You are on page 1of 12

Pembentukan Padatan Semi Kristalin

dan Ko-kristal Parasetamol


Okky Dwichandra Putra Ilma
Nugrahani Slamet Ibrahim, dan
Hidehiro Uekusa
Kelompok Keahlian Farmakokimia,
Sekolah Farmasi Institut Teknologi
Bandung, Bandung

Pendahuluan
Desain penempatan molekul- molekul
dalam suatu kisi kristal merupakan hal
yang menarik dalam ilmu material organik
(Mirza dkk., 2009).
Perubahan susunan molekul dalam kristal
seperti modifikasi bentuk kristal dan
penggabungan dengan senyawa lain dalam
kisi kristal yang sama (ko-kristal) telah
terbukti mampu mengubah suatu sifat
fisiko kimia suatu senyawa (Karki dkk.,
2009).

Modifikasi bentuk kristal, seperti mengubah bentuk


kristal atau amorfisasi merupakan salah satu
upaya dalam mengubah sifat fisikokimia suatu
bahan.
Istilah kristal digunakan untuk menggambarkan
derajat
keteraturan
internal
yang
tinggi,
sedangkan pada padatan amorf ditemui derajat
ketidakteraturan yang rendah sehingga padatan
amorf diklasifikasikan sebagai golongan bahan
isotropik.
Ko-kristal adalah suatu kompleks kristalin dimana
dua atau lebih molekul netral berada pada
perbandingan yang stoikiometrik (Qiao dkk.,
2011).

Parasetamol (PCA) adalah suatu antipiretik


banyak digunakan dalam klinis dilaporkan
memiliki bentuk kristal 1 dan 2 yang telah
diketahui dengan baik, sementara itu bentuk
3 dan amorf sejauh ini belum dikarakterisasi
(Britainn, 1993; Ziemermann dan Baranovic,
2010).
Asam Oksalat (OXA) dilaporkan memiliki dua
bentuk kristal yaitu bentuk alfa dan beta. OXA
dilaporkan mampu berperan sebagai bahan
pembentuk ko-kristal (koformer) misalnya
dengan kafein melalui pembentukan ikatan
hidrogen yang kuat (Sekhon, 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk


mengkarakterisasi karakter fisika
parasetamol dan asam oksalat setelah
proses peleburan serta pengaruhnya
terhadap kelarutan parasetamol.

Metode Penelitian
1. Alat
Differential Scanning Calorimeter (DSC)-Differential
Thermal Analysis (DTA) (Perkin Elmer Thermal Analysis
DSC-6, AS; Nestch STA 449, Jerman), Fourier
Transform Infra Red (FTIR) (Jasco-4200 type A, Jepang),
Powder X-ray Diffractometer (PXRD) (Philips PW1710
BASED, Netherland), spektrofotometer UV (Beckman
DU 7500i), pH meter (Beckman TM 50) dan alat gelas
lain yang lazim digunakan di laboratorium.
2. Bahan
Parasetamol (Hengsyuhi Jiheng, China), asam oksalat
dihidrat (Merck, AS), etanol (Merck, AS) dan kristal
Kaliumbromida (Merck, AS)

Metode
Analisis FTIR

Peleburan

Analisis
PXRD

Analisis DSC

Uji Kelarutan

Hasil dan Pembahasan


Terbentuknya interaksi fisika
antara
dua
bahan
dapat
diperkirakan
dengan
menggunakan analisis termal
(Britainn, 2009) di mana jika
terjadi perubahan bentuk kristal
maka terjadi perubahan aspek
termodinamika
dari
suatu
padatan (Nugrahani,2009).
Penapisan
terbentuknya
interaksi fisika antara PCA dan
OXA dapat dideteksi dengan
DSC.

Hasil leburan kemudian


dikarakterisasi sifat termalnya
menggunakan DTA Termogram
hasil peleburan dari PCA:OXA
= 1:1 juga menunjukan puncak
endotermik di sekitar 152o.
Adanya kedua puncak ini
mengindikasikan terbentuknya
suatu interaksi fisika antara
PCA dan OXA dimana salah
satunya diduga merupakan kokristal dengan indikasi
kemiripan profil leburan kokristal PCA:OXA = 1:1.

Hasil Analisis Spektrum FTIR


Spektrum FTIR leburan ini memiliki kemiripan dengan
spektrum ko-kristal. Perubahan intensitas pada spektrum
OH ini sejalan dengan bentuk hipotetik interaksi antara PCA
dan OXA, di mana terjadi ikatan hidrogen antara hidroksi
cincin fenol PCA dan hidroksi pada gugus karboksilat OXA.

Selain itu, pada 835 cm-1 yang bertanda ( ) teramati


adanya perubahan intensitas spektrum antara hasil leburan
dan campuran fisik.Daerah tersebut merupakan daerah yang
menandakan transformasi polimorfisme PCA

Perubahan susunan molekul dalam sisi kristal selanjutnya


dibuktikan dengan PXRD.
Terjadinya perubahan kristalinitas PCA dan OXA serta
pembentukan fasa padat baru pada leburan jika dibandingkan
dengan campuran fisik dengan komposisi sama.
Metode kristalisasi leburan PCA:OXA = 1:1 untuk mendapatkan
suatu fasa padat tunggal dengan pelarut etanol dilakukan sampai
mendapat suatu kristal tunggal. Kristal tunggal yang didapatkan
adalah kristal tunggal PCA bentuk 1 dan difraktogram yang
dihasilkan memiliki puncak pada 2 yang sama dengan
parasetamol bentuk 1.

dapat disimpulkan bahwa pengaruh terhadap


peningkatan kelarutan PCA, pembentukan kokristal PCA : OXA =1:1 lebih tinggi
dibandingkan dengan pembentukan semi
kristalin PCA.
Penelitian lain juga melaporkan bahwa kokristalisasi menyebabkan peningkatan
kelarutan bahan-bahan lain seperti ibuprofen,
norfloksasin (Walsh dkk., 2003; Oberoi dkk.,
2005; Basavoju dkk., 2008).

You might also like