You are on page 1of 16

KASUS

Ny. Yuni, 45 tahun, Ibu Rumah Tangga


datang ke Puskesmas dengan
keluhan bersin-bersin, hidung
tersumbat, gatal dan berair. Keluhan
ini terjadi ketika pasien
membersihkan gudang yang
berdebu. Pasien memiliki riwayat
hipertensi

RINITIS ALERGI
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis
and its Impact on Asthma) tahun
2001 adalah kelainan pada hidung
dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen
yang diperantarai oleh IgE.

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh


interaksi dari pasien yang secara genetik memiliki potensi
alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki
peran penting. Pada 20 30% semua populasi dan pada 10
15% anak semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi,
maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai
50%. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu
alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan
merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki
kecenderungan alergi.1

Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen


inhalan yang masuk bersama udara pernapasan yaitu debu
rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur,
serbuk sari, dan lain-lain. 1

ANTIHISTAMIN
Antihistamin generasi pertama bersifat
lipofilik sehingga dapat menembus sawar
darah otak danplasenta dan mempunyai efek
anti kolinergik. Efek samping yang terjadi
pada ssP adalah rasa mengantuk, lemah,
dizzines, gangguan koqnitif dan penampilan
serta efek anti kolinergik seperti mulut kering,
kontipasi, hambatan miksi dan glaukoma.Yang
termasuk kelompok ini adalah difenhidramin,
klorfeniramin, hidroksisin, klemastin,
prometasin dan siproheptadin

Antihistamin generasi II lebih bersifat lipofobik sehingga sulit menembus


sawar darah otak dan plasenta, bersifat selektif mengikat reseptor Hl, tidak
mempunyai efek anti kolinergik, anti adrenergik dan efek pada SSP sangat
minimal sehingga tidak mempengaruhi penampilan
Qterformance).Yangtermasuk kelompok ini adalah loratadin, astemisol,
azelastin, terfenadin dan cetirisin. Terfenadin dan astemisol menyebabkan
penghambatan pada jalur ion Kalium yang menyebabkan perpanjangan
interval QT pada EKG. Bila dikombinasikan dengan obat lain yang
dimetabolisme di hati melalui enzim sitokrom P450 misalnya antibiotik
golongan malaolid dan antijamur golongan azol, ke dua obat ini dapat
menyebabkan timbulnya torsades de pointes serta aritmia ventrikel, sehingga
kedua obat ini sudah tidak di rekomendasikan lagi.l'2'3'8 Feksofenadin yang
merupakan metabolit aktif dari terfenadin dan desloratadin dapat digolongkan
sebagai antihistamin generasi III karena tidak dimetabolisme di hati dan tidak
menyebabkan kelainan pada jantung.2 Obat antihistamin generasi ke II dan III
ini mempunyai efek antiinfiamasi, menurunkan akumulasi eosinofil, pelepasan
sel mediator dari mostosit dan basofil, menurunkan migrasi sel eoslnofil dan
ekspresi ICAM I ( Intracellular Adhesion Molecull )

Saat ini terdapat 2 sediaan


antihistamin topikal untuk rinitis
alergi yaitu azelastin dan
levocabastin. Kedua jenis obat ini
secara efektif dan spesifik bekerja
sebagai H1 reseplor antagonis untuk
mengatasi gejala bersin dan gatal
pada hidung dan mata
(rinokonjungtivitis alergi). Bila
digunakan 2 kali sehari dapat

Dekongestan
Berbagai jenis alfa-adrenergik agonis
dapat diberikan secara per oral
seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin dan fenilefrin.
Obat ini secara primer dapat
mengurangi sumbatan hidung dan
efek minimal dalam mengatasi rinore
dan tidak mempunyai efek terhadap
bersin, gatal di hidung maupqn di
mata.

Berbagai jenis cr, adrenergik agonis dapat d.iberikan secara per oral seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin dan fenilefrin. Obat ini secara primer dapat mengurangi sumbatan
hidung dan efek minimal dalam mengatasi rinore dan tidak mempunyai efek terhadap
bersin, gatal di hidung maupqn di mata. Pseudoefedrin merupakan stereoisomer efedrin
dan mempunyai kerja yang sama
dengan efedrin, tetapi memiliki efek minimal terhadap tekanan darah atau jantung dan
SSP. Pemberian pseudoefedrin dapat mengatasi hiperemi jaringan, edem mukosa dan
meningkatkan patensi jalan napas hidung. Obat ini berguna untuk mengatasi rinitis alergi
bila dikombinasikan dengan antihistamin.l'2'3 Efek samping dekongestan oral terhadap SSP
yaitu gelisah, insomnia, iritabel, sakit kepala dan terhadap kardiovaskuler seperti palpitasi,
takikardi, meningkatkan tekanan darah, dapat menghambat aliran air seni. Penggunaan
obat ini harus hati-hati pada orang tua karena dapat meningkatkan tekanan darah dan
jangan diberikan pada pasien rinitis alergi dengan kelainan jantung koroner dan
glaukoma.l2 Preparat dekongestan topikal seperti oxymetazolin, fenilefrin, xylometazolin,
nafazolin dapat mengatasi gejala sumbatan hidung lebih cepat dibandingkan preparat oral
karena efek vasokontriksi dapat menurunkan aliran darah ke sinusoid dan dapat
mengurangi udem mukosa hidung. Namun pemberian secara topikal hanya beberapa hari
saja ( 3 - 5 hari ) untuk mencegah terjadinya rebound fenomena ( sumbatan hidung tetap
terjadi ) setelah penghentian obat dan rinitis medikamentosa.t'2'3 Penggunaan obat ini
tidak dianjurkan untuk mengatasi gejala sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat
rinitis alergi.3

Kombinasi antihistamin dan


dekongestan
Kombinasi antihistamin dengan
dekongestan banyak digunakan.
Tujuan pemberian ke dua obat ini
dalam satu sediaan seperti loratadin,
feksofenadin dan cetirizin dengan
pseudoefedrin 120 mg. Obat ini
dapat mengatasi semua gejala rinitis
alergi termasuk sumbatan hidung
yang tidak dapat diatasi bila hanya
menggunakan antihistamin saja

Ipratropium bromida
Ipratropium bromida topikal merupakan salah satu
preparat pilihan dalam mengatasi rinitis alergi.
Obat ini merupakan preparat antikolinergik yang
dapat mengurangi sekresi (rinore) dengan cara
menghambat reseptor kolinergik pada permukaan
sel efektor, tetapi tidak ada efek untuk mengatasi
gejala lainnya. Preparat ini berguna pada penderita
rinitis alergi dengan rinore yang tidak dapat diatasi
dengan kortikosteroid intranasat maupun dengan
antihistamin.l'2 Efek samping yang sering
ditemukan adalah iritasi hidung, pembentukkan
krusta dan kadang epistaksi ringan.

Sodium kromoglikat
intranasal
Obat ini mempunyai efek untuk mengatasi bersin, rinore
dan gatal pada hidung hidung dan mata, bila digrrnakan 4
kali sehari. Preparat ini bekeda dengan cara menstabilkan
membran mastosit dengan menghambat influks ion
kalsium sehingga pelepasan mediator ti{dak terjadi.2'8
Selain itu, obat ini juga bekerja pada respon fase lambat
rinitis alergi dengan menghambat proses inflamasi
terhadap aktivasi sel eosinofil. Dengan dosis pemberian 4
kali sehari, kemungkinan kepatuhan penderita berkurang.
Obat ini baik digunakan sebagai preventif sebelum gejala
alergi muncul seperti pada rinitis alergi musiman sebelum
musim polen terjadi, dan dapat diberikan dengan aman
pada anak, wanita hamil dan penderita usia lanjut.

Kortikosteroid topikal dan


sistemik
Kortikosteroid topikal diberikan sebagai terapi pilihan
pertama untuk penderita rinitis alergi dengan gejala sedang
sampai berat dan gejala yang persisten (menetap), karena
mempunyai efek anti inflamasi jangka panjang
metaanalisis membuktikan, kcrtikosteroid topikal efektif
untuk mengatasi gejala rinitis aletgr terutama sumbatan
hidung yang timbul pada fase lambat.l saat mulai kerjanya
lambat (12 jam) dan efek maksimum dicapai dalam
beberapa hari sampai minggu.s Bila hidung sangat
tersumbat, kortikosteroid topikal tidak mudah mencapai
mukosa hidung, sehingga kadang diperlukan pemakaian
dekongestan topikal misalnya oxymetazolin atau
kortikosteroid oral selama kurang dari seminggu sebelum
pemakaian kortikosteroid topikal.

Efek spesifik kortikosteroid topikal artara lain mengh artbatfase cepat dan
lambat dari rinitis alergi, menekan produksi sitokin TM, sel mast dan
basofil, mencegah switching dan sintesis IgE oleh sel B, menekan
pengerahan lokal lokal dan migrasi transepitel dari sel mast, basofil dan
eosinofil, menekan ekspresi GMcsF, IL-6, lL-8, RANTES, sitokin, kemokin,
mengurangi jumlah eosinofil di mukosa hidung dan juga menghambat
pembentukan, frrngsi ,adhesi, kemotaksis dan apoptosis eosinofi I.
Preparat yang termasuk kortikosteroid topikal adalah budesonide,
beklometason, flunisolide, flutikason, mometason furoat dan triamcinolon
acetonide' Preparat kortikosteroid topikal yang baru tidak diabsorpsi
secara bermakna oleh mukosa hidung sehingga dapat mengurangi dan
bahkan menghilangkan efek samping sistemik seperti supresi adrenal,
gangguan perfumbuhan pada anak, dan gangguan densitas tulang serta
mata
Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk terapi jangka pendek pada
penderita rinitis alergi berat yang refralter terhadap terapi pilihan
perfama.

Imunoterapi
dilatcukan atau bila terdapat efek
samping dari pemakaian obat.
Imunoterapi akan meningkatkan sel
Thl dalam memproduksi IFN Y,
sehingga aktifitas sel B akan
terhambat dan selanjutnya
pembentukan IgE akan tertahan.
Selain itu imunoterapi akan
meilrunkan produksi molekul
inflamasi seperti IL-4,IL-5,PAF, ICAM I

Terapi Masa Depan


IL-5 reseptor antagonis dan 1L-5 monoklonal
antibodi sudah dapat digunakan untuk
penderita asma dan mungkin dapat berperan
juga dalam mengatasi rinitis alergi. Kombinasi
antihistamin dengan anti leukofiien lebih
efektif untuk mengatasi rhinitis alergr
dibandingkan hanya menggunakan satu obat
saja. Anti IgE terapi berupa recombinant
humanized monoelonal IgG antibodi bekerja
langsung pada Fc dari IgE sehingga terjadi
penurunan IgE di sirkulasi

You might also like