You are on page 1of 20

MORBILI

NAMA

: Angriana Hi Himran

STAMBUK

: N 111 15 003

PEMBIMBING KLINIK : dr. Kartin Akune , Sp.A

Morbili merupakan penyakit endemis terutama di


negara sedang berkembang, Wabah rentan terjadi
pada anak yang memiliki status gizi kurang baik.
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, yang
disebabkan oleh virus RNA termasuk dalam genus
Morbilivirus, dan famili Paramyxovirus.
ditandai dengan tiga stadium, yaitu ; stadium
inkubasi, stadium prodromal, dan stadium erupsi

IDENTITAS
Identitas pasien
Nama
: An. AF
Jenis kelamin
: perempuan
Umur
: 6 Tahun
Alamat
: Jl. Undata
Tanggal Masuk RS
: 22 Desember 2015

ANAMNESIS
Keluhan utama : panas
Pasien masuk RS dengan keluhan panas sejak 5 hari
yang lalu sebelum masuk RS, panas naik turun tidak
menentu, sempat turun dengan pemberian obat penurun
panas, tetapi naik lagi. Panas tidak disertai menggigil,
tidak ada kejang, ada sakit kepala, tidak ada pusing.
Pasien mengeluhkan adanya ruam kemerahan yang
muncul sejak sehari yang lalu , awal muncul sekitar
telingan kemudian menyebar kebagian wajah, leher, dada,
perut, punggung, kedua tangan, dan kaki. Pasien
mengeluhkan matanya berair, gatal perih, merah.
Pasien mengeluhkan batuk dan berlendir, timbul
bersamaan dengan munculnya gejala utama, beringus,
tidak ada sesak, tidak ada mual, tidak ada muntah, ada
nyeri menelan, tidak ada sakit perut. An. AF berkata
bahwa pada saat dia mengalami demam ada bercak putih
didalam mulutnya yang ia katakan sebagai sariawan.
Buang air besar biasa, buang air kecil lancar. Nafsu
makan menurun saat sakit.

Riwayat penyakit sebelumnya :


Pasien belum pernah mengalami penyakit yang
serupa sebelumnya, pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan, obat-obatan, maupun penggunaan zat topikal
lain sebelumnya (lotion dan sabun).

Anamnesis Makanan :
Asi : saat lahir sampai usia 5 bulan
Susu formula saat usia 5 bulan sampai 2 tahun
Bubur saring saat usia 6 bulan sampai 1 tahun
Nasi mulai usia 1 tahun sampai sekarang
Riwayat Imunisasi :
Penderita mendapatkan imunisasi dasar yang
lengkap.

Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat kehamilan dan persalinan :
Di dalam rumah tidak ada yang mengalami hal
Perawatan antenatal care rutin. Tidak ada riwayat
serupa, namun dilingkungan sekolah ada yang mengalami penyakit selama kehamilan. Persalinan normal, cukup
hal yang sama yaitu teman kelas pasien.
bulan, lahir di RS dengan bantuan bidan secara spontan
dan langsung menangis. Berat badan lahir 2700 gram dan
panjang badan lahir yaitu 48 cm.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: komposmentis
Berat badan
: 12 kg
Tinggi badan
: 105 cm
Status gizi
: gizi kurang (CDC 70,8 %)
Tanda vital
: Denyut nadi
: 108 x/menit (isi
cukup, kuat angkat)
Suhu
Pernapasan
Tekanan Darah

: 39,3 0C
: 28 x/menit
: 100/70 mmHg

Kulit
: ruam (+), tampak ruam makulopapular
eritematosa pada belakang telinga, wajah, leher, dada,
punggung, perut, tangan dan kaki. wajah turgor < 2 detik.
Kepala : Normocephal, rambut sukar untuk dicabut.
Mata
: konjungtiva hiperemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), gerakan bola mata normal, refleks cahaya (+/+).
Hidung : sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut
: bibir tidak tampak sianosis, bibir kering (+),lidah
kotor (-) tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tidak hiperemis.

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-),


pembesaran kelenjar tiroid (-).

Abdomen
:
Inspeksi
: kesan datar
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Jantung
:
Perkusi
: timpani
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: nyeri tekan epigastrium (-), organomegali
Palpasi : ictus cordis teraba pada Spasium intercostalis V (-).
linea midclavicula sinistra.
Paru
:
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris bilateral,
Perkusi : batas jantung atas pada spasium interkosta II
retraksi (-).
linea parasternal sinistra; batas jantung kanan pada
Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan kiri
spasium interkosta III linea midclavicula dekstra; batas
Perkusi : sonor pada semua lapang paru.
jantung kiri pada spasium interkosta V linea midclavikula
Auskultasi : bronkovesikuler +/+, tidak ada bunyi
sinistra.
tambahan
Auskultasi : bunyi jantung I & II murni reguler, tidak ada
suara tambahan,

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Genitalia
: normal
Anggota gerak
: akral hangat ,tidak ada edem
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, eutrofi.

RESUME
:
Perempuan umur 6 tahun, berat badan 12 kg, status gizi kurang,
datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Demam naik turun
tidak menentu, timbul ruam kemerahan sejak 1 hari yang lalu berawal dari
bagian belakang telinga kemudian menyebar ke daerah wajah, leher,
badan, punggung, tangan dan kaki. Mata merah, perih dan berair selama
demam. Batuk berdahak muncul bersamaan dengan gejala lainnya. Buang
air kecil dan buang air besar lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ; denyut nadi 108 x/menit, suhu
39,3 0C, pernapasan 28x/menit, Tekanan darah 100/70. Tampak ruam
merah pada wajah, leher, dada, perut, punggung, tangan dan kaki. Tamak
konjungtiva hiperemis dan faring hiperemis. Hasil pemeriksaan darah rutin
menunjukan hasil masih dalam batas normal.

DIAGNOSIS KERJA : Morbili


TERAPI

Ivfd RL 16 Tetes per menit


Inj. Dexametason 2 mg/8 jam/iv
eritromicyn syr 3 x 1 cth
Parasetamol syr 4 x 1 cth
Puyer batuk : 3 x 1 pulv (GG 1/3, salbutamol 1 mg,
ctm 1 mg )
Vitamin A 200.000 iu

FOLLOW UP
Tanggal 23 desember 2015 (perawatan hari ke-1)
S : panas (+), ruam merah (+), batuk (+).
O : nadi : 90 x/menit, pernapasan 32 x / menit, TD :
100/60, Suhu : 38,5
A : morbili
P :
- Ivfd RL 16 Tetes per menit
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam/iv
eritromicyn syr 3 x 1 cth
Parasetamol syr 4 x 1 cth
Puyer batuk : 3 x 1 pulv (GG 1/3, salbutamol 1 mg, ctm 1
mg )

Tanggal 25 desember 2015 ( perawatan hari ke-2)


S : panas (-), ruam merah (+), batuk (+).
O : nadi 88 x / menit, pernapasan 28 x / menit, Tekanan
Darah 100/70, suhu 36,8 0C
A : Morbili
P :
Ivfd RL 16 Tetes per menit
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam/iv
eritromicyn syr 3 x 1 cth
Parasetamol syr 4 x 1 cth (jika demam )
Puyer batuk : 3 x 1 pulv (GG 1/3, salbutamol 1 mg, ctm 1
mg )

Tanggal 26 desember 2015 (perawatan hari ke-3)


S : panas (-), ruam merah (+), batuk (-).
O : nadi 80 x / menit, pernapasan 27 x / menit, Tekanan
Darah 100/70, suhu 36,7 0C
A : Morbili
P :
- Ivfd RL 16 Tetes per menit
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam/iv
eritromicyn syr 3 x 1 cth
Parasetamol syr 4 x 1 cth (jika demam )
Puyer batuk : 3 x 1 pulv (GG 1/3, salbutamol 1 mg, ctm 1
mg )

Tanggal 27 desember 2015 (perawatan hari ke-4)


S : panas (-), ruam merah (+), batuk (-).
O : nadi 90 x / menit, pernapasan 28 x / menit, Tekanan
Darah 90/70, suhu 36,7 0C
A : Morbili
P :
- Aff infus
Puyer batuk : 3 x 1 pulv (GG 1/3, salbutamol 1 mg, ctm 1
mg )
Pasien dibolehkan pulang.

DISKUSI

Morbili / campak
merupakan penyakit
akut yang sangat
menular yang
disebabkan oleh virus

Di Indonesi, menurut
survei kesehatan
rumah tangga,
campak mendudui
temat ke -5 dalam
urutan 10 macam
penyakit utama pada
bayi dan pada anak
umur 1-4 tahun.

Virus penyebab
campak merupakan
virus RNA, termasuk
dalam genus
morbilivirus.

Penularan virus
secara droplet

PATOFISIOLOGI

Virus masuk kedalam


limfatik lokal, bebas
maupun berhubungan
dengan sel mononuklear

muncul gejala seperti


common cold dan
selaput konjungtiva
hiperemis

Proses peradangan
diikuti demam tinggi.

mencapai kelenjar getah


bening regional

fokus infeksi yang berada


di epitel saluran napas
dan konjungtiva
menyebabkan timbulnya
nekrosis pada satu
sampai dua lapis sel

ulseratif kecil pada


mukosa mulut yang
disebut bercak koplik

setelah infeksi awal


terbentuklah fokus infeksi
yaitu ketika virus masuk
kedalam pembuluh darah

menyebar ke epitel
orofaring, konjungtiva,
saluran napas, kulit,
kandung kemih, dan
usus.

Fase-fase pada morbili

Stadium inkubasi
(1) stadium
inkubasi sekitar
10-12 hari tanpa
gejala

stadium
prodromal
demam ringan
sampai sedang,
coryza, batuk,
konjungtivitis,
bercak koplik di
mukosa bukalis
dan batuk

stadium erupsi
rash
makulopapular
yang muncul
berturut-turut
dimulai dari
belakang telinga
atau pada leher
bagian belakang
dan muka,
tangan, kaki, dan
badan yang
disertai dengan
demam tinggi

stadium
konvalesensi
rash akan
menghilang
mulai dari
daerah awal
timbulnya dan
akan terjadi
hiperpigmentasi
pada kulit

Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan panas


sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan
saat pasien masuk rumah sakit telah timbul ruam merah
pada belkang telinga, leher, wajah dan dada. pasien juga
mengelukan matanya sering berair dan pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya konjungtiva yang hiperemis, pasie
mengeluhkan batuk sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Morbili bersifat self limiting disease sehingga
pengobatannya bersifat simptomatik, yaitu untuk
mengurangi gejala yang muncul dan mencegah
komplikasi yang dapat terjadi. Antipiretik diberikan untuk
menurunkan demam dan antibiotik diberikan untuk
mengobati dan mencegah infeksi sekunder. Diberikan
mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi batuk,
diberikan vitamin A dosis tunggal

Pada pasien ini diberikan parasetamol sebagai penurun


panas, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/dosis, setiap 6-8 jam
sehari. Pasien diberikan antibiotik untuk mencegah
komplikasi dan infeksi sekunder.

. Pemberian injeksi deksametason untuk mengurangi


proses inflamasi.

Dosis vitamin A untuk kurang dari 6 bulan 50.000 iu, untuk


usia 6 bulan-1 tahun 100.000 iu, 1-5 tahun 200.000 iu.

akibat kehilangan
KOMPLIKASI

Bronkopneumonia

Encephalitis morbili
akut

SSPE (subacute
scleroting
panenchepalitis)

angka kematian
rendah. Angka kejadian
ensefalitis setelah
infeksi sangat jarang
ialah 1: 1000

Ditandai dengan gejala


yang terjadi secara
tiba-tiba seperti
kekacauan mental,
disfungsi motorik,
kejang,dan koma

PENCEGAHAN

Imunisasi aktif
Imunisasi campak termasuk
imunisasi dasar yang wajib
diberikan pada anak usia 9
bulan yang dapat diulangi saat
anak berusia 5-7 tahun.

Imunisasi pasif
Campak dapat dicegah dengan
menggunakan imunoglobulin
serum. Namun tidak banyak
dianjurkan karena beresiko
terjadinya ensefalitis dan
aktivasi tuberkulosis

Isolasi

PROGNOSIS
Prognosis dari kasus morbili ini adalah baik karena penyakit ini merupakan self
limiting disease sehingga dalam penatalaksanaanya hanya dibutuhkan terapi
yang berdasarkan gejala. Tetapi jika gejala simptomatiknya tidak diatasi dapat
mengakibatkan timbulnya komplikasi sehingga dapat mengakibatkan prognosis
yang buruk. Pada kasus ini prognosis baik karena tanpa adanya penyulit.

TERIMA KASIH

You might also like