You are on page 1of 20

ETIKA PENYAMPAIAN INFORMASI

ETIKA PENYAMPAIAN INFORMASI OBAT


OLEH APOTEKER BERDASARKAN UNDANGUNDANG KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009,
KODE ETIK KEPROFESIAN, PP 51 TAHUN
2009 DAN ISLAM

Pelayanan kefarmasian kini telah


bergeser orientasinya, dari obat ke
pasien yang mengacu kepada
pelayanan Pharmaceutical Care.
Sebagai konsekuensinya, maka
Apoteker diharuskan melakukan
pelayanan yang komprehensif
kepada pasien dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup
dari pasien.

Maka

dari itu, amat perlunya


seorang Apoteker untuk dapat
berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan lainnya ataupun
kepada pasien sehingga tujuan
dari pengobatan itu dapat
terwujud secara nyata.

Sekapur Sirih Tentang


Apoteker
Dalam

PP 51 Tahun 2009 dijelaskan pada


pasal 1 ayat 3 tentang Tenaga Kefarmasian
adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Berdasarkan PP 51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, Pasal 1 ayat 5
yang dimaksud dengan Apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah
apoteker.

Pekerjaan Kefarmasian
Berdasarkan

PP 51 Tahun 2009, dijelaskan pula


tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pasal 1 ayat 1.
pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
Dalam presentasi ini, penitikberatan

materi yang akan dibahas adalah terkait


Pengelolaan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat.

Dimana Apoteker
Bekerja?
Dalam

menjalankan tugasnya,
seorang Apoteker dapat bekerja
dibeberapa tempat berdasarkan
PP 51 Tahun 2009 disebutkan
pada pasal 1 ayat 11 yaitu,
apotek, instalasi farmasi rumah
sakit, puskesmas, klinik, toko
obat atau praktek bersama.

Profil Apoteker Idaman


Berdasarkan

Undang-undang
Kesehatan No 36 Tahun 2009
pada Pasal 24 ayat 1, berbunyi:
.....Harus memenuhi ketentuan
Kode Etik, Standar Profesi..
Lalu pada ayat 2, dikatakan:
Ketentuan Kode Etik dan Standar
Profesi ditentukan oleh
Organisasi Profesi.

Bagaimana

Ketentuan dari Kode


Etik tentang Kewajiban Umum?
Pada Bab 1 ayat 3 tentang
Kewajiban Umum, disebutkan
bahwasanya, Apoteker harus
selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya.

Kepentingan

kemanusiaan yang
dimaksud adalah mampu
memberikan jaminan bahwa
mereka memberikan pelayanan,
arahan atau bimbingan terhadap
masyarakat agar dapat
menggunakan sediaan farmasi
secara benar.

Pemberian Informasi Obat


Informasi

obat adalah setiap data atau


pengetahuan objektif, diuraikan secara
ilmiah dan terdokumentasi mencakup
farmakologi, toksikologi, dan
farmakoterapi obat.
Ruang lingkup dalam Pelayanan Informasi
Obat, diantaranya: pelayanan informasi
obat untuk menjawab pertanyaan,
pelayanan informasi obat untuk
mendukung terapi, untuk publikasi,
edukasi, evaluasi dan studi investigasi.

Penyampaian Informasi Menurut


ISLAM
Komunikasi

itu penting, menurut


A. Samover, We Cannot to Not
Communicate, atau Kita tidak
bisa untuk tidak berkomunikasi.
Kemampuan menjelaskan,
mengungkapkan, mengutarakan
apa yang terkandung di dalam
pikiran dan perasaan merupakan
nikmat yang sangat besar yang
Allah swt karuniakan bagi umat
manusia.

Dalam

Al-Quran dan Al-Hadits


ditemukan berbagai panduan
agar komunikasi berjalan dengan
baik dan efektif. Kita dapat
mengistilahkannya sebagai
kaidah, prinsip atau etika
berkomunikasi dalam perspektif
Islam.

Dalam

berbagai literatur tentang


komunikasi Islam kita dapat menentukan
setidaknya enak jenis gaya bicara atau
pembicaraan yang dikategorikan sebagai
kaidah, prinsip atau etika komunikasi Islam.
1. Qaulan Sadida
2. Qaulan Baligha
3. Qaulan Marufa
4. Qaulan Karima
5. Qaulan Layyinan
6. Qaulan Maysuro

Qaulan Sadida
dan

hendaklah takut kepada


Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan
dibelakan mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka . Oleh
sebab itu hendaklah mereka
bertakwa dan mengucapkan
Qaulan Sadida (Perkataan Yang
Benar). (QS.An-Nisa:9)

Sadid

pada ayat tersebut berarti


benar, menurut Al-Qosyani
mengatakan bahwa Qoulan
Sadida adalah kata yang lurus
(Qawiman), benar (Haqqan) dan
tepat (Shawaban).

Qaulan Baligha
Mereka itu adalah orang-orang yang

Allah mengetahui apa yang ada di


dalam hati mereka, karena itu
berpalinglah kamu dari mereka dan
berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan
Baligha (Perkataan yang berbekas
pada mereka). (QS. An-Nisa:63)
Maksud dari Perkataan yang berbekas
adalah, bahasa informasi yang
disampaikan mudah dimengerti oleh
orang yang menyampaikan.

Qaulan Marufa
dan

apabila sewaktu pembagian


itu hadir kerabat, anak yatim,
dan orang miskin, maka berilah
dari harta itu (sekadarnya) dan
ucapkanlah kepada mereka
Qaulan Marufa (Perkataan yang
baik) (QS.An-Nisa:8).

Qaulan Karima
...sekali

kali janganlah kamu


mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan kamu
janganlah membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka
Qaulan Karima (Perkataan yang
mulia) (QS.Al-Isra:23).

Qaulan Layyinun
maka

berbicarala kamu berdua


kepadanya dengan Qaulan
Layyinun (lemah lembut)
(QS.Thaha: 44).
Maksudnya adalah, pembicaraan
yang dengan suara yang lemah
lembut, penuh keramahan atau
tidak membentak serta tidak
bicara kasar.

Qaulan Maysuro
dan

jika kamu berpaling dari


mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhannya yang kamu
harapkan, maka katakanlah
kepada mereka Qaulan Maysuro
(Ucapan yang Mudah) (QS.AlIsro:28).
Arti dari hal ini adalah berkata
dengan hal yang mudah
dimengerti oleh kawan
komunikasi kita dengan bahasa

You might also like