Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
Nurul Izati
Restu Rizkiani
Retno Wulandari
Rindi Nadiathul Haulia
Silvia Okta Herliani
Sukma Wahyuni
Wenny Putri Anggraini
Yogi Prima Meigandi
Yuli Putri Utami
DEFINISI ....
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit
paralysis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ketubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus. Virus ini dapat memasuki
aliran darah dan mengalirke sistem saraf
pusat menyebabkan melemahnya otot
dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Etiologi
Penyakit poliomyelitis disebabkan
oleh satu dintara 3 enterovirus
famili Picornavirus: polivirus I, II,
atau III.
Virus polio sangat tahan terhadap
alkohol dan lisol, namun peka
terhadap formaldehide dan larutan
klor. Suhu yang tinggi dapat cepat
mematikan virus tetapi dalam
keadaan beku masa hidupnya
dapat bertahun-tahun.
PATOFISIOLOGI
kontak langsung atau makanan/air yang tercemar tinja
masuk melalui mulut dan multiplikasi pertama kali terjadi
pada tempat implantasi dalam farings dan traktus
gastrointestinal
Virus umumnya ditemukan di daerah tenggotok dan tinja
sebelum timbulx gejala
1 mgg stlh timbul penyakitvirus dlm jumlah kecil di
tenggorok, ttp terus mnrus dikeluarkan brsma tinja dlm
bbrp mgg.
Menembus jar. Limfoid setempatpembuluh darah
sistem saraf pusat lemah otot bahkan paralysis
Replikasi virus polio dalam neuron motor kornu anterior
medulla spinalis dan batang otak mengakibatkan
kerusakan sel dan menyebabkan manifestasi poliomielitis
yang spesifik.
MANIFESTASI KLINIS
Pencegahan polio
1. Vaksin polio
Pada saat ini ada dua jenis vaksin virus polio, yaitu
OPV (Oral Polio Virus) dan IPV (Inactived polio
vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut,
sedangkan IPV diberikan melalui suntikan (dalam
kemasan sendiri atau kombinasi DpaT).
a. Vaksin virus polio oral (Oral polio vaccine)
b. Vaksin polio inactive (Inactived poliomyelitis
vaccine)
2) Prosedur
a) Cuci tangan
b) Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan
dilaksanakan
c) Ambil vaksin polio dalam termos es
d) Buka tutup metal dan tutup karet dengan
menggunakan gergaji ampul yaitu angkat tutup
metal bagian tengah dari tutup metal dan
bengkokan.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Dasar-dasar manajemen yang luas adalah menghilangkan
ketakutan, meminimalkan terjadinya deformitas skelet,
mencegah dan menemukan komplikasi disamping
komplikasi neuromuskuloskeletal, dan mempersiapkan
anak dan keluarga untuk pengobatan yang lama yang
mungkin diperlukan dan untuk kecacatan permanen bila
hal ini akan terjadi. Penderita dengan bentuk poliomyelitis
nonparalitis dan paralitis ringan dapat diobati dirumah
1. Poliomyelitis abortif
a. Diberikan analgetik dan sedatif
b. Diet yang menarik
c. istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,
d. Penghindaran daya upaya selama kejadian 2 minggu ebih
baik dan harus ada pemeriksaan neuromuskuloskeleton
yang teliti 2 bulan kemudian untuk mendeteksi setiap
keterlibatan kecil
2. poliomyelitis nonparalitik
a. Serupa dengan pengobatan untuk bentuk abortif
b. Pengurangan rasa sakit terindikasi untuk kekencangan
otot yang tidak enak dan spasme leher, batang tubuh,
serta tungkai
c. Analgesik lebih efektif bila dikombinasi dengan
pemakaian kantong panas selama 15-30 mneit setiap
2-4 jam.
d. Bak mandi panas kadang-kadang berguna
e. Tempat tidur yang keras lebih baik dan dapat
diciptakan dirumah dengan menempatkan daun meja
atau lembaran papan dibawah kasur. Papanpenangga
harus digunakan untuk mempertahankan kaki tegak
lurus dengan betis.
1) Fase akut
2) Sesudah fase akut
Kaku kuduk
Sakit kepala yang hebat
Nyeri di bagian belakang anggota gerak bawah
Perdangan selaput otak
Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah
) Laju endap darah meningkat sedikit
) Lekopenia atau lekositosis ringan pada stadium
dini
b) Cairan serebrospinal
) Tekanan normal/meningkat
) Tekanan preparalitik
Jumlah sel meningkat terutama PNN, protein
normal
) Setelah kelumpuhan
Jumlah sel menurun kembali terutam
mononuclear, protein meningkat
c) Isolasi virus
Tenggorok : 1 minggu sebelum dan sesudah
kelumpuhan
Tinja : 2 minggu- 12 minggu sesudah kelumpuhan.
Cairan serebrospinal : hanya bila penderita
meninggal pada stadium akut.
d) Serologi
Complement fixation dan neutralizing antobody
(penting untuk menentukan status imunisasi dan
menilai hasil vaksinasi massal).
Radiologi
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
b. Hipertermi b/d proses infeksi.
c. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan
ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses infeksi
yang menyerang syaraf.
e. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
f. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi
penyakit.
3. Intervensi
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual
dan muntah.
a. Pantau pola makan anak.
. R/Mengetahui intake dan output anak.
b. Berikan makanan secara adekuat.
. R/Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake
seimbang.
c. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
. R/ Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
d. Timbang berat badan
. R/Mengetahui perkembangan anak.
e. Berikan makanan kesukaan anak.
. R/Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan
lebih banyak.
f. Berikan makanan sedikit tapi sering.
. R/Mempermudah proses pencernaan.
1. Rekomendasi
a) Imunisasi primer bayi dan anak
Vaksin polio diberikan pada bayi baru lahir sebagai
dosis awal, sesuai dengan PPI dan ERAPO tahun
2000. Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar
mulai umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis
terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8
minggu. Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
diberikan peroral pada umur 2-3 bulan dapat
diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan
waksin DPT dan Hib. Bila OPV yang diberikan
dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis
tersebut perlu diulang.
5. Evaluasi
a. Diagnosa I
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
tujuan
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b.
5.
6.
7.
Diagnosa II
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
pusing
c. Diagnosa III
1. Tidak ada sianosis dan dispneu (mampu bernafas
dengan mudah)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara abnormal)
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi dan pernafasan)
d. Diagnosa IV
)Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
)Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis
yang dimiliki
Diagnosa V
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat bantu untuk
mobilisasi
Diagnosa VI
Memahami kondisi penyakit yang sedang diderita
sekarang
Keluarga dan pasien menerima keadaan yang
sedang dialami
DAFTAR PUSTAKA