You are on page 1of 40

ASUHAN PADA NEONATUS DAN

BAYI BARU LAHIR DENGAN


MASALAH YANG LAZIM TERJADI

Nurmahalina Triani Putri A


Mutia Hanifah
Suci Rahmawati L
Uju
Maulidya Alista
Widia Estri L
Nuraisah
Dinda Mega Fazrina

1. SEBORRHEA
Adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang
menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang
pada bagian tubuh lainnya. Biasanya, proses pergantian sel-sel
pada kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat
oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan. Jika
proses ini menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada
kulit kepala yang kita sebut ketombe. Gangguan yang lebih parah
yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan berwarna kuning
berminyak yang melekat pada kulit kepala.

Klasifikasi Seborrhea
a. Seborrhea adipose
b. Seborrhea neonaturum (saraf susu)
c. Seborrhea Squamosa (bersisik)

Etiologi Seborrhea
a. Faktor hereditas, yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan orang tua
b. Intake makanan berlemak dan berkalori tinggi
c. Asupan minuman beralkohol
d. Adanya gangguan emosi
e. Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar
f.

hormon ibu yang mengalir didalam tubuh bayi

g. Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-bulan pertama


kehidupan sikecil. Gangguan ini akan hilang setelah bayi berusia 6-7 bulan.

Faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik (Dewi, Lia. 2010.) :


a. Stres
b. Kelelahan
c. Cuaca dingin
d. Kulit berminyak
e. Jarang mencuci rambut
f.

Pemakaian losyen yang mengandung alkohol

g. Penyakit kulit (misalnya jerawat)


h. Obesitas (kegemukan).

Seborrhea ini bukan cuma terdapat pada kulit kepala saja. Inilah
yang kemudian menjadi Seborrheic Dermatitis, atau keadaan kulit
yang berwarna merah, bersisik, dan sangat gatal. Bisa terjadi di
kulit kepala, samping kiri dan kanan hidung, alis, bulu mata, kulit di
belakang kuping, dada bagian tengah, pusar, ketiak, lipatan buah
dada, selangkangan, atau bokong.
1. Seborrhea Pada Bayi
Dermatitis seborrheic, adalah ketombe pada bayi, halini terkait
dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam
tubuhnya. Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan
menghilang seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen.
Namun, tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seborrheic.
Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang mengalami atopik,
yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap bahanbahan yang bersifat umum.

Gejala Seborrhea
Dermatitis
seboreik
biasanya
timbul
secara
bertahap,
menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala
(ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan
rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat
bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut,
di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis
seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di
kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna
kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam
di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anakanak, dermatitis seboroik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal
di kulit kepala yang sukar disembuhkan.

PATOFISIOLOGI SEBORRHEA
Kelainan ini diduga akibat disfungsi kelenjar sebasea. Selain itu erat
kaitannya dengan pengaruh hormone sisa kehamilan ibunya.
Karena itu dermatitis seboroik atau Seborrhea bisa sembuh dalam
waktu 8-12 bulan yaitu saat jumlah hormon tersebut berkurang.

Asuhan pada Bayi dengan Seborrhea


Penatalaksanaan dermatitis seboreik tergantung kepada usia
penderita:
1. Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak
mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan
menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama
sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari
setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
2. Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi
dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci
setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang
cukup dicuci 2 kali/minggu.

Pencegahan Seborrhea

a. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan


produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari
kotoran.
b. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat
efektif.
c. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan
keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo
setiap hari, pilih sampo jenis mild.
d. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya
dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak
setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan
karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
e. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus
dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang
bisa didapat di apotek
f. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala

BAYI PENDERITA
SEBORRHEA

2.MILIARIASIS
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat
buntet, liken tropikus, atau pickle heat. Milliariasis adalah
dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat.

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya milliariasis di awali dengan tersumbatnya poripori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya
vesikel miliar dimuara kelenjar keringat lalu disusul dengan
tingginya radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.

Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan


lembab serta adanya infeksi bakteri.
1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3. Aktivitas yang berlebihan
4. Setelah menderita demam atau panas
5. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan
di absorbsi oleh stratum korneum

Ada empat tipe milliariasis yaitu:


1. Milliria kristalina
2. Milliaria rubra
3. Miliaria profunda
4. Milliaria fustulosa

PATOFISIOLOGI MILLIARIASIS
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya
pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar
kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum.

BAYI PENDERITA
MILLIARIASIS

PENCEGAHAN MILLIARIASIS
1. Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat
tubuhnya basah oleh keringat.
2. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat.
3. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran.
4. Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikotakota besar yang panas dan pengap.
5. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran
udara dari luar ke dalam lancar.
6. Memandikan bayi secara teratur.
7. Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat.

Asuhan yang Di Berikan


Pada Bayi dengan
Milliariasis
1. Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan
sumbatan yang sudahtimbul
2. Menjaga kebersihan tubuh bayi
3. Mengupayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan
yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien
tinggal diruang ber AC atau didaerah yang sejuk dan kering
4. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu
sempit
5. Segera mengganti pakaian yang basah dan kotor
6. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan
menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

PERAN BIDAN
Peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek
pelayanan kesehatan dapat berupa :
1. Pelayanan Kesehatan Promotif
2. Pelayanan Kesehatan Kuratif
3. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif
4. Pelayanan Kesehatan Preventif.

3. BISUL (FURUNKEL)
Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutan di sekitarnya. Penyebabnya adalah
bakteri stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri
lainnya atau jamur. Paling sering ditemukan di daerah leher,
payudara, wajah dan bokong.

ETIOLOGI
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh Staphylococcus Aureus

Bayi yang lebih beresiko terkena bisul diantaranya adalah bayi


yang:
1. Kurang terjaga kebersihan
2. Daerah tropis
3. Kawasan penempatan yang sesak seperti di intitusi dan rumah
kebajikan.
4. Faktor gizi

TANDA-TANDA DAN GEJALA


BISUL
1. Nanah di bahagian tengah bisul
2. Keputihan, lelehan mengandungi darah daripada bisul tersebut
3. Kemerahan di sekeliling kulit yang dijangkiti
4. Biasanya di ikuti rasa teramat sakit apabila disentuh.

PATOFISIOLOGI BISUL
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit
(folikulitis) yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus
(nanah) yang dekat sekali dengan kulit disebut pustula. Pustula ini
menyebabkan kulit diatasnya sangat tipis, sehingga pus di dalam
dapat dengan mudah mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya
(furunkel) sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam.
Terkadang pus yang berada di dalam bisul diserap sendiri oleh
tubuh, tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang yang ada
di kulit. Bakterista filokokusaureus umumnya masuk melalui luka,
goresan atau robekan pada kulit.

GAMBAR BAYI PENDERITA


FURUNKEL/BISUL

ASUHAN YANG DI BERIKAN PADA


PENDERITA BISUL (FURUNKEL)
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh
dengan sendirinya
2. Pemeliharaan kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah
sekitarnya
3. Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul.
4. Jangan memijit furunkel terutama di daerah hidung dan bibir atas karena
dapat menyebabkan penyebaran kuman secara homogen
5. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung atau
telinga maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi
6. 8. Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam jumlah
yang banyak maka kenali faktor predisposisi adanya diabetes melitus.

PENCEGAHAN
1. Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat tersebut segera
dikeringkan
2. Biang keringat yang timbul pada kulit bayi harus dibersihkan dengan
handuk basah
3. Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari dengan
memandikannya jika terlalu banyak keringat yang keluar

sering

4. Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih


5. Ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup sehingga ruangan bayi
tidak lembab
6. Jangan kenakan bayi dengan pakaian ketat atau dari bahan yang tidak
menyerap keringat
7. Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor
8. Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat

4. DIARE
Diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (normalnya).
Sehingga orang yang mengalami diare akan lebih sering ke
toilet untuk buang air besar dengan volume feses yang lebih
banyak dari biasanya. Diare dikenal juga dengan istilah
mencret.

Frekuensi Normal Buang Air Besar Bayi:


Bayi usia 0 6 bulan (ASI): Sehari 1-7 kali atau bahkan hanya 1-2
hari sekali.
Bayi usia 0 6 bulan (non-ASI): Sehari 3-4 kali atau sampai hanya
1-2 hari sekali.
Usia di atas 6 bulan : Biasanya 3-4 kali sehari atau 2 hari sekali.
Jika sudah menginjak usia 4 tahun sama seperti dewasa.
Jika frekuensi BAB bayi Anda masih dalam rentang diatas berarti
normal, dengan catatan tidak disertai penurunan berat badan atau
gejala lain. Jika bayi mengalami BAB diatas batas normal maka bayi
dikatakan menderita diare.

PENYEBAB DIARE
1. Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
2. Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene
dan sanitasi yang buruk
3. Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
4. Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
5. Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
6. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
7. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
8. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
9. Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi
antibiotik)

JENIS DIARE
1. Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari,
muntah, demam
2. Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit
perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan
mukosa usus
3. Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari
diare akut ataupun disentri.

TANDA DAN GEJALA


1. Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum,
kurang sehat diikuti muntah dan diare.
2. Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah
menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah
sering
3. Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
4. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa
kering.
5. Pucat anus dan sekitarnya lecet

6. Pengeluaran urin berkurang/tidak ada


7. Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak
dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
8. Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan
berbusa
9. Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadangkadang berdarah

KOMPLIKASI
1. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi,
kejang dan demam)
2. Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
3. Penurunan berat badan dan malnutrisi
4. Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
5. Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
6. Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
7. Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau
kehilangan alkali dalam tubuh)

PATOFISIOLOGI DIARE
1. Gangguan osmotik
2. Gangguan sekresi
3. Gangguan motilitas usus
4. Patogenesis diare akut
5. Patogenesis diare kronik

ASUHAN YANG DI BERIKAN


PADA PENDERITA DIARE
1. Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
2. Terapi rehidrasi
3. Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan
kuman penyebabnya
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk
mencegah penularan
5. Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi
antibiotik
6. Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan
pengental feses

PENCEGAHAN DIARE
1. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.
2. Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita
makan.
3. Penggunaan jamban yang benar.
4. Imunisasi campak.

TERIMA KASIH

You might also like