You are on page 1of 21

Bioakumulasi, Biotransformasi,

Biokonsentrasi, dan Biomagnifikasi,


Bioremediasi

S. Hery Poerwanto
Laboratorium Parasitologi
Fakultas Biologi UGM

Pencemaran

Dalam UU no.4/1992 diperbarui dengan UU


no.23/1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup :
Pencemaran adalah masuknya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai
pada tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya

Dampak pencemaran tergantung


keberadaan pencemar, daya racun,
dan kadar pencemar di lingkungan.
Beberapa istilah pada pencemaran :
Biokonsentrasi
Bioakumulasi
Biomagnifikasi
Biotransformasi

Bioakumulasi
Sel beraktivitas menyerap senyawa yang ada di
lingkungannya, sehingga senyawa yang terserap tersebut
akan mengalami proses reaksi.
Senyawa yang dibutuhkan akan diserap demi kelangsungan
sel tersebut sedangkan senyawa seperti xenobiotik akan
dikeluarkan atau diubah menjadi senyawa lain yang tidak
membahayakan, atau diakumulasikan di dalam dan
dibagian tertentu dalam sel sebagai mekanisme sel
bertahan hidup.
Jadi senyawa xenobiotik dan yang tidak berguna dari luar
atau lingkungan sekitar akan diubah atau ditimbun
sehingga menjadi akumulasi zat pencemar yang tersimpan
dalam sel atau tubuh.

Jika memperhatikan sumbernya unsur-unsur toksik


dapat mencapai tanah. Unsur-unsur tersebut
menjadi bagian dari siklus hidup mulai dari tanah,
tumbuhan, hewan dan manusia.
Unsur-unsur ini dapat berakumulasi dalam jaringan
tubuh hewan dan manusia sampai tingkat toksik.
Situasi ini dapat membahayakan kehidupan
berbagai organisme. Begitu juga manusia yang
tinggal di akhir rantai makanan, sehingga menjadi
sesuatu yang penting untuk mengurangi pelepasan
unsur-unsur toksik dalam limbah industri (Brady,
1974).

Untuk mengelola limbah logam berat yang terdapat


dalam limbah padat industri kertas dapat dilakukan
bioakumulasi.
Menurut Satchell (1983), bahwa melalui
mekanisme yang ada dalam tubuh cacing tanah,
terutama melalui sistem pertukaran kation di
kloragosom, cacing tanah dapat mengakumulasi
logam berat yang ada di lingkungan.
Bahkan dari semua jenis logam berat yang
dipelajari, Cd dapat diakumulasi pada semua
species cacing tanah pada tingkat yang lebih besar
dari logam berat lainnya.

Tingkat logam berat yang diakumulasi oleh cacing tanah


tergantung pada
1. species dan macam-macam faktor fisiologis yang terlibat.
2. jaringan yang mengakumulasi logam berat mungkin ada
yang lebih banyak diakumulasi di bagian anterior, klitelum
ataupun di bagian posterior.
Keuntungan Bioakumulasi dengan cacing tanah :
1. Menurut Pincince dan Donovan (1981), Keuntungan utama
yang bisa didapatkan adalah diperolehnya kascing sebagai
pupuk dan cacing tanahnya sendiri bisa dimanfaatkan untuk
keperluan lain.
2. Proses bioakumulasi bisa dilakukan secara ekonomis dan
dapat diandalkan dalam skala luas serta dapat mengurangi
efek toksik logam berat.

Biokonsentrasi
Bioakumulasi sangat tergantung oleh besar
biokonsentrasi suatu senyawa dalam sel.
Biokonsentrasi adalah perpindahan senyawa kimia
xenobiotik dari berbagai sumber dari lingkungan
hidup sekitar ke dalam organisme yang menghasilkan
suatu kepekatan yang umumnya lebih tinggi dalam
organisme tersebut dibanding pada sumbernya.
Jadi biokonsentrasi adalah banyaknya konsentrasi
polutan yang ada dilingkungan sekitar yang
kemudian akan diserap oleh suatu organisme.
Sehingga meningkatkan kadar bioakumulasi dalam
suatu organisme.

Biomagnifikasi
Adalah perpindahan senyawa xenobiotik dari makanan ke konsumer
pada rantai makanan mengakibatkan proses perpindahan senyawa
tersebut menjadi kompleks.
Di alam, proses terjadinya akumulasi senyawa sering tidak dapat
digambarkan dengan suatu kesetimbangan yang relatif sederhana.
Masing-masing organisme yang terlibat dalam rantai makanan,
mengalami perpindahan senyawa sesuai fase (sebagai mangsa dan
pemangsa) di lingkungannya.
biomagnifikasi menggambarkan adanya suatu organisme yang
bertindak sebagai produsen yang sebelumnya telah menyerap suatu
senyawa xenobiotik, kemudian akan dimangsa oleh organisme lain
sehingga senyawa tersebut akan berpindah padanya sedangkan
organisme itu juga tanpa sengaja menyerap senyawa xenobiotik
yang masih dilingkungan yang sama, dan akan berlanjut seperti itu.
Dengan begitu senyawa xenobiotik tersebut akan semakin
terakumulasi hingga pada konsumen tertinggi.
Contoh : Senyawa DDT yang mengalir pada rantai makanan.

Biotransformasi
Kemampuan suatu organisme merubah suatu
senyawa polutan menjadi senyawa kimia sederhana
yang tidak membahayakan disebut dengan
Biotransformasi. Biotrasnformasi berkaitan dengan
Biodegradasi (perombakan oleh makhluk hidup).
Biotransformasi yang berujung pada biodegradasi,
dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya
menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.

Kesimpulan
Bioakumulasi adalah proses perpindahan senyawa xenobiotik
ke dalam organisme yang kemudian akan ditimbun dalam sel
atau jaringan tubuhnya.
Biokonsentrasi adalah banyaknya senyawa xenobiotik yang
ada pada lingkungan sekitar dan kemudian akan diserap oleh
suatu organisme.
Biomagnifikasi adalah penyerapan senyawa xenobiotik yang
masuk ke dalam rantai makanan sehingga secara berurutan
meningkatkan senyawa tersebut dari produsen hingga
konsumen tertinggi.
Biotransformasi adalah kemampuan suatu organisme untuk
mengolah atau merubah suatu senyawa xenobiotik yang
berbahaya menjadi suatu senyawa yang lebih sederhana dan
tidak membahayakan.

BIOREMEDIASI

merupakan penggunaan mikroorganisme untuk


mengurangi polutan di lingkungan.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan
mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah
peristiwa yang disebut biotransformasi.
Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracuN.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di
laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan.
Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama
kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri
ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang
umumnya ditemukan pada minyak bumi.

Bioremediasi merupakan suatu teknologi inovatif


pengolahan limbah, yang dapat menjadi teknologi
alternatif dalam menangani pencemaran yang
diakibatkan oleh kegiatan pertambangan di
Indonesia.
Bioremediasi ini teknik penanganan limbah atau
pemulihan lingkungan, dengan biaya operasi yang
relatif murah, serta ramah dan aman bagi lingkungan.
Bioremediasi adalah proses pembersihan
pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Ada dua jenis bioremediasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan


ex-situ (atau off-site).
1. Bioremediasi on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
2. Bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side dilakukan
dengan cara tanah yang tercemar digali dan dipindahkan ke
dalam penampungan yang lebih terkontrol, kemudian diberi
perlakuan khusus dengan menggunakan mikroba. B
Bioremediasi ex-situ dapat berlangsung lebih cepat, mampu
me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih
beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan
bioremediasi in-situ.

Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dlm


bioremediasi:
1. stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi
tercemar) dengan penambahan nutrien,
pengaturan kondisi redoks, optimasi PH, dsb
2. inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi
tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki
kemampuan biotransformasi khusus
3. penerapan immobilized enzymes
4. penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk
menghilangkan atau mengubah pencemar.

Bioremediasi ex-situ meliputi penggalian tanah yang


tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan
dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Zat pencemar Selanjutnyadipompakan keluar dari bak
yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Kelemahan bioremediasi ex-situ ini jauh lebih
mahal dan rumit. Keunggulannya antara lain proses bisa
lebih cepat dan mudah untuk dikontrol, mampu
meremediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih
beragam.

Proses bioremediasi harus memperhatikan antara lain


temperatur tanah, derajat keasaman tanah, kelembaban tanah,
sifat dan struktur geologis lapisan tanah, lokasi sumber
pencemar, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C :
N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksidasi.
Contoh bioremediasi bagi lingkungan yang tercemar minyak
bumi. Yang pertama dilakukan adalah mengaktifkan bakteri
alami pengurai minyak bumi yang ada di dalam tanah yang
mengalami pencemaran tersebut.
Bakteri ini kemudian akan menguraikan limbah minyak bumi
yang telah dikondisikan sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kebutuhan hidup bakteri tersebut. Dalam waktu yang
cukup singkat kandungan minyak akan berkurang dan akhirnya
hilang, inilah yang disebut sistem bioremediasi (http://forum
.upi.edu)

Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi,
termasuk diantaranya limbah B3.
Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat
digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih
lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari
pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol,
ampas tebunya dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik
kertas. Limbah pabrik tahu masih banyak mengandung protein dapat
dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan mikroba misalnya
untuk produksi Protein Sel Tunggal/PST atau untuk alga, misalnya
Chlorella sp.
limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah
walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk
mempermudah sistem pembuangan. Contohnya:limbah pabrik tekstil
yang biasanya terutama berupa zat-zat pewarna.

Berdasarkan sifatnya limbah dapat dibedakan menjadi :


1. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan
dan atau proses pengolahan. Contohnya : limbah dari
pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik
gula berupa bagase, limbah dari pabrik pengalengan
jamur, limbah dari industri pengolahan unggas, dan lainlain. Limbah padat dibagi 2, yaitu :
dapat didegradasi, contohnya sampah bahan organik, onggok, .
tidak dapat didegradasi contoh plastik, kaca, tekstil, potongan
logam.

2. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau


kegiatan yang berwujud cair.
Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan
tempe yang banyak mengandung protein, limbah
dari industri pengolahan susu.

3. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha


dan/atau kegiatan yang berwujud gas/asap.
Contohnya : limbah dari pabrik semen
Proses Pengolahan limbah dapat dilakukan dengan cara
- Proses pengolahan secara aerobik :
- Prinsip pengolahan secara aerobik adalah menguraikan
secara sempurna senyawa organik yang berasal dari
buangan di dalam periode waktu yang relatif singkat.
Penguraian dilakukan terutama dilakukan oleh bakteri
dan hal ini dipengaruhi oleh :
1. jumlah sumber nutrien
2. jumlah oksigen

DAYA REMEDIASI CACING TANAH (Lumbricus rubellus Hoff)


PADA MEDIA MENGANDUNG LOGAM BERAT TIMAH HITAM (Pb)

Soenarwan H. P. (2000) DAYA REMEDIASI CACING TANAH (Lumbricus rubellus


Hoff) PADA MEDIA MENGANDUNG LOGAM BERAT TIMAH HITAM (Pb). text.
Full text not available from this repository. Official URL:
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?mod...
Abstract
Cacing tanah merupakan komponen biota yang mampu mengakumulasi
logam secara biologis (bioakumulasi). Mekanisme bioakumulasi (detoksifikasi) terjadi dengan terikatnya logam berat (Pb) pada protein, polisaka-rida
dan asam amino dalam jaringan lunak atau cairan tubuh yang selanjutnya
terjadi pengurangan logam berat dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan mengakumulasi Pb (daya remediasi)
cacing tanah (L. rubellus) dan kemampuan tumbuh cacing tanah pada
media yang mengandung Pb. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak kelompok lengkap (Completely Randomized Block Design)
dengan 6 media perlakuan yang mengandung 2 x 103
Item Type: Article

You might also like