Professional Documents
Culture Documents
RINITIS ALERGI
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis
and its Impact on Asthma) tahun
2001 adalah kelainan pada hidung
dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen
yang diperantarai oleh IgE.
ANTIHISTAMIN
Antihistamin generasi pertama bersifat
lipofilik sehingga dapat menembus sawar
darah otak danplasenta dan mempunyai efek
anti kolinergik. Efek samping yang terjadi
pada ssP adalah rasa mengantuk, lemah,
dizzines, gangguan koqnitif dan penampilan
serta efek anti kolinergik seperti mulut kering,
kontipasi, hambatan miksi dan glaukoma.Yang
termasuk kelompok ini adalah difenhidramin,
klorfeniramin, hidroksisin, klemastin,
prometasin dan siproheptadin
Dekongestan
Berbagai jenis alfa-adrenergik agonis
dapat diberikan secara per oral
seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin dan fenilefrin.
Obat ini secara primer dapat
mengurangi sumbatan hidung dan
efek minimal dalam mengatasi rinore
dan tidak mempunyai efek terhadap
bersin, gatal di hidung maupqn di
mata.
Berbagai jenis cr, adrenergik agonis dapat d.iberikan secara per oral seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin dan fenilefrin. Obat ini secara primer dapat mengurangi sumbatan
hidung dan efek minimal dalam mengatasi rinore dan tidak mempunyai efek terhadap
bersin, gatal di hidung maupqn di mata. Pseudoefedrin merupakan stereoisomer efedrin
dan mempunyai kerja yang sama
dengan efedrin, tetapi memiliki efek minimal terhadap tekanan darah atau jantung dan
SSP. Pemberian pseudoefedrin dapat mengatasi hiperemi jaringan, edem mukosa dan
meningkatkan patensi jalan napas hidung. Obat ini berguna untuk mengatasi rinitis alergi
bila dikombinasikan dengan antihistamin.l'2'3 Efek samping dekongestan oral terhadap SSP
yaitu gelisah, insomnia, iritabel, sakit kepala dan terhadap kardiovaskuler seperti palpitasi,
takikardi, meningkatkan tekanan darah, dapat menghambat aliran air seni. Penggunaan
obat ini harus hati-hati pada orang tua karena dapat meningkatkan tekanan darah dan
jangan diberikan pada pasien rinitis alergi dengan kelainan jantung koroner dan
glaukoma.l2 Preparat dekongestan topikal seperti oxymetazolin, fenilefrin, xylometazolin,
nafazolin dapat mengatasi gejala sumbatan hidung lebih cepat dibandingkan preparat oral
karena efek vasokontriksi dapat menurunkan aliran darah ke sinusoid dan dapat
mengurangi udem mukosa hidung. Namun pemberian secara topikal hanya beberapa hari
saja ( 3 - 5 hari ) untuk mencegah terjadinya rebound fenomena ( sumbatan hidung tetap
terjadi ) setelah penghentian obat dan rinitis medikamentosa.t'2'3 Penggunaan obat ini
tidak dianjurkan untuk mengatasi gejala sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat
rinitis alergi.3
Ipratropium bromida
Ipratropium bromida topikal merupakan salah satu
preparat pilihan dalam mengatasi rinitis alergi.
Obat ini merupakan preparat antikolinergik yang
dapat mengurangi sekresi (rinore) dengan cara
menghambat reseptor kolinergik pada permukaan
sel efektor, tetapi tidak ada efek untuk mengatasi
gejala lainnya. Preparat ini berguna pada penderita
rinitis alergi dengan rinore yang tidak dapat diatasi
dengan kortikosteroid intranasat maupun dengan
antihistamin.l'2 Efek samping yang sering
ditemukan adalah iritasi hidung, pembentukkan
krusta dan kadang epistaksi ringan.
Sodium kromoglikat
intranasal
Obat ini mempunyai efek untuk mengatasi bersin, rinore
dan gatal pada hidung hidung dan mata, bila digrrnakan 4
kali sehari. Preparat ini bekeda dengan cara menstabilkan
membran mastosit dengan menghambat influks ion
kalsium sehingga pelepasan mediator ti{dak terjadi.2'8
Selain itu, obat ini juga bekerja pada respon fase lambat
rinitis alergi dengan menghambat proses inflamasi
terhadap aktivasi sel eosinofil. Dengan dosis pemberian 4
kali sehari, kemungkinan kepatuhan penderita berkurang.
Obat ini baik digunakan sebagai preventif sebelum gejala
alergi muncul seperti pada rinitis alergi musiman sebelum
musim polen terjadi, dan dapat diberikan dengan aman
pada anak, wanita hamil dan penderita usia lanjut.
Efek spesifik kortikosteroid topikal artara lain mengh artbatfase cepat dan
lambat dari rinitis alergi, menekan produksi sitokin TM, sel mast dan
basofil, mencegah switching dan sintesis IgE oleh sel B, menekan
pengerahan lokal lokal dan migrasi transepitel dari sel mast, basofil dan
eosinofil, menekan ekspresi GMcsF, IL-6, lL-8, RANTES, sitokin, kemokin,
mengurangi jumlah eosinofil di mukosa hidung dan juga menghambat
pembentukan, frrngsi ,adhesi, kemotaksis dan apoptosis eosinofi I.
Preparat yang termasuk kortikosteroid topikal adalah budesonide,
beklometason, flunisolide, flutikason, mometason furoat dan triamcinolon
acetonide' Preparat kortikosteroid topikal yang baru tidak diabsorpsi
secara bermakna oleh mukosa hidung sehingga dapat mengurangi dan
bahkan menghilangkan efek samping sistemik seperti supresi adrenal,
gangguan perfumbuhan pada anak, dan gangguan densitas tulang serta
mata
Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk terapi jangka pendek pada
penderita rinitis alergi berat yang refralter terhadap terapi pilihan
perfama.
Imunoterapi
dilatcukan atau bila terdapat efek
samping dari pemakaian obat.
Imunoterapi akan meningkatkan sel
Thl dalam memproduksi IFN Y,
sehingga aktifitas sel B akan
terhambat dan selanjutnya
pembentukan IgE akan tertahan.
Selain itu imunoterapi akan
meilrunkan produksi molekul
inflamasi seperti IL-4,IL-5,PAF, ICAM I