You are on page 1of 19

VALUASI EKONOMI DI

EKOSISTEM PADANG LAMUN


LEXI MATATULA
TASYA LATUPERISSA
JONRICH PATTIPEILOHY

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia mempunyai perairan laut yang luas dari pada daratan, oleh karena
itu Indonesia dikenal sebagai maritime. Perairan laut Indonesia kaya akan
berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman
yang jasad-jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika
kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken,1988)
Dewasa ini , perhatian terhadap biota laut semakn meningkat dengan
munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya
lautan. Menurut bengen (2001) laut sebagai penyedia mineral dan energy,
media komunikasi maupun kawasan rekreasi ataupun pariwisata. Karena itu
wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan dan harapan manusia dalam
pemenuhan kebutuhan dimasa mendatang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan
adalah lamun. Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi dan berbunga
(Angiospermae) yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di laut.
Keberadaan buah dan bunga adalah factor utama yang membedakan lamun
dengan jenis tumbuhan lainnya yang hidup terbenam dalam laut lainnya,
seperti rumput laut (seaweed) hamparan lamun sebagai ekosistem utama pada
suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed) pada
ekosistem padang lamun berasosiasi berbagai biota laut yang bernilai penting
dengan tingkat keragaman yang tinggi.

Ekosistem lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir


seperti mangrove, terumbu karang, estuary dan ekosistem lainya dalam
menunjang keberadaan biota terutama pada periakanan serta beberapa aspek
lain seperti fungsi fisik dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan keberadaan
ekosistem lamun adalah tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem
sekitarnya. Bahkan sangat dipengaruhi aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini
kondisi padang lamun semakin menyusut oleh adanya kerusakan yang
disebabkan oleh aktifitas manusia.
Pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya lamun dilakukan oleh masyarakat
maupun swasta sebagai daerah penangkapan ikan, penangkapan biota non ikan
dan sebagai areal budidya perairan (rumput laut,kerang dan ikan). Beberapa
aktifitas yang dianggap secara langsung maupun tidak langsung berdampak
pada degradasi habitat (Habitation) dan keanekaragaman hayati (biodiversity).
Pemberian nilai yang tepat secara moneter terhadap sumberdaya alam berikut
fungsi-fungsinya, memberikan kesempatan kepada manusia untuk memahami
seluruh dampak dari kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan.
Hal serupa juga berguna dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan
kebijakan pemanfaatan suatu semberdaya alam yang efisien, berkelanjutan dan
tidak saling berkontradiksi terhadap pemanfaatan sumberdaya alam yang lain.
Sehingga untuk mengetahui nilai manfaat dari ekosistem lamun, maka perlu
dilaksanakan analisis terhadap metodologi valuasi ekonomi. Valuasi ekonomi
merupakan komponen penting dalam perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya pesisir laut karena mengaitkan dimensi-dimensi ekonomi dan
ekologi secara integrative.

1.2 Tujuan
Pemberian nilai yang tepat secara moneter terhadap sumberdaya alam
berikut fungsi-fungsinya, memberikan kesempatan kepada manusia untuk
memahami pola pemanfaatan pada ekositem padang lamun
1.3 Manfaat
Dari tulisan ini dapat memberikan informasi yang penting kepada
masyarakat maupun pemerintah dalam memberikan nilai pemanfaatan
pada ekosistem padang lamun sehingga dikelola secara bertanggung jawab
dan berkelanjutan.

3.1 Jurnal Valuasi Ekonomi Potensi Laut dan Pesisir Kab.Pesisir Selatan.
Potensi Laut
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi laut yang sangat besar, dengan luasan
perairan laut seluas 116.429,00 Ha. Ditunjang dengan ekosistem perairan laut yang terdiri
atas hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang memberikan pengaruh
besar terhadap jumlah perikanan laut, sebagai tempat pemijahan ikan/nursery ground
yang sangat luas. Hal ini sempat menjadi bahan wacana yang diperhatikan secara luas
ketika pada tahun 1991, dari survey Dirjen Perikanan, sektor kelautan laut Pesisir Selatan
memiliki potensi lestari rata-rata 94.864 ton/tahun. Sedangkan yang sudah tergarap hanya
sebesar 13,61 % dengan tingkat produksi 12.910 ton/tahun.
No.

Potensi Laut

Luas (Ha)

Laut Pesisir Selatan

116.429,00

Hutan Mangrove

521,57

Terumbu Karang

7,91

Padang Lamun

271,00

Nilai Valuasi Ekonomi


Dari hasil perhitungan valuasi ekonomi yang dilakukan maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
No.

Nilai Kayu

Nilai (Rupiah)

589.547.753,00

2
Nilai Hutan Mangrove Sebagai Nursery Ground
3
Nilai Ekonomi M angrove sebagai Pelindung Abrasi
4
Nilai Ekonomi Batu Karang
5
Nilai Ekonomi Terumbu Karang Sebagai Habitat ikan
6
Nilai Ekonomi Padang Lamun Sebagai Habitat Ikan
7
Nilai Ekonomi ikan tangkap
8
Nilai lahan pesisir
Nilai Ekonomi Total kawasan Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan

82.638.000.000.000,00
31.294.200.000,00
3.834.309.258,00
755.707.860.000,00
63.414.000.000.000,00
349.415.733.333,33
3.425.148.500.000,00
150.617.990.150.344,00

Nilai Ekonomi Pembanding


padang

perikanan padang lamun

3.858,91

271

1.045.764,61

9.934.763.795,00

pencegahan erosi

34.871,75

271

9.450.244,25

89.777.320.375,00

biodiversity

15,00

271

4.065,00

38.617.500,00

lamun

Nilai Biaya
No

Jenis Budi
Daya
Hutan
Mangrove

Fungsi
ekosistem
Investasi
standing stock

Nilai Biaya
Nilai
Luas (Ha)
(US$/Ha/thn)
190,39
521,57
105,40
521,57

terumbu
karang

ikan
Wildlife
investasi
operasional

681,95
0,37
8.320,00
1.019,04

Total Nilai (US$/tahn)

Total Nilai (Rp/tahun)

99.301,71
54.973,48

943.366.266,85
522.248.041,00

521,57
521,57
7,91
7,91

355.684,66
194,44
65.811,20
8.060,61

3.379.004.284,25
1.847.192,31
625.206.400,00
76.575.760,80

tetap tahunan 3.064,52

7,91

24.240,35

230.283.355,40

rehabilitasi

5,72

7,91

45,25

429.829,40

Investasi
operasional

8.320,00
1.019,04

271
271

2.254.720,00
276.159,84

21.419.840.000,00
2.623.518.480,00

tetap tahunan 3.064,52

271

830.484,92

7.889.606.740,00

357.612.000,00

3.397.314.000.000,00

88.000.000,00

836.000.000.000,00

28.608.960,00

271.785.120.000,00

7.040.000,00

66.880.000.000,00

Total Biaya

485.230.636,46

4.609.691.046.350,01

TOTAL EKONOMI

967.852.161,51

9.194.595.534.375,44

padang
lamun

pantai
bungalow
7.152.240,00 50
pasir (218 (investasi)
Km)
restoran
1.760.000,00 50
(investasi)
bungalow
572.179,20
50
(operasional)
restoran
(operasinal)

140.800,00

50

Dari hasil perhitungan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Pesisir Kabupaten Pesisir
Selatan yang didapatkan dari perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan potensi sebesar Rp.
150.617.990.150.344,00. Angka ini didapatkan dengan memperhitungkan potensi sumber daya terumbu
karang, hutan mangrove dan padang lamun yang ada di wilayah studi yang didekati dengan harga dan biaya
yang berlaku di sana. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi Sumber Daya Alam di wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan memiliki nilai yang besar sekali dengan nilai sekitar seratus lima puluh triliun rupiah.
Nilai dari perhitungan valuasi ini didekati dengan perhitungan valuasi ekonomi dan analisis manfaat biaya
pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil yang memberikan nilai sebesar Rp. 9.194.595.534.375,44. Angka
ini diperoleh dengan memperhitungkan biaya yang didasarkan atas penelitian-peneltian yang telah dilakukan
di sejumlah wilayah, yang memberikan gambaran tentang potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu
wilayah laut dan pesisir. Dari perhitungan ini juga didasarkan atas faktor biaya yang mempengaruhi
perkembangan dan pemanfataan potensi laut dan pesisir ini dengan mengurangkan atas nilai sumber daya alam
laut dan pesisir yang ada.
Perbedaan atas ke-dua nilai perhitungan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan pesisir Kabupaten
Pesisir Selatan, memberikan dasar bahwa teknik perhitungan yang berbeda dengan mendasarkan atas harga dan
biaya yang ada di wilayah studi, dan perhitungan atas nilai dari penelitian-penelitian sebelumnya akan
memberikan nilai perhitungan valuasi ekonomi yang berbeda.
Nilai dari perhitungan valuasi ini didekati dengan perhitungan valuasi ekonomi dan analisis manfaat biaya
pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil yang memberikan nilai sebesar Rp. 9.194.595.534.375,44. Angka
ini diperoleh dengan memperhitungkan biaya yang didasarkan atas penelitian-peneltian yang telah dilakukan di
sejumlah wilayah, yang memberikan gambaran tentang potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu
wilayah laut dan pesisir. Dari perhitungan ini juga didasarkan atas faktor biaya yang mempengaruhi
perkembangan dan pemanfataan potensi laut dan pesisir ini dengan mengurangkan atas nilai sumber daya alam
laut dan pesisir yang ada.
Perbedaan atas ke-dua nilai perhitungan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan pesisir Kabupaten
Pesisir Selatan, memberikan dasar bahwa teknik perhitungan yang berbeda dengan mendasarkan atas harga dan
biaya yang ada di wilayah studi, dan perhitungan atas nilai dari penelitian-penelitian sebelumnya akan
memberikan nilai perhitungan valuasi ekonomi yang berbeda.

3.2 Jurnal Judul Struktur Komunitas dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang Lamun di Perairan
Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Berakit Bintan.
Nilai Ekonomi Ekosistem Padang
Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi suatu sumberdaya padang lamun dibagi menjadi nilai penggunaan (nilai langsung dan nilai tidak
langsung) dan nilai non penggunaan (nilai manfaat pilihan, nilai manfat keberadaan, dan manfaat pewarisan).
sumberdaya. Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan informasi bahwa biota yang sering dimanfaatkan atau
di tangkap antara lain ikan, teripang, gonggong dan kerang. Maka, nilai manfaat langsung padang lamun
dihitung dengan persamaan (Suzana et al., 2011):
a. Nilai Manfaat Langsung
Kegiatan pengambilan biota di ekosistem padang lamun Desa Berakit memberikan nilai manfaat langsung
diantaranya pengambilan kepiting, gonggong, kerang, teripang, ikan lebam, ikan lingkis dan sotong. nelayan
yang biasa memanfaatkan atau mengambil biota yang hidup di lamun sebanyak 60 orang nelayan. Berdasarkan
pengamatan struktur komunitas padang lamun di Desa Berakit, diperoleh jenis lamun yang ditemukan
merupakan jenis lamun yang biasanya dijadikan habitat oleh beberapa biota tersebut. Biota yang berhabitat di
padang lamun antara lain kerang, sotong, dan teripang (Kordi, 2011). Dari hasil penelitian nilai manfaat langsung
ekosistem padang lamun di Desa Berakit yakni
Rp 1.107.360.000/tahun.
b. Nilai Manfaat tidak Langsung
Nilai manfaat tidak langsung yang dihitung adalah nilai manfaat ekosistem padang lamun sebagai daerah
memijah (spawning ground), daerah pengasuhan (nursery ground) dan daerah mencari makan (feeding ground).
Nilai manfaat tidak langsung dihitung menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dengan
melihat seberapa besar keinginan masyarakat untuk menerima (willingness to accept) jika ekosistem padang
lamun tersebut rusak. Nilai manfaat tidak langsung yang diperoleh dari hasil perhitungan yakni senilai Rp
5.089.500.000/tahun. Jika ekosistem padang lamun rusak, maka nilai yang berhak diterima seluruh nelayan Desa
Berakit adalah sejumlah nilai tersebut setiap tahunnya.

c. Nilai Manfaat Pilihan


Dari hasil penelitian ini, diperoleh data luas lamun di Desa Berakit menggunakan pemetaan citra
spot tahun 2007, diperoleh luas lamun yakni 963,1 ha. Manfaat pilihan dari ekosistem padang
lamun di Desa Berakit sebesar Rp 175.524.975/tahun (nilai tukar Rupiah pada tanggal 11
Februari 2014 senilai Rp 12.150). Maka, besarnya nilai yang diperoleh memiliki arti bahwa
ekosistem padang lamun di Desa Berakit memiliki nilai cadangan keanekaragaman hayati yakni
Rp 175.524.975/tahun. Semakin luas suatu daerah padang lamun, maka akan semakin
meningkatkan nilai cadangan keanekaragaman hayati yang diperoleh.
d. Nilai Manfaat Keberadaan
Diperoleh hasil nilai manfaat keberadaan senilai Rp 113.665.000/tahun. Ekosistem padang
lamun tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat menangkap biota, tetapi juga dapat
dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan rekreasi. Keberadaan ekosistem padang lamun ini, jika
tidak dijaga dan dipelihara, maka akan rusak akibat aktivitas masyarakat yang
memanfaatkannya. Oleh karena itu, jika ekosistem padang lamun tersebut rusak atau tidak
dapat dimanfaatkan lagi, maka nelayan akan mengalami kerugian dan mereka bersedia
membayar senilai Rp 113.665.000 per tahunnya untuk biaya pemulihan ekosistem padang lamun.

e. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Padang Lamun

Gambar 1.Nilai Total Ekonomi

Dari hasil penelitian, nilai ekonomi total (TEV) yang diperoleh bernilai Rp
6.486.049.975/tahun. Dari nilai-nilai manfaat yang diperoleh, nilai manfaat
tidak langsung (indirect use value) merupakan nilai manfaat tertinggi,
sementara nilai manfaat lainnya yang dipeoleh bernilai rendah dan
perbedaan nilai tersebut sangat signifikan. Lebih dari 50% nilai manfaat, di
dominasi oleh nilai manfaat tidak langsung. Ini berarti bahwa ekosistem
padang lamun di Desa Berakit memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kelangsungan hidup biota-biota laut. Namun, masyarakat nelayan Desa
Berakit yang memanfaatkan lamun, hanya sebatas mengetahui saja dalam
hal memanfaatkan dan beraktivitas di ekosistem padang lamun saja. Untuk
keasadaran pemeliharaan ataupun pemulihan kelestarian ekosistem
padang lamun, masih sangat rendah. Ini terlihat dari nilai keberadaan
(existence value) dimana jika padang lamun tersebut rusak, masyarakat
hanya mau membayar dengan nilai yang sangat rendah.

3.3 Jurnal Komunitas Dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang Lamun Di Kawasan
Konservasi Perairan Daerah Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Kepulauan
Riau

Valuasi Ekonomi (Total Economi Value)


a. Manfaat Langsung (Direct Use Values)
Dari hasil penelitian di lapangan didapat total nilai manfaat langsung yaitu Rp
5.817.600.000 /bulan dan Rp 42.048.000.000 /tahun. Berbeda dengan penelitian Widiastuti
(2010), penelitian ini menghitung nilai manfaat langsung dengan berbagai macam biota-biota
yang dijumpai berasossiasi di padang lamun. Hal ini menunjukkan bahwa biota-biota yang
berassosiasi di ekosistem lamun di Desa Malang Rapat sangat banyak dan berlimpah. Dengan
demikian, nilai manfaat langsung di Desa Malang Rapat sangat banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat nelayan dan mendukung perekonomian secara berkelanjutan (sustainable).

b. Manfaat Tidak Langsung (Insirect Use Value)


Dari hasil penelitian di Desa Malang Rapat dari 66 responden didapatlah nilai manfaat tidak
langsung (Indirect Use Value) dari setiap nelayan yaitu Rp 806.061 /bulan atau Rp 9.672.727
/tahun, maka diperoleh nilai manfaat tidak langsung sebesar Rp 1.857.163.636 /tahun.
Jumlah nelayan di Desa Malang Rapat berjumlah 192 jiwa. Jumlah nelayan ini mencakup
nelayan kelong, nelayan laut lepas dan nelayan tepi pantai, dkarenakan pada umumnya
sebagian biota-biota yang hidup di laut hanya memijah, bertelur dan dijadikantempat mencari
makan di kawasan padang lamun, namun setelah besar sebagian ikan tersebut berpindah ke
laut lepas. Selain itu, bahwa dengan nilai manfaat tidak langsung di Desa Malang Rapat
tersebut memiliki penilaian tersendiri bagi ekologi lamun sehingga potensi padang lamun
(seagrass bads) sangat memungkinkan untuk keberlangsungan biota-biota yang berasosiasi
disekitarnya. Nilai manfaat tidak langsung tersebut adalah nilai yang akan diberikan kepada
masyarakat nelayan sebagai penganti dari nilai kerusakan ekoisistem padang lamun.

c. Manfaat Pilihan (Opion Value)


Dilihat dari hasil penelitian, dimana luas padang lamun di Desa Malang Rapat itu
sendiri berjumlah 1.871 hektar Diperoleh nilai manfaat pilihan pada padang lamun
di Desa Malang Rapat yaitu sebesar Rp 363.469.815 /tahun (nilai tukar rupiah
tanggal 30 April 2015 yaitu Rp. 12.951). nilai tukar, waktu dan tempat sangat
mempengaruhi nilai manfaat pilihan. Semakin tinggi nilai tukar dan besarnya luasan
padang lamun di Desa Malang Rapat maka diperoleh nilai manfaat pilihan semakin
besar. Kesadaran masyarakat nelayan akan pentingnya ekosistem padang lamun
untuk masa mendatang tanpa merusak dan menjaga ekologi demi pengelolaan yang
berkelanjutan (susnaible) harus tetap
ditingkatkan, peduli dan sadar akan pentingnya padang lamun demi masa yang
mendatang. Disamping itu, nelayan padang lamun di Desa Malang Rapat
mengunakan alat tangkap yang ramah lingkungan seperti bubu, pancing dan jaring.

d. Manfaat Keberadaan (Existence Value)


Hasil penelitian didapat nilai rata-rata nilai keberadaan yaitu sebesar Rp. 23.485
/org/bulan atau Rp. 281.818 /orang/tahun kemudian dikali dengan jumlah RTP
sebanyak 192 orang masyarakat nelayan di Desa Malang Rapat, sehingga di dapat
jumlah nilai manfaat keberadaan ekosistem padang lamun di Desa Malang Rapat
yaitu sebesar Rp 54.109.091 /tahun. Nilai ini menunjukkan kesanggupan nelayan
membayar dan kesadaran mereka karena telah memanfaatkan sumberdaya yang ada.
Nelayan di Desa Malang Rapat memberikan nilai manfaat keberadaan dengan
membayarnya kepada kelompok nelayan Desa Malang Rapat. Setiap bulannya
membayar uang kas yang dipergunakan dan dikelola untuk keberlanjutan
perekonomian nelayan dan keberlanjutan pengelolaan hasil tangkap nelayan.

e. Manfaat Warisan (Bequest Value)


Dari hasil penelitian di Desa Malang Rapat, diperoleh dari rata-rata
nilai manfaat warisan dari responden sebanyak 66 orang yaitu sebesar
Rp 16.061/orang/bulan atau Rp. 192.727 /orang/tahun, kemudian
dikalikan dengan jumlah RTP di Desa Malang Rapat berjumlah 192.
Diperoleh nilai manfaat warisan dari keseluruhan nelayan di Desa
Malang Rapat yaitu sebesar Rp 37.003.636 ./tahun. Nilai ini
menunjukkan kepedulian mereka terhadap anak cucu mereka di masa
akan mendatang dan disertai dengan kepedulian mereka menjaga
ekosistem padang lamun secara berkelanjutan dan ramah lingkungan
Semakin tinggi nilai warisan maka semakin tinggi pula peluang anak
cucu dapat merasakan dan memanfaatkan berbagai macam
sumberdaya laut di ekosistem padang lamun.

Gambar 2. Nilai Total Ekonomi

Total Nilai Ekonomi (Total Economic Value


Hasil penelitian di Malang Rapat diperoleh nilai ekonomi total (TEV) yaitu
sebesar Rp 44.359.746.178 /tahun. Dilihat dari nilai tersebut menunjukkan
Desa Malang Rapat memiliki nilai padang lamun baik dilihat dari segi
ekologinya maupun ekonominya.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi ekosistem padang lamun di Desa
Malang Rapat sangat tinggi dan mendukung dijadikan tempat mata
pencaharian ekonomi masyarakat secara berkelanjutan serta dapat dijadikan
desa minaan yang mengarah pada sektor perikanan dan berkelanjutan demi
kesejahteraan masyarakat di Desa Malang Rapat dengan melihat,
mempertimbangkan dan membertahankan kondisi ekologinya seperti
keterkaitan antara ekosistem lamun dengan ekosistem mangrove dan terumbu
karang. Widiastuti (2010), ekosistem lamun memiliki keterkaitan fungsi
ekologis dengan ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang.
Keterkaitan ketiga ekosistem ini akan memberikan dampak pada manusia

3.4 Jurnal Menghitung Nilai Kerusakan Lingkungan Pesisir Dan Laut Akibat
Penambangan Pasir Laut Di Kep. Riau (Oleh : Drs. Haris Djoko Nugroho)

Padang Lamun (sea grass), Ekosistem padang lamun memiliki peranan


cukup penting dari sisi ekologis, yaitu berperan sebagai pelindung atau
tempat kehidupan berbagai organisme di peraiaran pesisir (Fauzi, 1999 ;
Tomascik et. al., 1977 dan Kusumastanto,1999). Ekosistem padang lamun (sea
grass) hidup menyebar pada subtrat pasir berlumpur di perairan kepulauan
Riau .
Manfaat langsung yang dapat diambil dari padang lamun sementara baru
nilai fungsinya sebagai habitat hidup berbagai macam ikan (PKSPL-IPB,
1998), walaupun sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran namun
belum dapat dihitung nilainya karena tidak ada data pemanfaatan maupun
nilai produksinya. Nilai manfaat langsung yang diambil dari nilai perikanan
diwakili oleh komoditas udang dan ikan sebesar US$ 56.419.620 bila luas
total padang lamun di kepulauan Riau adalah 14.620,6 ha , maka diperoleh
nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91 ha/th atau kedalam nilai rupiah
berjumlah Rp. 34.730.214,90 /ha/th. (PKSPL-IPB, 1998).
Selain itu, diperoleh juga nilai tidak langsung sebesar Rp.31.499.575,00,ha/th., yang berasal dari nilai cadangan biodiversity dan nilai sebagai
pencegah erosi dengan nilai masing-masing sebesar US$ 15 ha/th atau
berjumlah Rp. 135.000 /ha/th. dan US$ 34.871,75 ha/th atau setara Rp.
31.364.575,0 /ha/th. (Ruitenbeek, 1991 dan Kusumastanto, 1998).

b. Nilai Ekonomi Total , Berdasarkan pengidentifikasian seluruh nilai manfaat (Use


Value) dari nilai manfaat langsung Direct use value (DUV) dan nilai manfaat tidak
langsung Indirect use value (IUV) maka Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value)
yang diperoleh dari pemanfaatan lingkungan pesisir dan laut di kepulauan Riau,
sebesar Rp. 392.958.070,60,- ha/th lihat tabel di bawah :
Tabel 1. Nilai Ekonomi Total (TEV) Pemanfaatan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kepulauan Riau.

Manfaat

Mangrove
(Rp/ha/th)

Terumbu
karang
(Rp/ha/th)

Langsung
(DUV)
Tidak
Langsung

17.985.075,02

40.179.960,00

29.318.940,00

239.244.305,70

47.304.015,02

279.424.265,70

Padang
lamun

Perkira Nilai Ekonomi


an
Total (TEV)

(Rp/ha/th)
34.730.214,90 Konstan
/th.
31.499.575,00 Konstan
/th.

(IUV)
Nilai
Total/Juta
(Rp/ha/th)

66.229.789,90

392.958.070,60

Kesimpulan
1 jurnal valuasi ekonomi potensi laut dan pesisir kab. Pesisir selatan
menggunakan metode direct use value (Perikanan tangkap ikan, pencegahan
erosi dan biodiversity) dan indirect use value (tempat pemijahan dan blue
carbon)
2. Judul Struktur Komunitas dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang
Lamun di Perairan Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Berakit
Bintan. Menggunakan metode direct use value, indirect use value,
nilai manfaat pilihan dan nilai keberadaan.
3. Jurnal Komunitas Dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang Lamun
Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Desa Malang Rapat Kabupaten
Bintan Kepulauan Riau
. Menggunakan metode direct dan indirect use value, nilai manfaat
pilihan dan nilai keberadaan. Dan nilai manfaat warisan
4. Jurnal Menghitung Nilai Kerusakan Lingkungan Pesisir Dan Laut
Akibat Penambangan Pasir Laut Di Kep. Riau (Oleh : Drs. Haris Djoko
Nugroho)
menggunakan metode direct dan indirect use value, nilai manfaat
pilihan dan nilai keberadaan.

SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

You might also like