masih akan
merasakan efek stress dari adrenalin.

Dampak PTSD
Gejala gangguan fisik

Kehilangan selera makan

Tidak bisa tidur

pusing

impotensi

Gangguan pencernaan

Sesak nafas

Dampak PTSD
Gangguan kognitif

Mengingkari kenyataan

Terus menerus dibayangi


ingatan tak diinginkan

Gangguan pikiran
(disorientasi)

lingkung

Melamun berkepanjangan

Tidak konsisten

Dampak PTSD
Gangguan emosi
halusinasi

Merasa bersalah

Kesedihan yang berlarut

Mimpi buruk

malu

Kecemasan dan ketakutan

Dampak PTSD

Gangguan
perilaku

Gangguan
sosial

menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan


tubuh yang minimal. Contoh, duduk berjamjam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).

memisahkan diri dari lingkungan,


menyepi,
agresif,
prasangka,
konflik dengan lingkungan,
merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.

Pandangan hukum tentang PTSD


1.

UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang berisi


hak dan kewajiban pemerintah dan masyarakat saat bencana maupun
pasca bencana.
2. Peraturan Pemerintah RI No 21 Tahun 2008 pasal 2 yang berisi
tentang penanggulangan bencana memberikan perlindungan kepada
masyarakat terhadap dampak bencana.
Kasus PTSD yang sering di angkat dipengadilan adalah Rape Trauma
Syndrom (RPS) atau sindrom trauma perkosaan. Ini bisa menjadi bukti
di pengadilan apabila memiliki komponen seperti berikut ini:
Kualifikasi ahli, yaitu adanya kesaksian dari seorang dokter,
psikiater, psikolog, pekerja sosial.
Rehabilitas keilmuan
Kegunaan
Netralitas

Kriteria diagnosis untuk PTSD


1

Kriteria diagnosis untuk PTSD


Gejala

Kriteria diagnosis untuk PTSD


Pedoman

Kriteria diagnosis untuk PTSD


Kriteria

Kriteria pasien yang mengalami PTSD dan harus


dihospitalisasi

1. Ketika gejala PTSD sudah


mengganggu ADL
2. Penghayatan yang berulang dari
trauma
3. Kurang sosialisasi

Penatalaksanaan untuk PTSD : Farmakotherapy


1.

2.

3.

4.
5.
6.

Selective seotonin reuptak inhibitors (SSRIs)

Fluoxetine (Prozac) 20mg-60mg sehari.

Sertraline (Zoloft) 50 mg-200mg sehari

Citalopram (Celexa) 20mg-60 mg sehari

Paroxetine (Paxil) 20mg-60mg sehari


Mood stabilizers

Dosis Carbamazepine (Tegretol) : 6-12 tahun: 100mg/hari peroral . untuk


initial lalu dapat dinaikkan hingga100mg/hari. untuk dosis maintenance 2030 mg/kg/har i>12 tahun : sampai kadar di plasma 8-12mcg/ml

Dosis valporic acid (Depakene, depakote) : 10-15 mg/kg/hari. untuk dosis


initial dan kemudian dapat ditingkatkan 5-10mg/kg/hari
Beta adrenergic blocking agents

Propanolol (Inderal),
Dosis untuk anak-anak: 2,5 mg/kgBB/hari.
Antidepresan
Atipikal Antipsikotik
Benzodiazepin

Penatalaksanaan untuk PTSD : Non Farmakotherapy

Terapi perilaku kognitif atau CBT


Exposure therapy : Terapi ini membantu orang menghadapi dan mengendalikan
ketakutan mereka.
Kognitif restrukturisasi : Terapi ini membantu orang memahami kenangan buruk.
Stress inoculation training : Terapi ini mencoba untuk mengurangi gejala PTSD dengan
mengajar orang bagaimana untuk mengurangi kecemasan.
Cognitive therapy : terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang
mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan -kegiatan
EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan
informasi di dalam otak.
Anxiety management : terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk membantu
mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik
Terapi bermain : Terapi untuk anak, erapis memakai permainan untuk memulai topik yang
tidak dapat dimulai secara langsung.
Terapi debriefing : dapat digunakan untuk mengobati traumatik.
Support group therapy dan terapi bicara.
Terapi psikodinamik : berfokus pada membantu orang tersebut memeriksa nilai-nilai pribadi
dan konflik emosional yang disebabkan oleh peristiwa traumatis.
Terapi keluarga

Proses Keperawatan (pengkajian)


a. Aktivitas atau istirahat
gangguan tidur
mimpi buruk
hipersomnia
mudah letih
keletihan kronis
b. Sirkulasi
denyut jantung meningkat
palpitasi
tekanan darah meningkat
terasa panas
c. Integritas ego
derajat ansietas bervariasi dengan gejal yang berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulanbulan
gangguan stres akut terjadi 2 hari 4 minggu dalam 4 minggu peristiwa traumatik
PTSD akut gejala kurang dari 3 bulan
PTSD kronik gejala lebih dari 3 bulan
Melambat awitan sedikitnya 6 bulan setelah peristiwa traumatik
kesulitan mencari bantuan atau menggerakkan sumber personal (menceritakan pengalaman pada
anggota keluarga/teman)
perasaan bersalah, tidak berdaya, isolasi
perasaan malu terhadap ketidakberdayaan sendiri; demoralisasi
perasaan tentang masa depan yang suram atau memendek

Proses Keperawatan (pengkajian)


d. Neurosensori
gangguan kognitif sulit berkonsentrasi
kewaspadaan tinggi
ketakutan berlebihan
ingatan persisten atau berbicara terus tentang suatu kejadian
pengendalian keinginan yang buruk dengan ledakan perilaku yang agresif tidak dapat
diprediksi atau memunculkan perasaan (marah, dendam,benci, sakit hati)
perubahan perilaku (murung, pesimistik, berpikir yang menyedihkan, iritabel), tidak
mempunyai kepercayaan diri, afek depresi, merasa tidak nyata, kehidupan bisnis tidak
dipedulikan lagi
ketegangan otot, gemetar, kegelisahan motorik
Nyeri atau ketidaknyamanan
e. Pernapasan
frekuensi pernapasan meningkat
dispneu
f. Keamanan
marah yang meledak-ledak
perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain
gagasan bunuh diri

Proses Keperawatan (pengkajian)


g. Seksualitas
hilangnya gairah
impotensi
ketidakmampuan mencapai orgasme
h. Interaksi sosial
menghindari oarang/tempat/kegiatan yang menimbulakan
ingatan tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa
secara psikis, pemisahan emosi/mengasingkan diri dari
orang lain
hilangnya minat secara nyata pada kegiatan yang
signifikan, termasuk pekerjaan
pembatasan rentang afek, tidak ada respon emosi

Proses Keperawatan (Diagnosa, NOC, dan NIC)


Sindrom Pasca Trauma
Definisi :Respon maladaptive yang terus berlangsung terhadap kejadian traumatic dan melelahkan.
Batasan Karakteristik :Kilas balik, ketakutan, malu, ansietas, kompulsif, menghindar, kurang konsentrasi,
mimpi buruk, panic attact, dll
NOC:

Koping: Tindakan untuk mengelola stressor yang membebani sumber-sumber individu,.


Pemulihan dari penganiayaan: seksual: penyembuhan setelah mengalami penganiayaan seksual/
eksploitasi.
Pengendalian impuls: kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsive.

NIC

Konseling : penggunaan proses bantuan interaktif yang memfokuskan pada kebutuhan, masalah, atau
perasaan pasien dengan orang yang berarti bagi pasien untuk meningkatkan atau mendukung koping,
pnyelesaian masalah dan hubungan interpersonal.

Aktivitas keperawatan:
BHSP
Tunjukkan empati, kehangatan dan kesejatian
Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi pengungkapan perasaan
Hindari membuat keputusan pada saat pasien berada dalam keadaan stress.

You might also like