You are on page 1of 40

LAPORAN PENDAULUAN

ASKEP TEORITIS
DAN ASKEP KASUS PADA
PASIEN DENGAN EFFUSI
PLUERA

NAMA : ADELA SARI


NIM: PO.71.20.4.14.002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
D IV KEPERAWATAN
2016

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1.
.

DEFINISI
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam pleura yang
terletak antara permukaan viseral. Merupakan proses penyakit
primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain (Brunner and Suddarth, 2001)

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan


cairan dalam rongga pleura berupa cairan transudat maupun
eksudat.

Efusi pleura terjadi penumpukan pus atau darah, Secara


normal , ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (515ml) yang berungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer
Suzanne 2002)

JENIS EFUSI PLEURA


Efusi pleura terbagi menjadi 2
yaitu: (Morton 2012)
1) Efusi pleura transudat (ultrafiltrat
plasma)
2) Efusi pleura eksudat (kebocoran
cairan)

PERBEDAAN EKSUDAT DG TRANSUDAT


Eksudat
Rivalta
Protein
Kriteria light

(+)
> 3 gr/ dl
(+)

Transudat
(-)
< 3 gr/ dl
(-)

Kriteria light
LDH cairan pleura/ LDH serum > 0,6
LDH cairan pleura / LDH serum > 2/3
protein pleura / serum > 0,5

2. ETIOLOGI
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya
disebabkan satu dari 5 mekanisme dasar
berikut: (Morton, 2012)
1) Peningkatan tekanan pada kapiler
subpleural atau limffatik
2) Peningkatan permeabilitas kapiler
3) Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4) Peningkatan tekanan negatif pleural
5) Adanya inflamasi/ neoplastik pleura

LANJUTAN
Penyebab efusi pleura:
1) Virus dan mikroplasma
2) Bakteri piogenik
3) Komplikasi penyakit TB
4) Fungi
5) Parasit
6) Neoplasma
7) Sebab lainnya: SLE, trauma, reaski
hipersensitif terhadap obat, efusi pluera
idiopatik

3. PATHWAY

4 MANIFESTASI KLINIS
a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena


pergesekan setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila
cairan banyak, penderita akan sesak nafas dan berat pada dada
Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis(pneumonia), panas tinggi
Berat badan menurun
Batuk yang kadang-kadang berdarah bagi perokok
Asites pada sirosi hati
Lemas yang progresif
Demam yang menggigil(empiema) atau demam subfebril(TB)
Pemeriksaan fisik dalam keadaan duduk dan berbaring akan
berlainan karena cairan akan berpindah tempat. Bagian sakit
akan kurang bergerak dalam pernafasan, fermitus melemah, raba
dan vocal saat perkusi didapatkan daerah pekak. Dalam keadaan
duduk permukaan membentuk garis melengkung atau garis Ellis
Domiseu)

LANJUTAN
Namun kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik,
timbul gejala sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
efusi yang besa/ sudah membesar dan menyebar
kemungkinan timbul dispnea dan batuk serta nafas
pendek.
Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang
terkena dulness pada perkusi dan penurunan bunyi
pernafasan pada sisi yang terkena (Irman Soemantri,
2007)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologik(rontgen
dada)
b. Torakosentresis
c. Biopsi Pleura
d. Bronkoskopi
e. Pemeriksaan laboratorium

Ro PA

RADIOLOGIS

RADIOLOGIS PA
Terlihat bila cairan > 300 cc
Sudut kosto preniku tumpul
100 cc
Tampak garis Ellis Damoiseau
Pendorongan kearah yg sehat
perselubungan homogen dmn
lateral lebih tinggi dari medial
Sela iga melebar

6. PENATALAKSANAAN
a.

b.

c.

d.

Tirah baring :dengan tujuan menurunkan kebutuhan


oksigen karena peningkatan aktiitas akan meningkatkan
kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
Thorakosentesis untuk membuang cairan pleura,
mendapatkan
spesimen
untuk
analisis
dan
menghilangkan dispnea dan edema paru.
Pemasangan selang dada/ drainage yang dilakukan
apabila torakosentesis menimbulkan nyeri, penipisan
protein dan elektrolit.
Obat-obatan antibiotik jika agen penyebab adala kuman
atau bakteri.

B. KONSEP ASKEP
1.

PENGKAJIAN
a.
b.

c.

IDENTITAS PASIEN (meliputi: nama, tempat dan tanggal lahir,


umur, agama, jenis kelamin dll)\
KELUHAN UTAMA:
Biasanya pasien dengan efusi pleura datang ke RS dengan
keluhan sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri akibat iritasu
pleura yang bersifat tajam, nyeri terjadi pada saat batuk dan
bernafas.
RIWAYAT KESEHATAN:

Riwayat kesehatan sekarang: berhubungan dengan dispnea


saat beraktivitas ataupun tanpa aktivitas, nyeri dada, batuk
dengan nyeri menusuk yang diperberat oleh nafas dalam

Riwayat kesehatan dahulu: meliputi pengkajian akan penyakit


seperti TB paru, pneumoni, gagal jantung, infeksi paru, trauma,
asites dan sebagainya

Riwayat kesehatan keluarga: adakah anggota keluarga yang


menderita penyakit ini atau penyakit yang dapat menyebabkan
penyakit ini terjadi.

LANUTAN
d. DATA DASAR PENGKAJIAN
1) Pola nutrisi: anoreksia atau tidak nafsu makan akibat dari sesak nafas
dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme
akibat proses penyakit.
2) Pola persepsi sensori dan kognitif: terjadi penekanan pada paru oleh
cairan seingga menimbulkan nyeri pada dada yang meningkat karena
pernafasan dan batuk. Nyeri terasa tajam dan menusuk yang diperberat
ole nafas dalam. Nyeri mungkin menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
3) Pola aktivitas dan latihan: terganggu berhububungan dengan sesak
nafas, kebutuan oksigen jaringan akan kurang terpenuhi dan akan
mengalami kelemahan pada aktivitas minimal dan pasien akan
mengurangi aktivitas akibat adanya nyeri dada.
4) Pola istirahat dan tidur: terganggu karena nyeri dada,, sesak nafas dan
peningkatan suhu tubuh.

LANJUTAN
e. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: pasien tampak sesak nafas
2. TTV : RR (takipnea, kesulitan bernafas), Nadi (takikardia dengan
frekuensi tidak teratur atau disritmia), Suhu (jika ada infeksi bisa
hipertermia), TD (bisa hipotensi maupun hipertensi)
3. Mata: konjungtiva anemis
4. Hidung: sesak, terdapat cuping hidung
5. Dada: gerakan pernafasan berkurang
6. Pulmo:
inspeksi : terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak dan
tan[mpak penggunaan otot bantu nafas
palpasi: vokal fermitus menurun
perkusi: pekak, redup
aukultasi: bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar datas bagian
terkena atau terdapat cairan

LANJUTAN
f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan torak sinar : terlihat sudut koslofrenik tumpul, obstruksi
diafragma sebagian putih komplet (opoqul densitas) pada daerah yang
sakit.
2) Torasentesis : mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairan dan
adakah bakteri dalam cairan.
3) Biopsi pleura: jika efusi disebabkan oleh kanker hal ini menunjukkan
adanya keganasan.
4) GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan dan kemampua mengkompresi PaCO2
kadang-kadang meningkat dan terkadang PaCO2 normal/ menurun,
saturasi oksigen biasanya menurun

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ekspansi
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kemampuan ekspansi
paru, kerusakan membran alveolar kapiler.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penuruna ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
4. Ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat
sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.
5. Nyeri akut behubungan dengan proses tindakan drainase
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan batuk yang menetap dan
sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan drainase (luka pemasangan
WSD)
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas
9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

3. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penuruna ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil:
-. Menunjukkan pola nafas yang efektif dengan frekuensi yang normal, bebas
dispnea, TTV batas normal
-. Tidak ada kesukaran dalam bernafas dan tidak ada penggunaan otot bantu
nafas
Intervensi:
-. Observasi pernafasan
-. Berikan posisi semifowler
-. Anjurkan pasien tidak banyak aktivitas
-. Kaji TTV

3. INTERVENSI
KEPERAWATAN (2)
2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan, akibat sesak
dan nyeri abdomen

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Kriteria Hasil:
- Nafsu makan meningkat, porsi baik dan berat badan tidak menurun
Intervensi:
- Observasi nafsu makan
- Beri makan sedikit tapi sering
- Beritau pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan
- Kolaborasi dengan tim Gizi dalam pemberian diit.

3. INTERVENSI
KEPERAWATAN (3)
3 . Nyeri akut berhubungan dengan proses tindakan drainase
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi
Kriteria Hasil:
- Keluhan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3, klien tampak rileks dan bisa
mengontrol nyeri
Intervensi:
- Kaji nyeri secara berkala
- Ajarkan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi pemberian analgetik

3. INTERVENSI
KEPERAWATAN (4)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan klien mampu beraktivitas
Kriteria Hasil:
- Melakukan aktivitas tanpa mengalami
melakukan aktivitas sehari-hari

peningkatan

Intervensi:
- Kaji kegiatan yang dapat dilakukan klien
- Bant klien dalam beraktivitas
- Berikan motiasi pada klien dalam melakukan aktivitas

TTV,

mampu

C. ASKEP KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. A (BB 50 kg/ TB 165 cm)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir / Usia : 28 Juli 1972 / 44 tahun
Tanggal Masuk : 2 September 2016
Alamat
: Dusun 1 Kabupaten OKI
Suku
: Sumatera
Pekerjaan
: Petani
Status Pernikahan : Menikah
Diagnosa Medis: Efusi Pleura
No. Medical Record : 160950375
Tanggal Pengkajian : 8 September 2016

LANJUTAN

Keluhan utama : nyeri dada dan sesak nafas


Riwayat kesehatan :
Kesehatan sekarang : Tn. A mengeluh sesak nafas dengan hebat
sehingga Tn. A datang ke puskesmas, setelah berobat di puskesmas
sesak tidak berkurang ehingga menyebabkan Tn. A dirujuk ke RS
Kayu Agung. Di RS Kayu Agung Tn. A di rawat kurang lebih 3
minggu dengan diagnosa Efusi pleura. Tn A sudah terpasang
drainage. Karena ketersedian alat dan keluhan semakin berat Tn. A
dirujuk ke RSMH.
Kesehatan dahulu: Tn. A sebelumnya pernah dirawat di RS Kayu
Agung karena penyakit liver. Tn . A merupakan perokok dan Tn. A
kalau sakit akan mengonsumsi obat dari warung.
Kesehatan keluarga : keluarga pasien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

LANJUTAN
Pola nutrisi: pasien tidak nafsu makan
makan hanya dari porsi biasanya
Pola eliminasi: BAK dan BAB tidak ada
gangguan, BAK warna kuning dan BAB
konsentrasi lunak
Pola Isitirahat,tidur: istirahat terganggu
karena sesak dan nyeri dada
Pola Aktivitas/ mobilitas fisik: aktivitas
dibantu oleh keluarga

LANJUTAN
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:
Hidung: terdapat cuping hidung
Mulut : membran mukosa kering
Lidah: berwarna pucat dan kotor
Dada: nyeri dada bagian kanan, suara napas hilang pada bagian yang
terdapat penumpukan cairan
6. Abdomen: simetris namun ada nyeri tekan

1.
2.
3.
4.
5.

. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
1. trombosit(PLT) : 164x10/L
2. Leukosit: eosinofil 0%, netrofil 85%, limfosit 6%, monosit 9%
3. Albumin: 3,2 g/dL

LANJUTAN
TERAPI
1. Farmakologi:
- injeksi IV Dexamethason
- Injeksi ciprofloxacin 2x200mg
- IVFD drips antibiotik (1/2 ampul gtt 8x/menit)
- Krim desolesimetasme 25%(2xseari)
2. Terpasang WSD dengan cairan berwarna kuning
3. Diet TKTP

ANALISA DATA
DATA
DS: pasien mengatakan sesak nafas
DO: TD: 120/90mmHg RR: 35x/menit
N: 92x/menit S: 36,8C
KU: lemah, dan cuping hidung
ETIOLOGI
Penumpukan cairan di pleura
Ekspansi paru menurun
Sesak nafas
MASALAH KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penuruna ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

ANALISA DATA (2)


DATA
DS: pasien mengatakan makannya terganggu karena sesak dan nafsu
makan menurun
DO: makan tidak habis, mukosa kering, turgor kulit jelek
BB turun dari 54-50kg
ETIOLOGI
Penumpukan cairan di pleura
Penekanan pada abdomen dan sesak
anoreksia
MASALAH KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan, akibat sesak
dan nyeri abdomen

ANALISA DATA(3)
DATA
DS: pasien mengatakan nyeri di daerah terpasangnya WSD
DO: Skala Nyeri : 7 dengan KU lemah dan pasien tampak meringis
ETIOLOGI
Penumpukan cairan di pleura
tindakan pemasangan WSD
Terasa Nyeri
MASALAH KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan proses tindakan drainage

ANALISA DATA (4)


DATA
DS: keluarga mengatakan aktivitas dibantu
DO: TD: 120/90mmHg RR: 35x/menit
N: 92x/menit S: 36,8C
KU: lemah, dan tampak sesak apabila beraktivitas
ETIOLOGI
Penumpukan cairan di pleura
insufiensi oksigen
gangguan metabolisme

energi berkurang

MASALAH KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penuruna ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan
cairan dalam rongga pleura
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan
nafsu makan, akibat sesak dan nyeri abdomen
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses tindakan drainage
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penuruna ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil:
-. Menunjukkan pola nafas yang efektif dengan frekuensi yang normal, bebas
dispnea, TTV batas normal
-. Tidak ada kesukaran dalam bernafas dan tidak ada penggunaan otot bantu
nafas
Intervensi:
-. Observasi pernafasan
-. Berikan posisi semifowler
-. Anjurkan pasien tidak banyak aktivitas
-. Kaji TTV

INTERVENSI KEPERAWATAN (2)


2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan, akibat sesak
dan nyeri abdomen

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Kriteria Hasil:
- Nafsu makan meningkat, porsi baik dan berat badan tidak menurun
Intervensi:
- Observasi nafsu makan
- Beri makan sedikit tapi sering
- Beritau pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan
- Kolaborasi dengan tim Gizi dalam pemberian diit.

INTERVENSI KEPERAWATAN (3)


3 . Nyeri akut berhubungan dengan proses tindakan drainase
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi
Kriteria Hasil:
- Keluhan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3, klien tampak rileks dan bisa
mengontrol nyeri
Intervensi:
- Kaji nyeri secara berkala
- Ajarkan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi pemberian analgetik

INTERVENSI KEPERAWATAN (4)


4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan klien mampu beraktivitas
Kriteria Hasil:
- Melakukan aktivitas tanpa mengalami
melakukan aktivitas sehari-hari

peningkatan

Intervensi:
- Kaji kegiatan yang dapat dilakukan klien
- Bant klien dalam beraktivitas
- Berikan motiasi pada klien dalam melakukan aktivitas

TTV,

mampu

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penuruna ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Implementasi :
-. Mengobservasi pernafasan
-. Memberikan posisi semifowler
-. Menganjurkan pasien tidak banyak aktivitas
-. Mengkaji TTV
2.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan, akibat sesak
dan nyeri abdomen
Implementasi:
-. Mengobservasi nafsu makan
-. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
-. Memberitau pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan
-. Kolaborasi dengan tim Gizi dalam pemberian diit.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN(2)
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses tindakan drainase
Implementasi:
- Mengkaji nyeri secara berkala
- Mengajarkan teknik relaksasi
- Memberikan posisi nyaman
- Kolaborasi pemberian analgetik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas
Implementasi:
- Mengkaji kegiatan yang dapat dilakukan klien
- Membantu klien dalam beraktivitas
- Memberikan motivasi pada klien dalam melakukan aktivitas

EVALUASI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1
S: pasien mengatakan sesak masih berat
O: KU: lemah, TD: 120/80mmHg, RR: 32x/menit, HR:
96x/menit, T: 36,8C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
2. Diagnosa 2
S: pasien mengatakan makan sedikit demi sedikit tapi masih
belum nafsu makan
O: KU: lemah, Turgor kulit jelek, habis makan 1/4porsi biasa
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

EVALUASI KEPERAWATAN(2)
3. Diagnosa 3
S: pasien mengatakan nyeri semakin berat di dada sebelah
kanan
O: Skala nyeri 7, tampak kesakitan dan meringis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
4. Diagnosa 4
S: pasien mengatakan sesak setelah beraktivitas dan ketika
istirahat kadang timbul sesak
O: KU: lemah, TD: 120/80mmHg, RR: 32x/menit,
HR: 96x/menit, T: 36,8C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

You might also like