Professional Documents
Culture Documents
BAB I
Pendahuluan
1.2 Tujuan
Pemberian nilai yang tepat secara moneter terhadap sumberdaya alam
berikut fungsi-fungsinya, memberikan kesempatan kepada manusia untuk
memahami pola pemanfaatan pada ekositem padang lamun
1.3 Manfaat
Dari tulisan ini dapat memberikan informasi yang penting kepada
masyarakat maupun pemerintah dalam memberikan nilai pemanfaatan
pada ekosistem padang lamun sehingga dikelola secara bertanggung jawab
dan berkelanjutan.
3.1 Jurnal Valuasi Ekonomi Potensi Laut dan Pesisir Kab.Pesisir Selatan.
Potensi Laut
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi laut yang sangat besar, dengan luasan
perairan laut seluas 116.429,00 Ha. Ditunjang dengan ekosistem perairan laut yang terdiri
atas hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang memberikan pengaruh
besar terhadap jumlah perikanan laut, sebagai tempat pemijahan ikan/nursery ground
yang sangat luas. Hal ini sempat menjadi bahan wacana yang diperhatikan secara luas
ketika pada tahun 1991, dari survey Dirjen Perikanan, sektor kelautan laut Pesisir Selatan
memiliki potensi lestari rata-rata 94.864 ton/tahun. Sedangkan yang sudah tergarap hanya
sebesar 13,61 % dengan tingkat produksi 12.910 ton/tahun.
No.
Potensi Laut
Luas (Ha)
116.429,00
Hutan Mangrove
521,57
Terumbu Karang
7,91
Padang Lamun
271,00
Nilai Kayu
Nilai (Rupiah)
589.547.753,00
2
Nilai Hutan Mangrove Sebagai Nursery Ground
3
Nilai Ekonomi M angrove sebagai Pelindung Abrasi
4
Nilai Ekonomi Batu Karang
5
Nilai Ekonomi Terumbu Karang Sebagai Habitat ikan
6
Nilai Ekonomi Padang Lamun Sebagai Habitat Ikan
7
Nilai Ekonomi ikan tangkap
8
Nilai lahan pesisir
Nilai Ekonomi Total kawasan Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan
82.638.000.000.000,00
31.294.200.000,00
3.834.309.258,00
755.707.860.000,00
63.414.000.000.000,00
349.415.733.333,33
3.425.148.500.000,00
150.617.990.150.344,00
3.858,91
271
1.045.764,61
9.934.763.795,00
pencegahan erosi
34.871,75
271
9.450.244,25
89.777.320.375,00
biodiversity
15,00
271
4.065,00
38.617.500,00
lamun
Nilai Biaya
No
Jenis Budi
Daya
Hutan
Mangrove
Fungsi
ekosistem
Investasi
standing stock
Nilai Biaya
Nilai
Luas (Ha)
(US$/Ha/thn)
190,39
521,57
105,40
521,57
terumbu
karang
ikan
Wildlife
investasi
operasional
681,95
0,37
8.320,00
1.019,04
99.301,71
54.973,48
943.366.266,85
522.248.041,00
521,57
521,57
7,91
7,91
355.684,66
194,44
65.811,20
8.060,61
3.379.004.284,25
1.847.192,31
625.206.400,00
76.575.760,80
7,91
24.240,35
230.283.355,40
rehabilitasi
5,72
7,91
45,25
429.829,40
Investasi
operasional
8.320,00
1.019,04
271
271
2.254.720,00
276.159,84
21.419.840.000,00
2.623.518.480,00
271
830.484,92
7.889.606.740,00
357.612.000,00
3.397.314.000.000,00
88.000.000,00
836.000.000.000,00
28.608.960,00
271.785.120.000,00
7.040.000,00
66.880.000.000,00
Total Biaya
485.230.636,46
4.609.691.046.350,01
TOTAL EKONOMI
967.852.161,51
9.194.595.534.375,44
padang
lamun
pantai
bungalow
7.152.240,00 50
pasir (218 (investasi)
Km)
restoran
1.760.000,00 50
(investasi)
bungalow
572.179,20
50
(operasional)
restoran
(operasinal)
140.800,00
50
Dari hasil perhitungan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Pesisir Kabupaten Pesisir
Selatan yang didapatkan dari perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan potensi sebesar Rp.
150.617.990.150.344,00. Angka ini didapatkan dengan memperhitungkan potensi sumber daya terumbu
karang, hutan mangrove dan padang lamun yang ada di wilayah studi yang didekati dengan harga dan biaya
yang berlaku di sana. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi Sumber Daya Alam di wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan memiliki nilai yang besar sekali dengan nilai sekitar seratus lima puluh triliun rupiah.
Nilai dari perhitungan valuasi ini didekati dengan perhitungan valuasi ekonomi dan analisis manfaat biaya
pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil yang memberikan nilai sebesar Rp. 9.194.595.534.375,44. Angka
ini diperoleh dengan memperhitungkan biaya yang didasarkan atas penelitian-peneltian yang telah dilakukan
di sejumlah wilayah, yang memberikan gambaran tentang potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu
wilayah laut dan pesisir. Dari perhitungan ini juga didasarkan atas faktor biaya yang mempengaruhi
perkembangan dan pemanfataan potensi laut dan pesisir ini dengan mengurangkan atas nilai sumber daya alam
laut dan pesisir yang ada.
Perbedaan atas ke-dua nilai perhitungan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan pesisir Kabupaten
Pesisir Selatan, memberikan dasar bahwa teknik perhitungan yang berbeda dengan mendasarkan atas harga dan
biaya yang ada di wilayah studi, dan perhitungan atas nilai dari penelitian-penelitian sebelumnya akan
memberikan nilai perhitungan valuasi ekonomi yang berbeda.
Nilai dari perhitungan valuasi ini didekati dengan perhitungan valuasi ekonomi dan analisis manfaat biaya
pemanfaatan sumber daya pulau-pulau kecil yang memberikan nilai sebesar Rp. 9.194.595.534.375,44. Angka
ini diperoleh dengan memperhitungkan biaya yang didasarkan atas penelitian-peneltian yang telah dilakukan di
sejumlah wilayah, yang memberikan gambaran tentang potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu
wilayah laut dan pesisir. Dari perhitungan ini juga didasarkan atas faktor biaya yang mempengaruhi
perkembangan dan pemanfataan potensi laut dan pesisir ini dengan mengurangkan atas nilai sumber daya alam
laut dan pesisir yang ada.
Perbedaan atas ke-dua nilai perhitungan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan pesisir Kabupaten
Pesisir Selatan, memberikan dasar bahwa teknik perhitungan yang berbeda dengan mendasarkan atas harga dan
biaya yang ada di wilayah studi, dan perhitungan atas nilai dari penelitian-penelitian sebelumnya akan
memberikan nilai perhitungan valuasi ekonomi yang berbeda.
3.2 Jurnal Judul Struktur Komunitas dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang Lamun di Perairan
Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Berakit Bintan.
Nilai Ekonomi Ekosistem Padang
Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi suatu sumberdaya padang lamun dibagi menjadi nilai penggunaan (nilai langsung dan nilai tidak
langsung) dan nilai non penggunaan (nilai manfaat pilihan, nilai manfat keberadaan, dan manfaat pewarisan).
sumberdaya. Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan informasi bahwa biota yang sering dimanfaatkan atau
di tangkap antara lain ikan, teripang, gonggong dan kerang. Maka, nilai manfaat langsung padang lamun
dihitung dengan persamaan (Suzana et al., 2011):
a. Nilai Manfaat Langsung
Kegiatan pengambilan biota di ekosistem padang lamun Desa Berakit memberikan nilai manfaat langsung
diantaranya pengambilan kepiting, gonggong, kerang, teripang, ikan lebam, ikan lingkis dan sotong. nelayan
yang biasa memanfaatkan atau mengambil biota yang hidup di lamun sebanyak 60 orang nelayan. Berdasarkan
pengamatan struktur komunitas padang lamun di Desa Berakit, diperoleh jenis lamun yang ditemukan
merupakan jenis lamun yang biasanya dijadikan habitat oleh beberapa biota tersebut. Biota yang berhabitat di
padang lamun antara lain kerang, sotong, dan teripang (Kordi, 2011). Dari hasil penelitian nilai manfaat langsung
ekosistem padang lamun di Desa Berakit yakni
Rp 1.107.360.000/tahun.
b. Nilai Manfaat tidak Langsung
Nilai manfaat tidak langsung yang dihitung adalah nilai manfaat ekosistem padang lamun sebagai daerah
memijah (spawning ground), daerah pengasuhan (nursery ground) dan daerah mencari makan (feeding ground).
Nilai manfaat tidak langsung dihitung menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dengan
melihat seberapa besar keinginan masyarakat untuk menerima (willingness to accept) jika ekosistem padang
lamun tersebut rusak. Nilai manfaat tidak langsung yang diperoleh dari hasil perhitungan yakni senilai Rp
5.089.500.000/tahun. Jika ekosistem padang lamun rusak, maka nilai yang berhak diterima seluruh nelayan Desa
Berakit adalah sejumlah nilai tersebut setiap tahunnya.
Dari hasil penelitian, nilai ekonomi total (TEV) yang diperoleh bernilai Rp
6.486.049.975/tahun. Dari nilai-nilai manfaat yang diperoleh, nilai manfaat
tidak langsung (indirect use value) merupakan nilai manfaat tertinggi,
sementara nilai manfaat lainnya yang dipeoleh bernilai rendah dan
perbedaan nilai tersebut sangat signifikan. Lebih dari 50% nilai manfaat, di
dominasi oleh nilai manfaat tidak langsung. Ini berarti bahwa ekosistem
padang lamun di Desa Berakit memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kelangsungan hidup biota-biota laut. Namun, masyarakat nelayan Desa
Berakit yang memanfaatkan lamun, hanya sebatas mengetahui saja dalam
hal memanfaatkan dan beraktivitas di ekosistem padang lamun saja. Untuk
keasadaran pemeliharaan ataupun pemulihan kelestarian ekosistem
padang lamun, masih sangat rendah. Ini terlihat dari nilai keberadaan
(existence value) dimana jika padang lamun tersebut rusak, masyarakat
hanya mau membayar dengan nilai yang sangat rendah.
3.3 Jurnal Komunitas Dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang Lamun Di Kawasan
Konservasi Perairan Daerah Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Kepulauan
Riau
3.4 Jurnal Menghitung Nilai Kerusakan Lingkungan Pesisir Dan Laut Akibat
Penambangan Pasir Laut Di Kep. Riau (Oleh : Drs. Haris Djoko Nugroho)
Manfaat
Mangrove
(Rp/ha/th)
Terumbu
karang
(Rp/ha/th)
Langsung
(DUV)
Tidak
Langsung
17.985.075,02
40.179.960,00
29.318.940,00
239.244.305,70
47.304.015,02
279.424.265,70
Padang
lamun
(Rp/ha/th)
34.730.214,90 Konstan
/th.
31.499.575,00 Konstan
/th.
(IUV)
Nilai
Total/Juta
(Rp/ha/th)
66.229.789,90
392.958.070,60
Kesimpulan
1 jurnal valuasi ekonomi potensi laut dan pesisir kab. Pesisir selatan
menggunakan metode direct use value (Perikanan tangkap ikan, pencegahan
erosi dan biodiversity) dan indirect use value (tempat pemijahan dan blue
carbon)
2. Judul Struktur Komunitas dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang
Lamun di Perairan Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Berakit
Bintan. Menggunakan metode direct use value, indirect use value,
nilai manfaat pilihan dan nilai keberadaan.
3. Jurnal Komunitas Dan Valuasi Ekonomi Ekosistem Padang Lamun
Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Desa Malang Rapat Kabupaten
Bintan Kepulauan Riau
. Menggunakan metode direct dan indirect use value, nilai manfaat
pilihan dan nilai keberadaan. Dan nilai manfaat warisan
4. Jurnal Menghitung Nilai Kerusakan Lingkungan Pesisir Dan Laut
Akibat Penambangan Pasir Laut Di Kep. Riau (Oleh : Drs. Haris Djoko
Nugroho)
menggunakan metode direct dan indirect use value, nilai manfaat
pilihan dan nilai keberadaan.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH