Professional Documents
Culture Documents
Harlina Hasballah
1507101030238
Preseptor : dr. Adi Purnawarman, Sp. JP(K)-FIHA
No
Pasien
Diagnosis
Ny.
1. Acute
Gustina
Heart
Ariani
Failure
2. Limpoma
maligna
post
kemoterapi
Terapi
Planning
DPJP
Bed rest
Inj. Furosemid 2
amp/6jam
spironolakton 1 x
50 mg
atorvastatin 1 x 20
mg
platogrix 1 x 75 mg
Cek darah
lengkap
Foto
thoraks
EKG
dr.
Nurkhalis,
Sp.JPFIHA
Skenario
Ny GA, 36 tahun datang dengan keluhan bengkak di
kaki sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai
sesak nafas. Pasien merasa lebih nyaman tidur lebih
dari 1 bantal, saat tidur malam sering terbangun
karena sesak. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
jika berjalan cepat lelah, hanya sanggup berjalan
beberapa langkah. Mual dan muntal (-). 2 bulan
yang lalu pasien mengikuti kemoterapi siklus ke 6
dengan NHL.
Pemeriksaan Fisik
OVITAL SIGN
O TD
: 130/90 mmHg
O Nadi
: 116x/menit
O RR
: 26 x/menit
OT
: 36 C
Pemeriksaan Fisik
Thorax :
Inspeksi: Simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor(+/+)
Auskultasi : Rhonki(+/-), Wheezing(-/-)
Jantung :
Inspeksi: Ictus cordis tidak teraba
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea
Perkusi : Batas jantung kesan tak normal
Auskultasi : BJ1 > BJ2, Murmur(-)
Ekstremitas : Edema(+) di Extremitas inf
midclavicula sinistra
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan EKG
Interpretasi EKG
- Ritme
: sinus
- Rate
: 125 x/menit
- Axis
: Normoaxis
- Gel P
: 0,08s
- Kompleks QRS : 0,08s
- PR interval : 016s
- Hipertrof
: (-)
- Iskemik/infark : (-)
- ST elevasi : (-)
- ST depresi : (-)
Kesimpulan: normal
Diagnosis
1. Acute Heart Failure De Novo
2. Limpoma maligna post kemoterapi
Terapi
. Bed rest
. Inj. Furosemid 2 amp/6jam
. Spironolakton 1 x 50 mg
. Atorvastatin 1 x 20 mg
. Platogrix 1 x 75 mg
Terminologi
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis
yang ditandai dengan gejala khas ( sesak
nafas/lelah bila beraktivitas atau saat
istirahat) disertai dengan tanda-tanda
( kongesti paru atau edema perifer) dan
adanya bukti objektif kelainan struktur atau
fungsi jantung saat istirahat.
Non Hodgkin Limfoma (NHL) merupakan
sekumpulan
besar
keganasan
primer
kelenjar getah bening, yang dapat berasal
dari limfosit B, limfosit T, dan terkadang sel
NK.
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dari gagal jantung
akut?
2. Bagaimana patofisiologi penyakit pada
pasien ?
Analisa Masalah
Klasifkasi Gagal Jantung
Akut
waktu
Skema
Tn. SR
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Penegakan
Diagnosis
ACUTE HEART
FAILURE DE NOVO
Pemeriksaan
Penunjang
Learning Objective
1. Diagnosa klinis kasus pasien
2. Tatalaksana kasus pasien
Epidemiologi
Diagnosa Klinis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ST elevasi IMA menurut ACC/AHA 2013 :
a.
Pemberian Oksigen
Suplementasi oksigen harus diberikan pada pasien
dengan saturasi oksigen arteri < 90%. Pada semua pasien STEMI tanpa
komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
b.
b. Nitrogliserin
Pasien dengan nyeri iskemik di dada harus diberikan
nitrogliserin sublingual 0,4 mg setiap 5 menit dengan dosis maksimal 3 dosis.
Setelah melakukan penilaian seharusnya dievaluasi akan kebutuhan
nitrogliserin intravena. Intravena nitrogliserin ini diindikasikan untuk bila nyeri
iskemik masih berlangsung, untuk mengontrol hipertensi, dan edema paru.
Nitrogliserin tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik < 90
mmHg, bradikardi, (kurang dari 50 kali per menit), takikardi (lebih dari 100 kali
per menit, atau dicurigai adannya RV infark.
c.
c. Analgesik
Morfn sulfat (2-4 mg intravena dan dapat diulang dengan
kenaikan dosis 2 8 mg IV dengan interval waktu 5 sampai 15 menit)
merupakan pilihan utama untuk manajemen nyeri yang disebabkan STEMI.
Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfn adalah konstriksi
vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis sehingga terjadi pooling vena
yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik
ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan
penambahan cairan IV dan NaCl 0,9%. Morfn juga dapat menyebabkan efek
vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi,
terutama pasien dengan infark posterior. Efek samping ini biasanya dapat
diatasi dengan pemberian atropine 0,5 mg.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ST elevasi IMA menurut ACC/AHA 2013 :
d. Aspirin
Aspirin kunyah harus diberikan pada pasien yang belum
pernah mendapatkan aspirin pada kasus STEMI. Dosis awal yang
diberikan 162 mg sampai 325 mg. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
e. Beta Bloker
Terapi beta bloker oral dianjurkan pada pasien yang
tidak memiliki kontraindikasi terutama bila ditemukan adanya
hipertensi dan takiaritmia. Regimen yang biasa digunakan addalah
metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total3 dosis, dengan syarat
frekuensi jantung > 60 menit, tekanan darah sistolik > 100 mmHg,
interval PR < 0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari
diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan
dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam
dan dilanjutkan 100mg tiap 12 jam.
f. Clopidogrel
Pemberian clopidogrel 600 mg sedini mungkin. Dan
dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 75 mg per hari.
g. Reperfusi
Semua pasien STEMI seharusnya menjalani evaluasi
untuk terapi reperfusi. Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi
koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan
mengurangi kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump
failure atau takiaritmia ventricular yang maligna.